Senin, 14 November 2016

KAKUMI (KANGEN KUIS KIMIA ) X MIA 1 & X MIA 2 MAN 3 JAKARTA

Assalamu'alaykum Wr.Wb
murid-murid yang Ibu sayangi

Pasti sudah kangen sekali ya dengan kuis dari Ibu Wanda ( ciee dikangenin soalnya)

Memang luar biasa siswa MAN 3 JAKARTA. Setiap hari kalau ketemu yang ditanyain kuis kimianya.
#kecanduankuiskimia

Bismillah,
Okay langsung saja ya soalnya.
Bagi yang berusaha menjawab kuis dari Ibu mendapatkan point 2
Bagi yang pertama kali menjawab dan jawabannya benar maka mendapatkan poin 3


lPrediksikan bentuk molekul dari :
1.PF3
2.COCl2
3.CS2
4.CBr4
 
Cara menjawab:
1. Pada kolom komentar di blog ini
2. Kirim email ke wandaamelia32@gmail.com
 
Ibu tunggu ya 

Sabtu, 08 Oktober 2016

KUMI ( KUIS KIMIA) IKATAN KOVALEN KOORDINASI

Assalamu'alaykum murid-murid Ibu X MIA 1 dan X MIA 2

Soal Ibu berikutnya

Coba lihat di youtube tentang penjelasan ikatan kovalen koordinasi lalu tuliskan bagian penting dari video yang di dapat, serta share link atau copy paste link tersebut.

Bis jawab langsung di kolom komentar Ibu
Atau kirim email
wandaamelia32@gmail.com

SELAMAT MENGERJAKAN DI HARI LIBUR:-)

Jumat, 30 September 2016

KUMI {KUIS KIMIA}

Assalamu’alaykum X MIA 1 DAN X MIA 2
Maaf ya, Ibu baru bisa share soalnya tengah malam seperti ini. Karena tadi sore Ibu tengah mempersiapkan olimpiade MIPA NASIONAL….

Okay , soal kali ini sedikit berbeda..
Ibu akan berikan penjelasan sedikit dahulu, baru Ibu berikan soalnya…
 yAx + xBy                   AyBx

 
 



Contoh:
Ca = melepas 2 elektron agar stabil menjadi Ca2+
Cl  = menangkap 1 elektron agar stabil menjadi Cl-
X = 2
y  = 1
Jadi,
Ca2+ + 2Cl-                                    CaCl2

Jika sudah paham, yuukk kerjakan soal berikut ini dengan menggunakan langkah-langkah yang Ibu berikan di contoh ya

1.  Buatlah mekanisme seperti contoh di atas terbentuknya senyawa
a.  NaCl
b.  MgCl2
c.   NaBr
d.  BaI2
e.  AlF3

Kirim jawabannya bisa melalui email Ibu Wanda

atau langsung posting komentar di kolom komentar Ibu ya.

Selasa, 20 September 2016

KUMI [ KUIS KIMIA] UNTUK X MIA 1 DAN X MIA 2 MAN 3 JAKARTA

Assalamu'alaykum Wr.Wb

SEMANGAT PARA ELEKTRON X MIA 1 DAN X MIA 2...
Wah...pasti sudah tidak sabar ya menunggu kuis dari Ibu.

Okay kalau begitu...
Kali ini, soal yang Ibu buat berlaku untuk X MIA 1 dan X MIA 2 ( Rombel Ibu Wanda)

Akan Ibu pilih satu orang tercepat dan benar jawabannya dari masing-masing kelas...
Jadi...ayo !

SOAL KUMI

1. Sebutkan 7 Senyawa yang memiliki Ikatan Ion, sertakan nama senyawanya ya!
( Boleh lihat di buku paket atau search di google)

Contoh:

NaCl memiliki ikatan ion
NaCl( Natrium Klorida)

Paham ya murid-murid.

CARA MENJAWAB:
Bisa diketik di Ms.Word lalu kirim ke email Ibu  wandaamelia32@gmail.com
Atau langusung ketik jawabannya di kolom komentar pada postingan Ibu.

SELAMAT BERPRESTASI MURID-MURID KESAYANGAN IBU...


Wassalamu'alaykum Wr,Wb

Selasa, 13 September 2016

ANTARA SISKOM DAN MAHASISWA BERPRETASI



Bismillahirrahmanirrahim….

Akhir-akhir ini begitu banyak jarkoman terkait SISKOM ( Studi Islam Komprehensif XXV) yang lalu lalang di media sosial. Seketika diri ini jadi termenung, rangkaian memori seakan mundur ke masa dimana diri ini sering dipanggil dengan sebutan MABA (Mahasiswa Baru). Judul artikel ini memang sedikit menggelitik “Antara Siskom dan Mahasiswa Berprestasi?????”  Tapi penulis kali ini sedikit akan membagi kisah, kisah seseorang yang tak diperhitungkan, yang pernah dianggap kuman di tengah lautan, namun memiliki tekad untuk menjadi orang yang lebih baik dan bermanfaat dari sebelumnya. Dari mana tekad itu muncul???????

Amanah yang Allah berikan sebagai Mahasiswa Berprestasi I FMIPA sekaligus MAPRES Terfavorit UNJ 2016 terkadang terus membuat diri ini tertawa. Seakan tak pernah percaya walau peristiwa itu sudah berlalu sekitar 4 bulan yang lalu. Awal masuk kuliah, saat sedang interview beasiswa. Pihak dosen yang melakukan wawancara di kala itu jelas-jelas secara terang-terangan meragukan diri ini bisa bertahan kuliah di jurusan yang kaya akan elektron, proton dan neutron ( Kimia). Alasan beliau karena diri ini sama sekali tidak memiliki sertifikat olimpiade kimia dan sejenisnya. Dosen pertama yang mengajar di kelas-pun menyarankan diri ini  untuk lebih baik daftar menjadi stand up comedy karena gaya presentasi tidak menunjukkan sikap ilmiah, dan terlihat seperti “main-main”.  Tidak hanya pihak interviewer  beasiswa dan dosen yang seakan tak pernah percaya dengan kemampuan yang dimiliki. Banyak pihak yang di kala itu sangat membuat diri ini pesimis untuk bisa bertahan di jurusan yang memiliki senjata berupa 118 unsur kimia.  Mungkin, tidak semuanya bisa di ceritakan pada artikel ini. “Boro-boro” berifkir menjadi Mahasiswa Berprestasi, bisa lulus dari jurusan ini saja sepertinya sudah suatu keajaiban. Belum lagi background sekolah dahulu yang tidak secanggih sekolah di Ibu Kota dan sekitarnya membuat diri semakin minder bukan main.

Posisi yang pesimis akan nasib di kuliah seakan membuat nuansa kampus menjadi membosankan. Entah mengapa tawaran teman dekat untuk ikut SISKOM benar-benar menarik perhatian diri ini. Sempat terlintas dalam hati “ jika tidak bisa menjadi yang dibanggakan di dunia, setidaknya diri ini ingin taat di hadapan Sang Pencipta”. Terlahir bukan dari keluarga yang agamis, saat SMA-pun bukanlah pengurus rohis. Tapi entah kenapa, ajakan dari kaka-kaka tingkat yang penuh kesabaran, penuh dengan senyuman mampu membuat diri ini ikut serta dalam kegiatan SISKOM.  Singkat cerita, di sana begitu banyak rangkaian kegiatan yang mempu memantik semangat hidup. Mulai dari rasa kekeluargaan yang dibangun oleh panitia, berbagai kajian dari pemateri-pemateri kece, outbond gratis, games menarik, tilawah bersama di tengah-tengah nuansa pegunungan yang sejuk, shalat berjamaah, tahajud bersama. MasyaAllah, saat itu lah titik di mana orientasi hidup ini berubah.  Ada satu materi saat itu yang benar-benar menampar diri ini, yang intinya bahwa segala tujuan hidup kita di dunia itu adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Belajar juga ibadah, membantu orang tua juga ibadah, segala sesuatu yang baik yang diniatkan karena Allah adalah ibadah. Jiwa ini langsung terbakar, tanpa sadar diri ini menulis di sebuah catatan kecil bahwa diri ini akan terus belajar sampai maut menjemput untuk menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.

Semangat itu begitu berdampak luar biasa , bukan pada semangat ibadah wajib seperti sholat saja, tapi aktivitas kebaikan lainnya pun satu-per satu mulai dilakukan dengan totalitas. Membagi waktu antara untuk belajar , mengerjakan tugas, berdiskusi, organisasi, ibadah, mentoring, dan aktivitas kebiakan lainnya.  Tujuan diri ini semenjak SISKOM berubah drastis. Dulu, sempat terpatri dalam hati bahwa suatu saat nanti, diri ini ingin sekali mejadi seseorang yang dibanggakan agar orang-orang yang dahulu pernah menghina diri ini bisa terdiam. Tapi ternyata hal itu hanya membuat beban yang semakin berat. Akan tetapi, saat segala sesuatunya diniatkan untuk Allah. Alhamdulillah, pertolongan itu selalu ada bahkan dari sisi –sisi yang tak di sangka. 

Entah bagaimana jadinya diri ini , apabila 3 tahun yang lalu diri ini lebih memilih di rumah dibandingkan pergi bersama-sama untuk mengikuti SISKOM. Barulah diri ini tersadar, bahwa segala sesuatu yang dititipkan kepada diri ini ( termasuk amanah sebagai MAPRES) merupakan kuasa sang ilahi. Konsep hidup berlandaskan Al-Qur’an dan As-shunnah baru diri ini temukan maknanya benar-benar melalui rangkaian kegiatan SISKOM. Wajar diri ini menjadi salah satu mahasiswa yang kecanduan untuk ikut SISKOM.

Khusus untuk panitia SISKOM, ana haturkan terimakasih banyak karena telah merancang acara yang luar biasa sangat berpengaruh untuk kehidupan dunia dan akhirat penulis.



Kamis, 08 September 2016

KUMI [KUIS KIMIA] KHUSUS UNTUK X MIA 1 MAN 3 JAKARTA

ASSALAMU’ALAYKUM X MIA 1J

SUDAH TIDAK SABAR YA MENUNGGU “KUMI” [KUIS KIMIA]

OKAY DEH…
LANGSUNG SAJA YA SOALNYA

1. Coba tuliskan konfigurasi elektron dari unsur-unsur di bawah ini ya…! Tentukan pula golongan, periode dan elektron valensinya
a.   Cr (nomor atom= 24)
b.   Br (nomor atom = 35)
c.   Th ( nomor atom = 90)
d.   S ( nomor atom= 16)

1.  Jelaskan dengan bahasa kalian, mengapa dalam satu golongan dari atas ke bawah jari-jari atom makin membesar? Dan mengapa dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari atom makin kecil??

    Semangat mengerjakan murid-murid hebat X MIA 1 J

Cara jawab pertanyaan ini gampang kok, open book juga boleh. Jawabannya bisa di post di kolom comment atau kirimkan jawabannya ke email Ibu

SIAPA CEPAT, DIA HEBAT




Wassalamu’alaykum wr.wb

Sabtu, 03 September 2016

KUMI PART 2 [ KUIS KIMIA] SPESIAL UNTUK X MIA 2_ MAN 3 JAKARTA

Assalamu’alaykum wr.wb
Selamat Malam X MIA 2
Waktunya kita sekarang untuk apa?????
“KUMI” [ KUIS KIMIA]
Kuis minggu lalu, dimenangkan oleh Syifa Fauziyah
“HOREEEEE”
Murid yang lain, jangan mau kalah ya…

SOAL KUIS:
1.           Aku adalah unsur kimia yang termasuk ke dalam golongan IA (Alkali), Hanya aku yang bersifat bukan logam dalam golonganku. Siapakah aku???
2.         Aku adalah unsur yang bersifat radioaktif. Aku berada pada golongan IIA. Siapakah Aku?
3.         Apa sih golongan transisi itu???
4.         Berapakah elektron valensi dari unsure Si, P, S, Cl, Ca ?

Cara jawabnya gampang sekali, murid-murid bisa langsung jawab di kolom komentar atau kirim jawabannya ke email ibu yaitu wandaamelia32@gmail.com

SIAPA CEPAT, DIA HEBAT!!!


-X MIA 2- MAN 3 JAKARTA

Kamis, 01 September 2016

KUIS KHUSUS UNTUK X MIA 2 MAN 3 JAKARTA

Assalamu'alaykum murid-murid yang Ibu sayangi.
Pasti sudah menunggu lama ya...

Okay, tak perlu khawatir apalagi risau ya..
Malam ini Ibu akan share soal menarik kimia yang sangat sayang sekali jika dilewatkan begitu saja...
Sudah siappp???

Yuuukkk....mulai dengan membaca basmalah dahulu
Bismillahirrahmanirrahim

1. Mata pelajaran kimia, identik dengan tabel sistem periodik bukan???? Nah..ada yang tau tidak perkembangan awal sistem tabel periodik itu seperti apa sih? Dari mulai penggolongan berdasarkan sifat logam dan non logam sampai  menjadi tabel periodik modern seperti saat ini?? Sebutkan perkembangan Tabel Periodik ya! Serta beri keterangan kelemahan dan kelebihan setiap perkembangan! Okay??

Mudah kok...kalau mau baca buku paket halaman 62 sampai 66 pasti bisa?? Open book kok

Yuukk segera jawab.

Jawabnya mudah kok, langsung saja ketik jawabannya di kolom komentar postingan ini ya
Atau boleh kirim email ke wandaamelia32@gmail.com

Ibu tunggu, siapa cepat, dia yang dapat reward!


Wassalamu'alaykum wr.wb


Note:
Kartu unsur kimia yang suah dibuat, besok di bawa ya.....

Jumat, 01 Juli 2016

CERPEN : CINTA DI UJUNG NADI



“ Pergi dan jenguklah Haris. Lihat keadaannya” nada pelan Pandu sambil menahan rasa sakit.

Tubuhnya menghilang dan kini aku hanya bisa melihatnya melalui jendela ini. Tubuh yang menggigil kedinginan sehabis terguyur hujan membuat diri ini lemas tak mampu berfikir jernih. Kurang lebih lima menit setelah merasa kebingungan, kuputuskan untuk pergi.

Kupercepat langkah kaki, air mata telah bercampur dengan tetesan hujan. Tak terhitung sudah berapa kali aku menabrak orang disekitar. Tak hentinya mulut ini berdo’a, meminta pertolongan kepada Sang Pencipta untuk menyelamatkan orang-orang yang kusayangi. Butuh waktu setengah jam untuk akhirnya tiba di rumah sakit tempat Haris dirawat. Tak kupedulikan pandangan aneh dari orang sekitar, bahkan aku sudah tak peduli dengan penampilanku.

Tepat di lantai tiga, dari kejauhan aku sudah bisa mengetahui posisi kamar Haris. Kulihat wajah-wajah yang tak asing bagiku, menangis terisak di depan sebuah kamar. Jantungku semakin kencang berdetak. Suaranya bahkan terdengar jelas. Sesekali aku usap air mata, mencoba lebih tegar. Namun kaki ini lemas dan terasa berat untuk melangkah.

“Mas Haris itu kuat, bahkan dia lebih kuat dari yang orang lain bayangkan. Aku yakin itu” , ucapku dalam hati dengan penuh keyakinan.

Belum sempat aku melihat orang yang biasa memangilku dengan sebutan “Dek”. Tubuhku sudah terhantam berbagai pelukan. Pelukan yang sungguh memilukan dada, membuat nafas semakin sesak. Sungguh aku tak suka pelukan ini. 

“Tolong jangan katakan apapun tentang kondisi Mas Haris. Mas Haris akan bangun, dia sudah janji. Tolong lepaskan pelukan ini tante” pintaku lirih…

Semua pun seakan tunduk dan memaklumi sikapku di kala itu.

“Bangun Mas…buka mata” pintaku lemas…

Tak mampu merangkai kata. Tak percaya dengan yang dilihat. Tubuh yang biasa menjadi sayap pelindungku  kini terbaring lemas. Tak lama, ada sosok wanita berdiri di sampingku tanpa suara. Ia berdiri sambil menatap Mas Haris  dengan sendu, air matanya jatuh bahkan sudah mengenai jendela tempat kita menatap tubuh Mas Haris. Pandanganku-pun beralih menatapnya.

“Sungguh beruntung kau mas, memiliki seorang kekasih yang begitu setia di samping mu” kata ku dalam hati.

Tak ingin merusak kesedihan Anggi yang merupakan pacar dari Mas Haris. Akupun melangkah mundur tanpa suara sampai aku lupa untuk berpamitan dengan keluarga Mas Haris. Kini aku menangis semakin menjadi. Tanganku ku upayakan semaksimal mungkin untuk menutupi mataku yang semakin sembap. Saat keluar, hujan belum berhenti, bahkan semakin deras. Mungkin hujan tau betapa sedihnya malam ini. Lari dalam derasnya hujan adalah cara jitu untuk berdamai dengan keadaan.

“ Di sana sudah ada Anggi, seharusnya aku bahagia. Mas Haris akan jauh lebih membutuhkan kehadiran Anggi” nada cemburu yang akhirnya terucap.

Kondisi Mas Haris semakin parah. Kesini Misykah ! (isi sms Anggi).

Itu adalah sms pertama yang Anggi kirim setelah kita perang dingin. Itu juga merupakan awal pembuka hubungan baik dengannya. Namun sayang, hubungan baik ini bersemi dikala Mas Haris masih tergeletak dalam mimpinya.

“Mas Haris…!!!!” teriak Anggi sambil memaksa untuk masuk ke kamar.

Gadis itu sudah tak bisa megendalikan amarahnya. Berulang kali dia meronta-ronta di pintu. Tak lama Ibu Mas Haris pun pingsan, menambah kelam suasana di malam itu. Sempat sekitar lima menit aku terpaku berdiri seperti sedang melihat pertunjukkan kesedihan tanpa berbuat apapun.
***
“ Baca surat ini ” tukas Anggi sambil beranjak berdiri meninggalkan semua yang hadir.

Surat itu belum aku pedulikan, karena mataku masih fokus melihat tubuh Anggi yang berjalan lunglai. Tubuhnya lemas tak bergairah. Tatapan matanya kosong.

Surat dengan amplop berwarna putih tanpa nama. Namun harum amplop ini sepertinya tak asing bagiku. Kubuka tanpa berfikir apapun.

Dear : Misykah
Dek..mas tidak pergi ke mana-mana. mas hanya pindah ke tempat lain. Tapi yakinlah cinta mas tak akan berpindah. Maafkan mas yang membuat adek bertengkar dengan Anggi. Mas memang jahat. Maaf jika kenyataan pahit ini baru mas katakan lewat tulisan ini. Mas sayang adek. Itu saja. Mas takut kehilangan adek. Mas tak pernah benar-benar mencintai Anggi. Mas terpaksa, karena mas cemburu berat dengan Pandu. Seharusnya adek sadar itu. Kita sudah bersama sejak kita dilahirkan. Rumah kita hanya dipisahkan tembok. Adek orang pertama dan terakhir yang mas cinta. Sungguh, predikat sahabat sangat menyakitkan buat mas. Seakan-akan mas tak bisa mendapatkan adek sebagai kekasih. Tenang, Anggi sudah tau hal ini. Kita akan bertemu lagi kok dek. Maaf ya mas gak bisa hadir di pernikahan adek suatu saat nanti. Tapi mas yakin adek pasti cantik banget.
Dari: orang yang mencintaimu melebihi dirinya sendiri –Mas Haris-

Seketika hujan turun bersamaan dengan tangisan ini. Wajah Mas Haris begitu jelas dibenakku. Ku cium batu nisan ini.

 “Penyakit ini sungguh tega merenggutmu dariku”, ucapku sinis pada keadaan.

Mas Haris memang sudah memiliki kelainan jantung sejak kecil. Dia sudah lama berjuang melawan takdir dirinya. Berbagai rangkaian pengobatan sudah pernah ia lakukan.

Bayangan cerita lama sejak kita kecil memutar di otakku seperti rangkaian film yang tak pernah habis. Gelang yang sudah sejak 3 tahun lalu melingkar di lenganku, kini ku lepaskan. Ku letakkan di bawah batu nisan ini. Gelang persahabatan yang dulu pernah kita beli bersama sepulang sekolah. Kala itu hujan turun, dan kita bermain hujan bersama hingga kami berdua sakit secara bersamaan. Dan masih banyak hal indah lainnya. Sungguh aku tak mau beranjak pergi dari sini. Mas Haris butuh teman di sini. Aku sudah janji akan menemaninya selalu. Namun apa daya, tubuhku yang lemas tak mampu melawan tarikan ayah yang berniat membawaku pulang.  Mataku tak berhenti melihat gundukan tanah itu sampai kaca mobil yang menutup menjadi penghalang.

“Tlilit”, nada handphone yang getarannya membuatku bangun.

Akibat seharian menangis akupun tertidur. Kulihat kotak masuk dari Anggi.

Kau sungguh gadis yang beruntung. Mas Haris selalu menceritakanmu padaku  hingga membuat aku kesal bukan main. Tapi aku tau, cinta tak dapat dipaksa. Terimakasih telah megizinkan ku mengenal Mas Haris.
–Anggi-  

Isi pesan Anggi sungguh membuat bibir ini  tersenyum. Sambil menatap langit yang indah. Perlahan ku arahkan mataku ke bingkai foto yang di dalamnya terdapat foto kami berdua saat masih berumur 10 tahun.

 Ada cerita tentang masa yang indah. Dan kita bersama…..(alunan lagu Ariel “Noah” dari kaset milik tetangga seperti mengiringi suasana hatiku)

***
Entah mengapa banyak orang yang suka mengomentari kehidupan orang lain. Selalu saja ada yang salah dari setiap pilihan yang diambil. Mengapa fisik selalu menjadi penilaian pertama dan seakan sudah mewakili kepribadian seseorang. Sungguh picik! Tidakkah kita sadar bahwa semua ini ciptaan Sang Khalik.

Akhir-akhir ini memang banyak yang menggunjingku.

 “ Kok bisa sih Misykah, cewe yang super duper perfect itu suka sama cowo kaku , kaya gak ada pilihan lain aja” celoteh teman sekelasku.

Ibuku juga ikut komentar menambah kesal hati ini, “ Neng, memang tidak ada ya cowo yang lebih cakep sedikit dari Pandu?”.

“ Tidak ada bu” jawabku datar sambil meninggalkan Ibu dan masuk ke dalam kamar. Seperti tak mau ditanya kembali terkait hal itu.

Apa salahnya menyukai seseorang yang katanya tidak tampan. Toh, banyak yang tampan tapi tak setia. Hubunganku dan Pandu memang bukan sebagai kekasih. Namun berita ini sudah menyebar ke seluruh universitas. Apalagi kami sama-sama aktif organisasi. Hampir setiap rapat selalu saja ada yang menyinggung kami. Kami memang dekat, tapi tidak pacaran. Pandu anak jurusan Fisika. Dia memang tak memiliki fisik semulus Justin Bieber, tapi dia kan pintar, jenius bahkan. Lagipula aku suka kok dengan cowo berkacamata. Terlihat lebih intelektual. Wajar saja dia kurus, karena dia rajin belajar. Pandu bisa menghabiskan beberapa buku dalam satu hari. Entah sudah berapa emas yang ia peroleh hasil olimpiade fisika Internasional. Rambutnya memang tak pernah tersisir rapih, tapi bagiku dia berbeda. Wajah lugunya sambil tersenyum ditahan saat tak sengaja melihatku, membuat jantung ini berdetak kencang. Aku memang sangat terpesona dengan laki-laki yang sangat lancar menceritakan benda-benda di langit. Pandu lebih memilih mengerjakan soal fisika dengan tingkat kesulitan dewa dibandingkan harus menyatakan perasaannya ke seorang wanita. Dia bahkan butuh persiapan panjang untuk sekedar memanggil namaku. Kecelakaan tahun lalu juga karena dia memaksakan kehendak untuk berkunjung ke rumahku. Isi dari perbincangan kita tak pernah jauh dari teori lubang hitam dan segala teori dari para ahli. Aku yang duduk di jurusan Bahasa Indonesia-pun kini jadi semakin banyak tau terkait teori-teori fisika.

Tak peduli dengan yang lain katakan. Bagiku dia sangat menyenangkan. Mungkin beginilah cinta. Tak pernah bisa diberi alasan.

***
“Apakah Pandu hadir di pernikahan kita , sayang?” tanyanya penuh penasaran.

 “Tidak mas. Saat kami duduk di semester 4 kami tak pernah berkomunikasi kembali. Adek sudah mulai mengenal liqo (mentoring islami) dan Pandu-pun begitu. Kami sadar bahwa hubungan kami tidak dicintai oleh Allah SWT. Hubungan kami terhenti saat kesadaran akan cinta ilahi jauh lebih penting dari segalanya. Pada saat itu juga adek mulai memakai hijab mas. Adek mulai sering ikut kajian-kajian islami. Adek juga mulai bergabung dengan lembaga dakwah kampus. “ Jelasku sambil asik mengiris bawang merah di dapur.

Laki-laki yang penuh kelembutan itupun mengusap kepalaku dengan kasih sayang.

“ Mas bangga sama istri mas, adek benar-benar menjemput hidayah dengan penuh keistiqomahan” senyum dari sosok yang selalu membuatku tenang, membuatku selalu ingin membalas senyumnya dengan senyumku yang terbaik.

“ Pandu sekarang dimana? Adek tau?” tanya Mas Yusuf sambil mengambil pisau berniat untuk membantu mengiris bawang merah.

Sebelum menjawab, aku pun menghela nafas terlebih dahulu.

 “ Dulunya adek gak tau mas, tapi saat pernikahan kita, datang sahabat pandu yang juga teman adek  waktu kuliah. Innalillahi Pandu sudah lebih dulu ke pangkuan sang ilahi. Pandu sakit tumor otak mas. Adek sempat kaget. Tapi syukurlah di akhir hayatnya Pandu sudah jadi ikhwan mas. Dan yang membuat adek lebih sedih, Buku penemuan fisika terbaru yang sempat ia luncurkan dipersembahkan untuk adek. Nama adek tertulis jelas di dalam bukunya. Padahal kala itu, kami sudah tidak pernah berkomunikasi kembali. Adek banyak belajar dari Pandu bagaimana mencintai seseorang dengan tulus namun dalam diam.” Tanganku dengan sigap menutupi air mata yang memaksa untuk keluar.
Tangan lembut Mas Yusuf pun secara perlahan mengusap air mataku.

“Sungguh beruntung kau dek, begitu banyak orang yang mencintaimu. Tapi yang jauh lebih beruntung adalah Mas Yusuf, karena diizinkan oleh Allah meminang akhwat tangguh, cantik, cerdas, baik hati. Mas selalu berdo’a agar kisah keluarga kecil ini berlanjut hingga jannah-Nya. Aamiin.” Ciuman lembut yang bersandar di keningku sungguh membuat hati ini berbunga-bunga.

Kini aku tau, cerita di masa lalu bukan hanya sekedar cerita belaka biasa. Banyak pembelajaran dan hikmah yang bisa kita petik . Hikmah tersebut yang akan menjadi guru kita di masa mendatang. “ Aku mencintaimu karena Allah Mas Yusuf” ucapku malu sambil tertunduk . Tangan lembut itupun mengangkat wajahku, matanya berusaha menangkap mataku. “ Aku-pun mencintaimu karena Allah, Misykah”

 ( Karya: Wanda Amelia Rahma)



CERPEN: Bukan dia! Tapi DIA!





“Ingin rasanya ku belah tubuhku. Takdir macam apa ini ha! “ tubuhku jatuh pasrah pada tanah yang basah, udara dingin karena hujan membekukan tubuhku, mungkin sebentar lagi jantungku yang akan membeku. Dengan sisa tenaga yang aku punya, ku masih sempat bertanya pada langit. 

”Hai langit, aku ini gadis malang yang sedang meronta meminta belas kasih, mengapa kau halangi tangisanku dengan hujanmu ini???"  Tangan yang terkepal kedinginan berkali kali menghujam pada tanah sambil menangis dengan sisa tenaga yang ada, namun tangisan hanya tangisan semata, hanya pohon pohon tinggi yang menyaksikan. Tubuhku pun bersahaja dengan tanah, kerudung putih yang kukenakan sudah berubah warna sama dengan warna tanah tempatku tergeletak. Terakhir ku lihat cahaya terang dari jauh sana, saat ku coba untuk membangunkan diriku,  namun justru gelap yang terlihat.  
***
“ Rey….ha..n” sapa ku lemah padanya.

 “Wahai sahabatku, mengapa kau tertidur dengan banyak alat seperti itu? Bukankah kau terbiasa tidur dimana saja tanpa alas apapun. Mengapa mukamu pucat sekali? Aku ada di sini Rey…Bangun…ayo bangun. Aku punya banyak cerita yang harus kau dengar” Air mata ku berlinang, mulutku bisu saat ku sadari bahwa sahabat kecilku kini terbaring antara hidup dan mati. Tak lama, seseorang berbaju putih rapih lengkap dengan asistennya masuk menghampiri kami, ia dengan sigap memeriksa kondisi Reyhan.

 ” Dokter, ambilah jantungku untuk Reyhan, cepatlah akhiri segala penderitaan Rey….” ( Belum sempat ku akhiri kalimatku, tubuhku sudah terhempas pergi jauh dan akupun tak mampu menjelaskannya)
***
Kini aku berada di tempat yang tidak asing bagiku, tempat yang penuh kehangatan, keceriaan, semua canda tawa ada di sini. Namun kini, semua hampa, tak ada bedanya dengan dinding bisu. Ku telusuri setiap sudut rumah ini, semua barang-barang masih terletak pada tempatnya. Ini dapur, dimana tempat Ibu dan aku berbagi canda tawa sambil menyiapkan hidangan, ini ruang tamu tempat kami bersenda gurau selepas beraktifitas, dan ini kamar orang tuaku. Kamar ini beralih fungi menjadi ruangan utama dari rumah ini. Ibuku dengan kantung matanya yang hitam duduk setia di samping ayahku, adikku yang duduk terpaku dipojok ruangan sambil menanti perintah Ibuku. Dan ayahku, ia adalah pahlawan bagiku, ia selalu ada untukku, ia selalu melindungiku dari ejekan teman-temanku, ia dewa penolongku, namun pahlawan ku kini tak berkutik apapun. Tubercolusis yang sudah lama menyerangnya telah menghilangkan 40 kg dari berat badannya, batuk yang tiada henti, disertai sakit kepala luar biasa. Dua tahun sudah ayahku tak bekerja, kini kami hidup dari uang belas kasih rekan-rekan kerja ayah. Lututku lemas, kaki ku seakan hilang kekuatan untuk menopang diriku. Tubuhku pun jatuh ke lantai, ku seret tubuhku mendekati Ibuku. Ku hapus air matanya, ku cium keningnya. Ku seret tubuhku mendekat kepada adikku satu satunya, ku belai rambutnya dan ku cium pipinya. Aku pun mempercepat tubuhku untuk mendekati ayahku, ku cium pipinya. Belum selesai ku cium pipinya, tubuhku kembali tertarik ke luar rumah. ”Mau dibawa ke mana lagi tubuhku?”
***
“Fandi!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriakku sekencang yang aku bisa. 

Namun, kecelakaan itu tak dapat dicegah.  Jantungku seakan berhenti untuk beberapa saat, nafasku sesak tak mampu menghirup oksigen dari udara di sekitarku. Sempatku terpaku lama dalam lamunanku. Orang yang selama ini senyumnya aku rindukan, kata-katanya yang menenangkan, yang wajahnya selalu ku harap melintas di mataku. Kini terbaring dengan darahnya, helm yang masih ia kenakan pun bersimbah darah, motornya yang nyaris ku hafal segala aksesorisnya tergeletak di sampingnya dengan keadaan roda yang masih berputar. Saat lamunanku berhenti, aku langsung berlari secepat yang aku bisa. 

“ Fandi…….Jangan Pergi!!!” Namun tubuhnya mulai sulit ku lihat karena tertutup kerumunan orang. Saat aku coba menerobos masuk ke tengah kerumunan itu, badanku justru tertarik ke belakang dan gelap kembali ku rasakan.
***
”Aisyah…syukurlah kamu sudah sadar” sapa seseorang yang suaranya sangat ku kenal. Perlahan mataku mulai berfungsi sebagaimana mestinya, hingga wajah lembut nan cantik itu mampu ku lihat secara sempurna.

 “ Ibu…” jawabku lemah nyaris tak terdengar.

 “Iya sayang, kamu jangan banyak bicara dan bergerak dulu ya. Ibu sudah bawakan minum untukmu. Untung saja ada Hana, jadi kamu langsung bisa di bawa ke rumah. Ibu sangat khawatir sayang” ciuman yang ia berikan pada keningku mengakhiri pembicaraannya.

Segelas air putih yang baru saja ku minum sangat menyadarkanku, bahwa beberapa peristiwa tadi yang kualami hanyalah ilusi di alam bawah sadarku. Ku coba tegakkan tubuhku. Karena aku tak mau membuat khawatir sahabatku yang sudah bersusah payah mengantarkanku. 

“ Kau tak perlu banyak bicara saat ini, ku ceritakan saja pada mu. Aku mulai curiga padamu saat kau pulang lebih dahulu bahkan saat bel belum berbunyi, kau sangat terburu-buru, namun mukamu sangat kacau parah. Aku sangat khawatir padamu, dan setelah bel pulang berbunyi, aku langsung bergegas mengikutimu. Karena motorku sempat mogok sebentar karena hujan, hingga jejakmu pun sempat hilang dari pandanganku. Dan saat ku temukan, kamu sudah terbaring pingsan di depan kebun milik Pak Haji Ten” Penjelasan Hana yang sangat menyejukan hati. Ia sahabatku di kelas 12 IPA 2. 

“ Awas saja kalau kamu seperti ini lagi, akan aku tinggalkan saja di sana, biar kamu bermalam di depan kebun Pak haji Ten” nada Hana sedikit kesal.

 “ Mana tega Hana yang cantik meninggalkan sahabatnya yang unyu unyu sepertiku” Balasku dengan penuh percaya diri. “ Hahah..ha..ha..ha..

” Tawa kami pun memecah suasana yang sunyi. Segala kepedihan seakan terlupa begitu saja."
***
Hidup memang seperti roda yang berputar, kadang di atas, kadang pula di bawah. Kadang sedih, kadang pula bahagia. Memang benar, tak selamanya hujan dan awan gelap menyelimutiku, karena ada kalanya hujan berhenti dan giliran pelangi yang menemaniku diikuti matahari yang sebentar lagi akan muncul di hadapanku. Tak ku sangka, hari-hari itu telah berlalu. 

"Huh…….udara begitu segar ku hirup” Udara di waktu shubuh memang sangat menyejukkan hati. 

“ Tlilit..tlilit..tlilit” bunyi handphone  pertanda ada panggilan masuk. “ Reyhan?? Untuk apa dia menelfonku pagi-pagi seperti ini?” tanyaku heran

 “ Assalamu’alaykum Aisyah” sapa Reyhan dengan nada khawatir. Belum sempat aku membalas salamnya, ia pun segera melanjutkan pembicaraannya. 

“ Mengapa kau menjauh dari aku Aisyah?? Kita sudah berteman lama kan..? Aku pun sudah mengakui bahwa aku sangat mencintaimu. Aku sudah memutuskan hubungankun dengan Seira. Aku pacaran dengannya hanya kerana ingin membuatmu cemburu. Ayolah Aisyah..jangan seperti ini, sok misterius menghilang dariku. Aisyah??? Jawab aku??” 
Aku hanya tersenyum manis, dan kumatikan handphone untuk mengakhiri percakapan.

 “ Seandainya kau tau Reyhan, dulu aku sangat pernah mencintaimu. Namun cinta itu telah aku kubur dalam-dalam saat ku tau bahwa kau menjalin hubungan dengan Seira. Seandainya kau pun tau, Seira adalah saudara sepupuku. Kami berdua memang lahir pada tahun yang sama. Kami sering berkumpul saat lebaran tiba layaknya saudara. Bahkan Seira sering curhat tentang perasaannya padamu kepada ku. Apa yang harus aku lakukan?? Tak mungkin aku mematahkan perasaan saudaraku sendiri. Saat kau sakit antara hidup dan mati, diriku pun sudah seperti mayat hidup. Aku ingin ada di sisimu sebagai sahabatmu. Namun perasaanmu padaku ternyata sudah diketahui Seira. Dua hari sebelum kau masuk rumah sakit, Seira menangis dihadapanku, bahkan ia hampir mau sujud di hadapanku, ia memintaku untuk menjauh darimu. Cintaku pada mu sudah ku tenggelamkan di dasar laut Rey saat kejadian itu. Sakit..sangat sakit. Bahkan mungkin lebih sakit dari segala peralatan rumah sakit yang pernah kau rasakan. Namun sudahlah..kita semua tunduk pada takdir. Ku lakukan ini padamu, agar kau terbiasa tanpaku. Ini sudah yang terbaik” Jelasku pada langit. Ku harap langit mampu menyadarkan Reyhan dan menyampaikan alasanku ini padanya.
***
Matahari, bulan, dan bumi terus berputar pada porosnya, seakan tak peduli dengan keadaan umat manusia. Hari pun telah banyak yang terlalui. Hari yang suci nan fitri pun tiba, hari dimana segala ampunan diberikan. Begitu ramainya keluargaku, sanak saudara yang sudah lama tak jumpa kini bisa berkumpul bersama. Ayah yang dulu terbaring sakit, kini sudah bisa makan ketupat bersama-sama. Tak henti-hentiya aku bersyukur pada Mu Ya Rabb. 

“ Tlilit”, bunyi pesan di hp

Selamat Hari Raya Idul Fitri Aisyah. Ini Reyhan. Maafkan kesalahanku ya. Aku sadar mengapa kau diam selama ini. Karena kau kini memilih Fandi dibandingkan aku. Aku tidak apa apa kok. Do’a yang terbaik untukmu. Dari: sahabat kecilmu –Reyhan-
Aku tertawa ringan. Aku pun segera berwudhu, karena sebentar lagi memang sudah memasuki waktu Shalat Dzuhur. Setelah ku tunaikan empat rakaat shalat Dzuhur, dilanjutkan dua rakaat shalat sunnah rawatib, kembali ku panjatkan do’a pada ilahi.

 “ Ya Allah, Ya Tuhanku, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan yang menciptakan langit dan bumi beserta yang berada di anatara keduanya. Syukurku pada Mu Ya Rabb atas cinta yang Kau berikan untukku. Terimakasih Kau telah memberikan aku pelajaran yang berharga dalam hidup ini. Terimakasih Kau telah selamatkan orang-orang yang ku sayang. Kau kembalikan ayahku dalam keadaan sehat jasmani wal ruhani kembali, kau kembalikan sahabat hamba dalam keadaan sehat kembali, kau juga selamat teman hamba dari kecelakaan itu. Jika bukan karena kekuasaan-Mu, maka tak mungkin aku dan keluargaku bisa berkumpul bersama seperti ini. Cinta-Mu sangat besar padaku, tak mungkin aku khianati Cinta Mu untuk yang lain. Ku sayangi kedua orang tuaku karena Allah. Ku sayangi saudara dan teman-temanku karena Mu Ya Allah. Seandainya aku mampu menjelaskan pada Reyhan. Bukan Fandi yang ku pilih, bukan dia yang ku pilih Rey. Tapi Allah yang memang seharusnya kita Cintai secara hakiki." 
-SELESAI-



(Wanda Amelia Rahma)

CERPEN : SAAT SINAR HIDAYAH TIBA




Tinggi semampai, kulitnya yang putih berseri sangat menyejukkan hati. Suaranya yang lembut menambah manis wajahnya. Hijab berwarna merah muda sangat menambah cantik paras wajahnya. Gamis bermotif bunga menciptakan pesona natural pada dirinya. Bukan hanya cantik, ia juga wanita yang cerdas dan sholihah. Anak tunggal dari keluarga pengusaha ini selalu menjadi pembicaraan guru-guru di kelas. Tak jarang setiap wali murid yang bertemu dengannya saat pembagian rapor selalu memujinya. Peringkat pertama di kelas sangat mudah ia capai, beberapa lomba berhasil ia menangkan baik lomba akademik ataupun lomba keagamaan. Bisa dikatakan, ia idaman bagi semua orang yang melihatnya. Sifat kesederhanaannya membuat ia nyaris terlihat sempurna. Tidak ada yang tak mengenalnya.

“Zahra, aku sungguh iri padamu” tuturku pelan sambil menatap Zahra yang sedang makan di kantin bersama teman-temannya.

“Naira, kau mengapa berdiri di situ? Ayo gabung dengan kami, kita makan bersama di sini. “ ajak Afifah padaku sambil memberi sedikit ruang kursi untukku.

Afifah adalah teman satu bangku denganku. Namun sayang, dari sekian banyak penggemar Zahra, hanya Afifah yang bisa menghargai keberadaanku.        
 ( Kepalaku menggeleng) pertanda bahwa aku menolak ajakannya.
***
“Sial!!!!!!!!! Mengapa aku belum mati juga??? Argghh..mengapa mobil tadi tak manabrak ku saja! Pakai menghindar lagi…Argggg “ nada ku kesal penuh amarah.

Sudah dua jam berkeliaran di jalan raya dimana waktu malam sudah akan berganti menjadi dini hari, lampu kendaraan yang sengaja aku matikan, helm yang tak aku kenakan, kembali aku mengencangkan gas kendaraan dan melaju kencang tanpa pelindung jaket atau apapun.

“ Hai Malaikat Maut, Apakah Kau takut pada gadis berumur 16 tahun ini ha????? Kau berani ambil seluruh kebahagiannku kan??? Mengapa kau hingga detik ini belum juga mengambil nyawaku???? Apakah kau kini baru sadar sedang berhadapan dengan siapa??? “ teriakku kencang memecah keheningan malam.

Jalanan pun semakin sepi, yang terdengar hanya hembusan angin kencang serta beberapa helai daun yang berterbangan. Kembali ku melaju kencang dengan motor yang umurnya lebih tua satu tahun dari umurku.

“Mana bubur ayah????” tanya ibuku setelah aku selesai memasukkan motor ke dalam rumah.
 “ Sudah cari, tapi tidak ada yang jual.” Jawabku datar dengan kalimat seadanya.

Batuk ayahku terus mendominasi seisi rumah hingga telingaku mau pecah, tak jarang ayah melempar benda apa saja yang ada di dekatnya. Entah sakit apa ayahku sebenarnya. Komputer yang ku dapatkan dengan susah payah pun menjadi korban dari kelakukan ayahku.

 “ Prakkkkkkkkkkkkkkk” Handphone tua milik Ibuku yang kini ia banting ke lantai.
 “ Nyari bubur saja tidak becus!!!!!!!” nada sinis ayahku sangat menyindirku malam itu.  
“Sudah gerah rasanya berada di rumah ini” ujarku pada Ibu sambil mengambil kembali kunci motor yang telah aku letakkan di atas meja.
“ Ayah sudah tak perlu marah-marah lagi dengan ku! Tak usah cari aku kemanapun !!!!” itulah kalimat terakhir yang terucap di malam itu.

Usaha Ibuku untuk mencegahku pergi dari rumah pun hanya sia-sia belaka. Gadis yang merasa takdirnya sedang dipermainkan pun melaju kencang tanpa arah.
***
Kedua tanganku yang ku regangkan memecah keheningan pagi. Kepala yang sudah lama ku sandarkan ke stank motor kini mulai terasa sakit untuk di tegakkan. Badanku kaku karena hampir semalaman aku tertidur di atas motor. Mataku yang bengkak akibat menangis terlalu lama.

 “ Ouhh tidak..ternyata aku masih hidup di dunia ini” ungkapku kecewa karena berharap tak pernah bangun dari tidur ini.

Setelah mataku sudah mampu melihat secara sempurna, kuamati lingkungan sekitar. Banyak Ibu-Ibu yang beramai-ramai pergi ke pasar, orang-orang itu berjalan memecah pematang sawah milik Pak Abdul.

 “ Ternyata semalam aku tidur di sawah milik Pak Abdul” tuturku sendiri sambil mencoba meregangkan kepalaku.

Hari ini berbeda dari hari biasanya, banyak orang yang pergi ke pasar dan hal itu menyadarkanku bahwa esok sudah masuk bulan suci Ramadhan. Berbondong-bondong orang mempersiapkan hidangan untuk saur pertama mereka di rumah. Itulah tradisi di desa kami. Ku hapus air mataku yang tanpa permisi mengalir di pipi.

 “ Aku hampir lupa indahnya bulan suci Ramadhan, akupun sudah lupa kapan terakhir kali aku berpuasa? Buat apa aku lakukan itu, Tuhan tak menyayangiku” ujarku kaku dalam hati.
***
Kuputuskan untuk tidak sekolah di hari itu. Namun aku harus pergi dari sini, karena daerah ini belumlah jauh dari rumahku. Aku khawatir akan ada yang bisa mengenaliku.

“Kriuk….kriuuuk” bunyi suara perutku yang lapar.

Aku pun tak berfikir lama, ku segera bergegas ke rumaha Afifah dengan motor tuaku, berharap ia masih memiliki sedikit rasa iba untuk memberiku makan. Saat hendak pergi menuju kediaman Afifah, motor tuaku hilang kendali, entah apa lagi yang rusak. Belum sempat ku berhenti dan meminggirkan motor. Sebuah mobil mewah dari arah berlawanan semakin dekat ke arah ku, lajunya yang juga kencang membuatku panik kala itu.

“Jger…” kecelakaan itu tak dapat dihindari.

Untunglah aku hanya keserempet, namun motor ini rusak parah. Kakiku agak terseok namun masih sanggup untuk berdiri.

“Maafkan kami” suara itu seakan menambah rasa sakit itu.

Ya…itu suara Zahra. Suara gadis seumuran dengan ku namun hidupnya selalu indah bagai di taman surga. Tak mau aku melihat dan meladeni permohonan maafnya. Namun Zahra yang sudah rapih mengenakan pakaian seragam pun berusaha mengejarku.

“ Mengapa kau begitu benci padaku?? Apa salahku pada mu? Apakah aku tak boleh mengobati lukamu??? Tanya Zahra begitu cepat

“Aku tidak sakit sama sekali. Jadi kau tak perlu bersusah payah mengobati lukaku. Lukaku ini tak sesakit kehidupanku. Asal kau tau, gadis manja sepertimu yang hidup dengan penuh kenyamanan mana mungkin tau bagaimana rasanya sakit ini! Pergi sana! Kembali saja dengan keluargamu! Aku memang iri padamu! Tapi aku tak meminta belas kasihan dari mu Zahra!” jawabku tegas penuh amarah sesekali aku menunjuk dirinya dengan jariku. 

“Oh jadi ini alasannya, kumohon ikutlah denganku” Zahra segera menarik tanganku bahkan ia menyeret diriku hingga masuk ke dalam mobilnya. Dengan kaki yang terseok tak mampu melawan tarikannya.
***
Hatiku semakin kesal padanya saat ia pamerkan segala benda mewah yang ada di rumahnya. Hingga tiba di sebuah kamar dimana di pintunya bertuliskan “Zahra’s room”. Badan tinggi semampai Zahra tepat di depanku namun ia membelakangiku.

“ Namaku Zahra, akulah orang yang kau benci. Akulah gadis yang hidupnya selalu bahagia. Namun asal dunia tau, rasa sakit ini pun terus menyelimutiku. Aku bukanlah anak mereka. “  suara Zahra sangat pelan hingga membuat suasana semakin haru.

 “ Maksudmu apa kalau kau bukan anak keluarga ini?” tanyaku heran.

 “ Aku adalah anak yang mereka adopsi, aku tau hal ini karena tak sengaja mendengar percakapan kedua orang tua angkatku di kamar. Hidupku hancur di kala itu. Sudah ku coba beberapa kali mencari identitasku sebenarnya. Namun belum kutemukan kepastiannya. Ada yang bilang, orang tua kandungku terlilit hutang hingga akhirnya menjualku, ada pula yang bilang aku adalah anak dari pembantunya yang sudah mati beberapa tahun silam. Ditambah lagi tubuhku yang memiliki kelainan jantung membuatku harus selalu berhadapan dengan kematian. Orang tua angkatku memang sangat menyayangiku, tapi tetaplah hatiku tak pernah bahagia seutuhnya apabila bukan dengan keluarga kandungku sendiri.” Jelas Zahra sambil menangis mengeluarkan segala kepedihan hidupnya.

Kepalanya masih menunduk, tangannya beberapa kali menghapus air matanya dan badannya masih tetap membelakangiku. Aku pun tak tega untuk menatap wajahnya.

“ Tapi aku mampu bertahan, tidak seperti mu Naira” ujar Zahra sambil menegakkan kepanya dan kini mulai menampakkan wajahnya.

“ Aku masih punya Allah yang tak akan pergi kemana mana dariku, dengan do’aku selama ini aku tetap yakin bahwa suatu saat nanti Allah akan mempertemukan aku dengan keluargaku. Walau jika tidak di dunia, maka mungkin bertemu di syurga. Aku tak menyalahkan segala takdirku. Karena aku tau bahwa Allah-lah Tuhan pemilik segala yang ada di bumi, termasuk pemilik orang tuaku”  perkataan Zahra kali ini sungguh menusuk jantungku hingga urat nadiku.

“ Apa yang telah aku lakukan pada hidupku. Bukan Allah yang menghancurkan hidupku, namun aku sendiri. Apa yang telah ku lakukan pada kedua orang tuaku dan adikku?? Apa yang telah kulakukan pada Zahra yang hidupnya jauh lebih menyedihkan dari hidupku” sungguh perkataan Zahra membuat lututku semakin lemas ditambah bekas luka akibat kecelakaan hingga aku pun terjatuh ke lantai.

Tangisan itu memecah keheningan di rumah Zahra. Pelukkan Zahra sangat membuatku semakin bersalah. Rasa Maluku pada Sang Maha Pencipta membuatku tak henti hentinya menangis dan meminta ampun.
***
“Asyhadu Alla ila hailallah waasyhadu anna muhammadurrasulullah, aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi Nabi Muhammad adalah utusan Allah” inilah kalimat tobatku di bulan suci  Ramadhan. Aku kembali pada Mu Ya Rabb.

( Wanda Amelia Rahma)



Serunya Oreo 110th Birthday Celebration Bareng Keluarga di Rumah

  Hal yang paling dirindukan dari seorang anak perempuan yang sudah berumah tangga adalah momen saat bisa kumpul bareng sama orangtua ters...