Saat
ia datang bukan pada waktunya. Apa yang harus ku lakukan?Mungkinkah menerimanya
atau bahkan melepasnya. Hasrat hati ingin memadu kasih tapi nurani menjerit
bukan main. Apakah aku terlalu polos hingga aku rela menutup mata dan hatiku
untuk sesuatu yang indah. Sesuatu yang dapat membuatku tersenyum sepanjang
hari, sesuatu yang dapat meringankan rasa sakit , sesuatu yang membuat hidupku
berwarna. Apalagi kalau bukan CINTA.
Tidak!
Aku tidaklah polos. 2 tahun yang lalu. Rasa itu pernah kurasakan, memadu kasih
dengan pujaan hati, mencintai dan dicintai, saling memberi perhatian dan dunia
terasa milik kita berdua. Entah karena rasa ingin tahu yang besar, atau ingin
meluapkan hasrat, ku relakan hati ini untuk lelaki pujaan hati. Apapun
alasannya dikala itu, SYETAN
sangat
berperan penting antara aku dengannya dalam kesyahduan jalinan kasih. Bukannya
aku tidak tahu, tapi jebakan syetan yang lembut nan manis membuatku terlena
akan cinta yang membuat diri ini dimabuk kepayang.
Namun
Cinta dikala itu ternyata seperti permen karet. Awalnya manis namun makin
kesini makin tak ada rasa dan akhirnya dibuang. Melepas sesuatu yang telah
membuat kita bahagia bukanlah perkara mudah.Tawa berubah jadi airmata, berwarna
kini menjadi gelap, bahagia namun menjadi luka. Dulu Cinta namun kini Benci.
Betapa mudahnya hati ini terbolak-balik. Cinta yang dulu dapat meringankan rasa
sakit kini mejadi luka permanen yang sulit tuk dihilangkan.
Sama
dengan beberapa remaja putri yang lainnya. Move on adalah jalan keluarnya.
Setiap orang memiliki cara masing-masing tuk sembuhkan luka, luka yang tak
terlihat namun sakitnya minta ampun. Mungkin aku beruntung. Aku memilih jalan
Move on yang tidak ekstrim. Sang Khalik menjadi sandaran kepiluan hati. Miris
terasa diri ini. Ku bagi lara ini dengan-Nya namun saat derai tawa ku lupakan begitu
saja.
Pelan
namun pasti. Ku raih keteduhan dalam naungan sang ilahi rabbi. Namun perjalanan
belum selesai. Tidak semudah yang ku kira. Dan Syetan tak akan melepas dengan
mudah tawanannya. Sosok yang berbeda dari yang sebelumnya. Membuat ku semakin
penasaran. Aura yang belum pernah kutemui sebelumnya. Benih-benih cinta telah
tertanam dan 2 hati saling terpikat. Tersenyum malu padanya, hatikupun berdetak
hebat seperti 2 tahun yang lalu. Walau tak sefrontal dulu, namun cinta tlah
mengalir dalam darah kedua insan. Wajahnya seakan telah terukir di hati yang
paling dalam. Situasi jiwa yang tak sama seperti 2 tahun yang lalu, membuatku
berikrar bahwa Cintaku yang kali berlandaskan Agama. Tidak ada ikatan namun
hati kita telah terpikat karna sang Khalik. Itulah fikiranku dahulu.
Benarkah
Cinta ini diridhoi sang Khalik? Benarkah ini cinta yang suci? Benarkah langkah
yang kuambil? Kebimbangan yang mendera seakan menjadi penghalang antara aku dan
dia. Terseliplah namanya dalam do’aku. “ Jika dia memang baik untukku maka
dekatkanlah dengan Cara-Mu yang terindah dan jika dia belum baik untukku di
saat ini maka jauhkanlah ia dengan cara-Mu yang terbaik”. Kepasrahan
mendominasi suasana hati. Bertahan dengan kebimbangan atau berhenti dengan rasa
sakit?
Tidak
ada hujan ataupun petir. Semua terjawab. Dia pergi tanpa kata. Mendadak diam
seakan bisu. Mungkin ini jawaban dari sang Khalik atas segala kerisauan hati.
Tak begitu sakit karena ini semua adalah pintaku. Sebelum rasa ini terlalu jauh
bersemi dalam diri ini yang masih menginjak umur belasan tahun. Bayangannya
pergi bersama do’aku. Dia tak salah, kehadirannyapun tak ku sesali. Kejadian
ini membuatku semakin yakin dengan cinta yang hakiki. Walau diam masih menjadi
pilihan yang terbaik antara aku dengannya.
Tak
bisa kupastikan keberadaan cinta ini. Biarlah waktu yang menjawab. Masih banyak
cinta yang dapat ku terima, cinta yang tanpa pamrih. Ibu..ayah..adikku tercinta.
Dan masih ada cinta yang harus ku raih yaitu Cinta-Mu ya Rabbi. Cinta yang
bukan pada waktunya dan bukan pada tempatnya hanya menyisakan luka sia-sia.
Apapun label cinta itu. Ya..benar sekalipun itu berlabel cinta ku pada si dia
karena Allah. Tapi kalau bukan waktunya, hanya menyakiti diri masing-masing.
Dan tak pernah ada kata Happy Ending.
Tak
kusesali cinta yang salah. Cinta yang salah telah menuntunku pada kemurnian
cinta. Cinta..cinta dan lagi-lagi Cinta. Cinta adalah sesuatu rahmat yang Allah
berikan pada kita yang mau mempergunakannya dengan sebaik-baiknya tentu pada
waktu dan tempat yang benar. Namun Cinta dapat menjadi mala petaka jika tidak
benar menempatkannya.
Jangan
membenci Cinta dan jangan pula terlena akan Cinta. Usahakan semuanya tetap
berada dalam keseimbangan yang hakiki.
-Wanda
Amelia Rahma-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar terbaikmu:)