Rabu, 08 Januari 2014

KETERAMPILAN DI LABORATORIUM

Assalamu'alaykum semuanya....

Praktikum I: Keterampilan Dasar di Laboratorium
Pada praktikum pertama ini keterampilan dasar yang paling dominan terletak pada percobaan titrasi asam basa. Praktikum tersebut mengenalkan kepada para praktikan mengenai cara pemasangan alat titrasi yang terdiri dari statif dan kemampuan mengambil larutan menggunakan pipet gondok. Adapun cara menggunakan pipet gondok yang diajarkan oleh asisten laboratorium:

1.      Bersihkan ( sterilkan) pipet gondok menggunakan aquadest
2.      Pipet gondok dipegang menggunakan tangan kiri
3.      Bulb dari pipet gondok tersebut dipasang di bagian atas pipet gondok menggunakan tangan kanan. ( untuk pemasangan bulb itu sendiri tidak perlu terlalu ditekan karena bisa menyulitkan saat dibuka)
4.      Masukan pipet gondok yang sudah siap ke dalam gelas kimia yang berisi larutan yang akan diambil . ( untuk penggunaan jenis ukuran pipet gondok itu sendiri disesuaikan dengan volume larutan yang akan diambil)
5.      Blow up bulb ( tekan bulb dari pipet gondok, maka larutan akan masuk dan naik ke dalam pipet gondok)
6.      Setelah larutan sudah tepat pada ukuran yang diinginkan, segera lepaskan bulb lalu dengan cepat tutup ujung pipet gondok tersebut menggunakan telunjuk tangan kanan.
7.      Untuk mengetahui ketepatan pengambilan menggunakan pengamatan meniscus pada larutan yang terdapat dalam pipet gondok. Apabila larutan yang diambil tak berwarna, maka menggunakan meniscus bawah, namun jika larutan yang diambil berwarna, maka menggunakan meniscus atas.
8.      Masukan pipet gondok ke dalam wadah kimia yang telah disediakan.
Saat ingin menuangkan larutan dari pipet gondok ke wadah kimia, perhatikan posisi dari pipet gondok tersebut. Pipet gondok harus berada dalam posisi yang tegak, sedangkan wadah kimia sebagai tempat menampung larutan dibuat agak miring beberapa derajat.
9.      Buka telunjuk yang menutupi ujung dari pipet, agar larutan turun ke dalam wadah.
10.  Apabila semua larutan sudah turun, diamkan kurang lebih 10 detik agar semua larutan benar-benar turun semua tanpa ada yang tersisa. Hal tersebut sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan percobaan.

Selain keterampilan mengguanakan pipet gondok, kita pun diajarkan kembali untuk menggunakan pipet tetes. Memang terlihat sederhana, namun ternyata masih banyak dari praktikan yang kurang tepat dalam menggunakan pipet tetes. Adapun cara yang diajarkan:
1.      Pastikan pipet tetes yang digunakan masih dalam keadaan yang layak pakai terutama pada bulbnya , dimana bulb dari pipet tetes tersebut apabila ditekan harus bisa cepat kembali mengembang seperti semula, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pipet tetes tersebut dalam keadaan baik

2.      Sterilkan pipet tetes
3.      Tekan bulbnya
4.      Masukan pipet tetes ke dalam larutan yang akan diambil.
5.      Setelah pipet tetes masuk ke dalam larutan maka segera lepaskan bulbnya agar larutan segera naik ke dalam pipet tetes.
6.      Tekan bulbnya kembali apabila ingin mengeluarkan larutan tersebut ke dalam wadah kimia.

Pada titrasi asam basa, kami dituntut untuk menguasai kemampuan pengamatan warna hasil titrasi agar tepat equivalen sesuai dengan warna yang diinginkan, keterampilan dasar pada masalah ini adalah menggunakan kertas putih kosong sebagai alas dari Erlenmeyer. Perubahan warna dari larutan yang terdapat dalam Erlenmeyer akan lebih akurat jika didasari warna putih.
Keterampilan yang diajarkan pada praktikum I ini sangatlah banyak, salah satunya kemampuan mengocok larutan. Ada perbedaan teknik mengocok ketika menggunakan labu ukur dan dengan labu Erlenmeyer.

1.      Menggunakan labu ukur                     : Teknik mengocoknya dengan cara dibolak balik
2.      Menggunakan labu Erlenmeyer          : Teknik mengocoknya dengan cara digoyang-goyang ke kiri dan kekanan


Praktikum II: Stoikiometri
Pada praktikum stoikiometri ini, hampir semua praktikan tidak berhasil dalam melakukan percobaan. Hal itu terbukti karena massa hasil percobaan tidak sesuai dengan massa hasil perhitungan. Salah satu penyebabnya adalah kesalahan praktikan dalam menuang larutan dari gelas ukur ke dalam gelas kimia. Setelah praktikum berakhir, kami diajarkan teknik menuangkan larutan. Teknik menuang larutan yang benar dari gelas ukur ke dalam gelas kimia adalah:
1.      Gelas ukur yang sudah berisi larutan yang akan dituang diletakkan pada posisi 450 terhadap gelas kimia.
2.      Tuang larutan secara perlaha-lahan
3.      Setelah larutan dikira sudah tertuang, maka diamkan dahulu selama 10 detik agar tidak ada setetes pun yang masih tertinggal di dalam gelas ukur . Hal tersebut sangatlah mempengaruhi terhadap hasil percobaan.
Selain itu, kami pun diajarkan teknik menimbang, pada percobaan ini kami menimbang dua kali, yaitu menimbang kertas saring kosong, dan yang ke dua menimbang kertas saring yang terdapat endapannya. Cara menimbangnya adalah.

1.      Kalibrasi timbangan
2.      Pastikan angka digital pada timbangan menunjukkan angka nol
3.      Lalu masukan benda yang akan ditimbang
4.      Tunggu sampai angka digital pada timbangan tidak berubah-ubah
5.   Angka digital yang tidak berubah-ubah dicatat sebagai hasil timbangan, lalu angkat benda yang sudah ditimbang tersebut.

Praktikum III: Reaksi Kimia
Pada percobaan pembentukan gas amoniak, kita dituntut harus membaui zat hasil percobaan. Teknik cara membaui zat tersebut tidaklah langsung dihirup menggunakan hidung dengan jarak dekat layaknya membaui parfume. Dikarenakan zat-zat kimia yang digunakan hampir seluruhnya berbahaya apabila terhirup tubuh, maka diperlukan tekniknya sebagai berikut:

1.      Zat yang akan dibaui diletakkan agak jauh dari hidung.
2.      Membaui zat tersebut sambil mengipas-ngipas zat tersebut, agar tidak seutuhnya gas tersebut dibaui oleh hidung karena khawatir akan terhirup tubuh.

Praktikum IV : Termokimia dan Reaksi NaOH padat dengan HCl

Pada praktikum ini alat yang dominan digunakan adalah kalorimeter. Kalorimeter itu sendiri terdiri dari tabung calorimeter, batang pengaduk, dan thermometer. Teknik yang diajarkan:
1.      Larutan yang berada di dalam tabung calorimeter diukur suhunya terlebih dahulu menggunakan thermometer sebagai suhu awal.
2.      Masukkan tabung calorimeter ke dalam kelorimeter. Tutup calorimeter.
3.      Pasang batang pengaduk calorimeter dan thermometer pada posisinya pada penutup calorimeter. Pastikan thermometer menyentuh larutan dalam tabung calorimeter agar suhu hasil percobaan dapat diketahui.
4.     Aduk larutan menggunakan batang pengaduk. Teknik mengaduknya haruslah konstan, maksudnya kecepatan dalam mengaduk tidak boleh berubah-ubah seperti kadang lambat , kadang pula cepat mengaduknya. Diusahakan konstan agar hasil percobaan berhasil.

Dalam percobaan yang mengguanakan alat calorimeter ini, kami juga diajarkan cara mengukur suhu menggunakan thermometer. Seringkali praktikan dalam mengukur suhu menggunakan thermometer memegang ujung dari bagian thermometer. Hal tersebut tidaklah boleh dilakukan karena tangan kita yang memegang pun memiliki suhu, sehingga suhu dari tangan kita dapat mempengaruhi larutan yang sedang diukur juga suhuhnya. Oleh sebab itu cukuplah kita memegang tali yang diikatkan diujung thermometer.

Praktikum V: Pemurnian
Pada praktikum ini, kita haruslah ekstra hati-hati dalam menggunakan setiap alat-alatnya. Dikarenakan praktikum pemurnian adalah praktikum yang memiliki banyak alat-alat yang mahah harganya. Hal itu terbukti, banyak praktikan yang akhirnya tanpa sengaja memecahkan alat-alat tersebut khususnya alat-alat destilasi, akibatnya para praktikan harus menggantinya dengan harga yang lumayan menguras kantong. Teknik yang paling sulit dikuasai adalah memasang alat destilasi. Apabila ada kesalahan dalam memasang bisa mempengaruhi hasil percobaan, atau yang lebih berbahayanya bahkan bisa menimbulkan ledakan, dikarenakan pemanas yang digunakan bukan menggunakan alat pemanas biasanya, melainkan menggunakan heating mentle, selain mahal harganya heating mentle sangatlah sensitive, apabila ada kesalahan dalam pengguanaanya ia bisa melempar benda di atasnya. Adapun teknik yang diajarkan oleh asisten laboratorium kami dalam merangkai alat destilasi:

1.     Pasang statif dengan benar dan gabungkan dengan heating mentle. Statif digunakan untuk menyangga alat destilasi.
2.     Letakan labu alas bulat dalam heating mentle, usahakan posisinya tegak lurus, jangan miring, selain berbahaya juga dapat mempengaruhi suhu hasil percobaan.
3.      Pasang thermometer, usahakan ujung bawa thermometer mencapai persimpangan tiga agar suhu yang diukur tepat.
4.      Hubungkan labu alas bulat dengan pendingin liebig, dan jangan lupa sanggah pendingin liebig tersebut dengan statif kembali agar alat tidak jatuh atau goyang.
5.     Pendingin liebig memiliki 2 lubang. Liquid in berada dibagian bawah, sedangkan liqiuid out ada di bagian atas. Pasangkan selang dari keran air ke liquid in, kemudian pasang juga selang dari liquid out ke liquid in pada alat destilasi praktikan lain, sehingga membentuk siklus.
6.      Alirkan air dari kran ke dalam pendingin liebig hingga tidak ada gelembung di dalam pendingin liebig, karena mempengaruhi proses pendinginan dikarenakan adanya udara dari gelembung tersebut.
7.     Hubungkan pendingin liebig dengan adaptor. Adaptor adalah alat yang menghubungkan pendingin liebig dengan labu Erlenmeyer.
8.      Letakkan Erlenmeyer yang nantinya berfungsi sebagai penampung cairan hasil destilat.
9.      Jika semua set alat destilasi sudah terangkai dengan baik maka proses destilasi bisa dimulai. Nyalakan ( tekan tombol on ) pada pemanas heating mentle, setelah itu alirkan air dari kran.
10.  Tunggu sampai sample pada labu alas bulat mendidih dan akhirnya menimbulkan gelembung yang melewati pendingin liebig dan akan jatuh ke dalam Erlenmeyer sebagai 1 tetes pertama, segera catat suhunya. Lakukan terus hingga suhu yang didapatkan konstan. Catat titik didihnnya.

Praktikum VI: Pengaruh perubahan konsentrasi pada sistem kesetimbangan
Pada praktikum ini, teknik yang paling utama digunakan adalah teknik melakukan perbandingan warna. Dikarenakan perubahan warna yang terjadi akan menjadi bahan dasar analisa data kami. Teknik pengamatan perbandingan warna menggunakan background warna putih. Kita bisa membandingkan ke dua larutan dengan alas jas laboratorium yang berwarna putih, atau mengguanakan kertas putih sebagai pembantu agar perbandingan warna lebih akurat. Teknik pengamatannya juga diajarkan dari atas ke bawah, bukan dari samping atau muka. Pengamatan yang dilakukan dari atas ke bawah akan menguarangi pengaruh atau gangguan dari cahaya luar yang dapat menganggu hasil perbandingan warna tersebut. Jika pengamatan dilakukan dari samping atau muka, maka akan terdapat banyak gangguan dari cahaya luar sehingga akan sulit dalam membandingkan warna ke dua lautan.

Praktikum VII: Hubungan antara konsentrasi komponen dalam sistem kesetimbangan
Dalam praktikum ini terdapat kegiatan mengukur tinggi larutan yang menjadi pembeda dengan praktikum sebelumnya. Tingginya larutan setelah dilakukan kesetimbangan akan menjadi bahan dasar dalam perhitungan kesetimbangan. Adapaun teknik mengukur tinggi larutan :
1.      Mengukur tinggi larutan dapat menggunakan penggaris.
2.      Posisi pengukur haruslah sejajar lurus terhadap alat ukur, agar hasilnya akurat.


Pada praktikum ini kita membandingkan warna larutan pada tabung reaksi 1 terhadap warna larutan pada tabung reaksi 2, 3, dan 4. Warna larutan yang lebih pekat harus dikurangi menggunakan pipet tetes hingga warnanya sama dengan warna larutan yang dibandingkan. Setelah setimbang, maka diukur ketinggian larutan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar terbaikmu:)

Serunya Oreo 110th Birthday Celebration Bareng Keluarga di Rumah

  Hal yang paling dirindukan dari seorang anak perempuan yang sudah berumah tangga adalah momen saat bisa kumpul bareng sama orangtua ters...