Assalamu'alaykum semuanya....
Praktikum
I: Keterampilan Dasar di Laboratorium
Pada
praktikum pertama ini keterampilan dasar yang paling dominan terletak pada
percobaan titrasi asam basa. Praktikum tersebut mengenalkan kepada para
praktikan mengenai cara pemasangan alat titrasi yang terdiri dari statif dan
kemampuan mengambil larutan menggunakan pipet gondok. Adapun cara menggunakan pipet
gondok yang diajarkan oleh asisten laboratorium:
1. Bersihkan
( sterilkan) pipet gondok menggunakan aquadest
2. Pipet
gondok dipegang menggunakan tangan kiri
3. Bulb
dari pipet gondok tersebut dipasang di bagian atas pipet gondok menggunakan
tangan kanan. ( untuk pemasangan bulb itu sendiri tidak perlu terlalu ditekan
karena bisa menyulitkan saat dibuka)
4. Masukan
pipet gondok yang sudah siap ke dalam gelas kimia yang berisi larutan yang akan
diambil . ( untuk penggunaan jenis ukuran pipet gondok itu sendiri disesuaikan
dengan volume larutan yang akan diambil)
5. Blow
up bulb ( tekan bulb dari pipet gondok, maka larutan akan masuk dan naik ke
dalam pipet gondok)
6. Setelah
larutan sudah tepat pada ukuran yang diinginkan, segera lepaskan bulb lalu
dengan cepat tutup ujung pipet gondok tersebut menggunakan telunjuk tangan
kanan.
7. Untuk
mengetahui ketepatan pengambilan menggunakan pengamatan meniscus pada larutan
yang terdapat dalam pipet gondok. Apabila larutan yang diambil tak berwarna,
maka menggunakan meniscus bawah, namun jika larutan yang diambil berwarna, maka
menggunakan meniscus atas.
8. Masukan
pipet gondok ke dalam wadah kimia yang telah disediakan.
Saat
ingin menuangkan larutan dari pipet gondok ke wadah kimia, perhatikan posisi
dari pipet gondok tersebut. Pipet gondok harus berada dalam posisi yang tegak,
sedangkan wadah kimia sebagai tempat menampung larutan dibuat agak miring
beberapa derajat.
9. Buka
telunjuk yang menutupi ujung dari pipet, agar larutan turun ke dalam wadah.
10. Apabila
semua larutan sudah turun, diamkan kurang lebih 10 detik agar semua larutan
benar-benar turun semua tanpa ada yang tersisa. Hal tersebut sangat
mempengaruhi terhadap keberhasilan percobaan.
Selain
keterampilan mengguanakan pipet gondok, kita pun diajarkan kembali untuk
menggunakan pipet tetes. Memang terlihat sederhana, namun ternyata masih banyak
dari praktikan yang kurang tepat dalam menggunakan pipet tetes. Adapun cara
yang diajarkan:
1. Pastikan
pipet tetes yang digunakan masih dalam keadaan yang layak pakai terutama pada
bulbnya , dimana bulb dari pipet tetes tersebut apabila ditekan harus bisa
cepat kembali mengembang seperti semula, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pipet tetes tersebut dalam keadaan baik
2. Sterilkan
pipet tetes
3. Tekan
bulbnya
4. Masukan
pipet tetes ke dalam larutan yang akan diambil.
5. Setelah
pipet tetes masuk ke dalam larutan maka segera lepaskan bulbnya agar larutan
segera naik ke dalam pipet tetes.
6. Tekan
bulbnya kembali apabila ingin mengeluarkan larutan tersebut ke dalam wadah kimia.
Pada
titrasi asam basa, kami dituntut untuk menguasai kemampuan pengamatan warna
hasil titrasi agar tepat equivalen sesuai dengan warna yang diinginkan,
keterampilan dasar pada masalah ini adalah menggunakan kertas putih kosong
sebagai alas dari Erlenmeyer. Perubahan warna dari larutan yang terdapat dalam
Erlenmeyer akan lebih akurat jika didasari warna putih.
Keterampilan
yang diajarkan pada praktikum I ini sangatlah banyak, salah satunya kemampuan
mengocok larutan. Ada perbedaan teknik mengocok ketika menggunakan labu ukur
dan dengan labu Erlenmeyer.
1. Menggunakan
labu ukur : Teknik
mengocoknya dengan cara dibolak balik
2. Menggunakan
labu Erlenmeyer : Teknik
mengocoknya dengan cara digoyang-goyang ke kiri dan kekanan
Praktikum
II: Stoikiometri
Pada
praktikum stoikiometri ini, hampir semua praktikan tidak berhasil dalam
melakukan percobaan. Hal itu terbukti karena massa hasil percobaan tidak sesuai
dengan massa hasil perhitungan. Salah satu penyebabnya adalah kesalahan
praktikan dalam menuang larutan dari gelas ukur ke dalam gelas kimia. Setelah
praktikum berakhir, kami diajarkan teknik menuangkan larutan. Teknik menuang
larutan yang benar dari gelas ukur ke dalam gelas kimia adalah:
1. Gelas
ukur yang sudah berisi larutan yang akan dituang diletakkan pada posisi 450
terhadap gelas kimia.
2. Tuang
larutan secara perlaha-lahan
3. Setelah
larutan dikira sudah tertuang, maka diamkan dahulu selama 10 detik agar tidak
ada setetes pun yang masih tertinggal di dalam gelas ukur . Hal tersebut
sangatlah mempengaruhi terhadap hasil percobaan.
Selain
itu, kami pun diajarkan teknik menimbang, pada percobaan ini kami menimbang dua
kali, yaitu menimbang kertas saring kosong, dan yang ke dua menimbang kertas
saring yang terdapat endapannya. Cara menimbangnya adalah.
1. Kalibrasi
timbangan
2. Pastikan
angka digital pada timbangan menunjukkan angka nol
3. Lalu
masukan benda yang akan ditimbang
4. Tunggu
sampai angka digital pada timbangan tidak berubah-ubah
5. Angka
digital yang tidak berubah-ubah dicatat sebagai hasil timbangan, lalu angkat benda
yang sudah ditimbang tersebut.
Praktikum
III: Reaksi Kimia
Pada
percobaan pembentukan gas amoniak, kita dituntut harus membaui zat hasil
percobaan. Teknik cara membaui zat tersebut tidaklah langsung dihirup menggunakan
hidung dengan jarak dekat layaknya membaui parfume. Dikarenakan zat-zat kimia
yang digunakan hampir seluruhnya berbahaya apabila terhirup tubuh, maka
diperlukan tekniknya sebagai berikut:
1. Zat
yang akan dibaui diletakkan agak jauh dari hidung.
2. Membaui
zat tersebut sambil mengipas-ngipas zat tersebut, agar tidak seutuhnya gas
tersebut dibaui oleh hidung karena khawatir akan terhirup tubuh.
Praktikum
IV : Termokimia dan Reaksi NaOH padat dengan HCl
Pada
praktikum ini alat yang dominan digunakan adalah kalorimeter. Kalorimeter itu
sendiri terdiri dari tabung calorimeter, batang pengaduk, dan thermometer.
Teknik yang diajarkan:
1. Larutan
yang berada di dalam tabung calorimeter diukur suhunya terlebih dahulu
menggunakan thermometer sebagai suhu awal.
2. Masukkan
tabung calorimeter ke dalam kelorimeter. Tutup calorimeter.
3. Pasang
batang pengaduk calorimeter dan thermometer pada posisinya pada penutup
calorimeter. Pastikan thermometer menyentuh larutan dalam tabung calorimeter
agar suhu hasil percobaan dapat diketahui.
4. Aduk
larutan menggunakan batang pengaduk. Teknik mengaduknya haruslah konstan,
maksudnya kecepatan dalam mengaduk tidak boleh berubah-ubah seperti kadang
lambat , kadang pula cepat mengaduknya. Diusahakan konstan agar hasil percobaan
berhasil.
Dalam
percobaan yang mengguanakan alat calorimeter ini, kami juga diajarkan cara
mengukur suhu menggunakan thermometer. Seringkali praktikan dalam mengukur suhu
menggunakan thermometer memegang ujung dari bagian thermometer. Hal tersebut
tidaklah boleh dilakukan karena tangan kita yang memegang pun memiliki suhu,
sehingga suhu dari tangan kita dapat mempengaruhi larutan yang sedang diukur
juga suhuhnya. Oleh sebab itu cukuplah kita memegang tali yang diikatkan
diujung thermometer.
Praktikum
V: Pemurnian
Pada
praktikum ini, kita haruslah ekstra hati-hati dalam menggunakan setiap
alat-alatnya. Dikarenakan praktikum pemurnian adalah praktikum yang memiliki
banyak alat-alat yang mahah harganya. Hal itu terbukti, banyak praktikan yang
akhirnya tanpa sengaja memecahkan alat-alat tersebut khususnya alat-alat
destilasi, akibatnya para praktikan harus menggantinya dengan harga yang
lumayan menguras kantong. Teknik yang paling sulit dikuasai adalah memasang
alat destilasi. Apabila ada kesalahan dalam memasang bisa mempengaruhi hasil
percobaan, atau yang lebih berbahayanya bahkan bisa menimbulkan ledakan,
dikarenakan pemanas yang digunakan bukan menggunakan alat pemanas biasanya,
melainkan menggunakan heating mentle, selain mahal harganya heating mentle
sangatlah sensitive, apabila ada kesalahan dalam pengguanaanya ia bisa melempar
benda di atasnya. Adapun teknik yang diajarkan oleh asisten laboratorium kami
dalam merangkai alat destilasi:
1. Pasang
statif dengan benar dan gabungkan dengan heating mentle. Statif digunakan untuk
menyangga alat destilasi.
2. Letakan
labu alas bulat dalam heating mentle, usahakan posisinya tegak lurus, jangan
miring, selain berbahaya juga dapat mempengaruhi suhu hasil percobaan.
3. Pasang
thermometer, usahakan ujung bawa thermometer mencapai persimpangan tiga agar
suhu yang diukur tepat.
4. Hubungkan
labu alas bulat dengan pendingin liebig, dan jangan lupa sanggah pendingin
liebig tersebut dengan statif kembali agar alat tidak jatuh atau goyang.
5. Pendingin
liebig memiliki 2 lubang. Liquid in berada dibagian bawah, sedangkan liqiuid
out ada di bagian atas. Pasangkan selang dari keran air ke liquid in, kemudian
pasang juga selang dari liquid out ke liquid in pada alat destilasi praktikan
lain, sehingga membentuk siklus.
6. Alirkan
air dari kran ke dalam pendingin liebig hingga tidak ada gelembung di dalam
pendingin liebig, karena mempengaruhi proses pendinginan dikarenakan adanya
udara dari gelembung tersebut.
7. Hubungkan
pendingin liebig dengan adaptor. Adaptor adalah alat yang menghubungkan
pendingin liebig dengan labu Erlenmeyer.
8. Letakkan
Erlenmeyer yang nantinya berfungsi sebagai penampung cairan hasil destilat.
9. Jika
semua set alat destilasi sudah terangkai dengan baik maka proses destilasi bisa
dimulai. Nyalakan ( tekan tombol on ) pada pemanas heating mentle, setelah itu
alirkan air dari kran.
10. Tunggu
sampai sample pada labu alas bulat mendidih dan akhirnya menimbulkan gelembung
yang melewati pendingin liebig dan akan jatuh ke dalam Erlenmeyer sebagai 1
tetes pertama, segera catat suhunya. Lakukan terus hingga suhu yang didapatkan
konstan. Catat titik didihnnya.
Praktikum
VI: Pengaruh perubahan konsentrasi pada sistem kesetimbangan
Pada
praktikum ini, teknik yang paling utama digunakan adalah teknik melakukan
perbandingan warna. Dikarenakan perubahan warna yang terjadi akan menjadi bahan
dasar analisa data kami. Teknik pengamatan perbandingan warna menggunakan
background warna putih. Kita bisa membandingkan ke dua larutan dengan alas jas
laboratorium yang berwarna putih, atau mengguanakan kertas putih sebagai
pembantu agar perbandingan warna lebih akurat. Teknik pengamatannya juga
diajarkan dari atas ke bawah, bukan dari samping atau muka. Pengamatan yang
dilakukan dari atas ke bawah akan menguarangi pengaruh atau gangguan dari
cahaya luar yang dapat menganggu hasil perbandingan warna tersebut. Jika pengamatan
dilakukan dari samping atau muka, maka akan terdapat banyak gangguan dari
cahaya luar sehingga akan sulit dalam membandingkan warna ke dua lautan.
Praktikum
VII: Hubungan antara konsentrasi komponen dalam sistem kesetimbangan
Dalam
praktikum ini terdapat kegiatan mengukur tinggi larutan yang menjadi pembeda
dengan praktikum sebelumnya. Tingginya larutan setelah dilakukan kesetimbangan
akan menjadi bahan dasar dalam perhitungan kesetimbangan. Adapaun teknik
mengukur tinggi larutan :
1. Mengukur
tinggi larutan dapat menggunakan penggaris.
2. Posisi
pengukur haruslah sejajar lurus terhadap alat ukur, agar hasilnya akurat.
Pada
praktikum ini kita membandingkan warna larutan pada tabung reaksi 1 terhadap
warna larutan pada tabung reaksi 2, 3, dan 4. Warna larutan yang lebih pekat
harus dikurangi menggunakan pipet tetes hingga warnanya sama dengan warna
larutan yang dibandingkan. Setelah setimbang, maka diukur ketinggian larutan
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar terbaikmu:)