Bismillahirrahmanirrahim….
Akhir-akhir ini begitu banyak jarkoman
terkait SISKOM ( Studi Islam Komprehensif XXV) yang lalu lalang di media
sosial. Seketika diri ini jadi termenung, rangkaian memori seakan mundur ke
masa dimana diri ini sering dipanggil dengan sebutan MABA (Mahasiswa Baru).
Judul artikel ini memang sedikit menggelitik “Antara Siskom dan Mahasiswa
Berprestasi?????” Tapi penulis kali ini
sedikit akan membagi kisah, kisah seseorang yang tak diperhitungkan, yang
pernah dianggap kuman di tengah lautan, namun memiliki tekad untuk menjadi
orang yang lebih baik dan bermanfaat dari sebelumnya. Dari mana tekad itu
muncul???????
Amanah yang Allah berikan sebagai Mahasiswa
Berprestasi I FMIPA sekaligus MAPRES Terfavorit UNJ 2016 terkadang terus
membuat diri ini tertawa. Seakan tak pernah percaya walau peristiwa itu sudah
berlalu sekitar 4 bulan yang lalu. Awal masuk kuliah, saat sedang interview beasiswa. Pihak dosen yang
melakukan wawancara di kala itu jelas-jelas secara terang-terangan meragukan
diri ini bisa bertahan kuliah di jurusan yang kaya akan elektron, proton dan
neutron ( Kimia). Alasan beliau karena diri ini sama sekali tidak memiliki
sertifikat olimpiade kimia dan sejenisnya. Dosen pertama yang mengajar di
kelas-pun menyarankan diri ini untuk
lebih baik daftar menjadi stand up comedy
karena gaya presentasi tidak menunjukkan sikap ilmiah, dan terlihat seperti “main-main”. Tidak hanya pihak interviewer beasiswa dan
dosen yang seakan tak pernah percaya dengan kemampuan yang dimiliki. Banyak
pihak yang di kala itu sangat membuat diri ini pesimis untuk bisa bertahan di
jurusan yang memiliki senjata berupa 118 unsur kimia. Mungkin, tidak semuanya bisa di ceritakan
pada artikel ini. “Boro-boro” berifkir
menjadi Mahasiswa Berprestasi, bisa lulus dari jurusan ini saja sepertinya
sudah suatu keajaiban. Belum lagi background
sekolah dahulu yang tidak secanggih sekolah di Ibu Kota dan sekitarnya membuat
diri semakin minder bukan main.
Posisi yang pesimis akan nasib di kuliah
seakan membuat nuansa kampus menjadi membosankan. Entah mengapa tawaran teman dekat
untuk ikut SISKOM benar-benar menarik perhatian diri ini. Sempat terlintas
dalam hati “ jika tidak bisa menjadi yang dibanggakan di dunia, setidaknya diri
ini ingin taat di hadapan Sang Pencipta”. Terlahir bukan dari keluarga yang
agamis, saat SMA-pun bukanlah pengurus rohis. Tapi entah kenapa, ajakan dari
kaka-kaka tingkat yang penuh kesabaran, penuh dengan senyuman mampu membuat
diri ini ikut serta dalam kegiatan SISKOM. Singkat cerita, di sana begitu banyak
rangkaian kegiatan yang mempu memantik semangat hidup. Mulai dari rasa
kekeluargaan yang dibangun oleh panitia, berbagai kajian dari pemateri-pemateri
kece, outbond gratis, games menarik, tilawah bersama di
tengah-tengah nuansa pegunungan yang sejuk, shalat berjamaah, tahajud bersama.
MasyaAllah, saat itu lah titik di mana orientasi hidup ini berubah. Ada satu materi saat itu yang benar-benar
menampar diri ini, yang intinya bahwa segala tujuan hidup kita di dunia itu
adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Belajar juga ibadah, membantu orang
tua juga ibadah, segala sesuatu yang baik yang diniatkan karena Allah adalah
ibadah. Jiwa ini langsung terbakar, tanpa sadar diri ini menulis di sebuah
catatan kecil bahwa diri ini akan terus belajar sampai maut menjemput untuk
menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.
Semangat itu begitu berdampak luar biasa ,
bukan pada semangat ibadah wajib seperti sholat saja, tapi aktivitas kebaikan
lainnya pun satu-per satu mulai dilakukan dengan totalitas. Membagi waktu antara
untuk belajar , mengerjakan tugas, berdiskusi, organisasi, ibadah, mentoring,
dan aktivitas kebiakan lainnya. Tujuan
diri ini semenjak SISKOM berubah drastis. Dulu, sempat terpatri dalam hati
bahwa suatu saat nanti, diri ini ingin sekali mejadi seseorang yang dibanggakan
agar orang-orang yang dahulu pernah menghina diri ini bisa terdiam. Tapi
ternyata hal itu hanya membuat beban yang semakin berat. Akan tetapi, saat
segala sesuatunya diniatkan untuk Allah. Alhamdulillah, pertolongan itu selalu
ada bahkan dari sisi –sisi yang tak di sangka.
Entah bagaimana jadinya diri ini , apabila 3
tahun yang lalu diri ini lebih memilih di rumah dibandingkan pergi bersama-sama
untuk mengikuti SISKOM. Barulah diri ini tersadar, bahwa segala sesuatu yang
dititipkan kepada diri ini ( termasuk amanah sebagai MAPRES) merupakan kuasa
sang ilahi. Konsep hidup berlandaskan Al-Qur’an dan As-shunnah baru diri ini
temukan maknanya benar-benar melalui rangkaian kegiatan SISKOM. Wajar diri ini
menjadi salah satu mahasiswa yang kecanduan untuk ikut SISKOM.
Khusus untuk panitia SISKOM, ana haturkan
terimakasih banyak karena telah merancang acara yang luar biasa sangat
berpengaruh untuk kehidupan dunia dan akhirat penulis.
Sangat Menginspirasi
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus