Dua tahun sudah aku berada di sini, menikmati segala rangkaian
proses hidup dari jalan yang ku pilih. (Yeahh)
“Ada yang mengatakan bahwa yang kamu capai hari
ini adalah wujud dari mimpimu kemarin, dan hari ini adalah upaya kamu untuk mewujudkan
mimpi di hari esok”
“Kalau sudah besar, cita-citanya mau jadi apa?”
itulah pertanyaan yang sering terlontar dari mulut orang tua kepada anaknya,
walaupun anaknya masih kecil bahkan mungkin mereka belum tahu apa itu cita-cita…hehe.
Begitupun dengan keluargaku, saat kumpul keluarga besar kakeku sering bertanya
kepada semua cucu-cucunya terkait cita-cita mereka. Entah itu adalah pertanyaan
wajib untuk setiap anak kecil, atau kalimat basa-basi orang dewasa…hehe. Akan
tetapi, karena kita sebagai cucunya masih anak-anak, jadi kita bebas menjawab
semau dan sesuka hati kita …Iya kan????? Hehe Coba deh bedakan kalau ditanya
cita-cita saat SMA dengan ketika waktu kecil. Pasti lebih enak menjawab saat
masih kecil kan? Kita enggak perlu memikirkan cara mencapainya, nanti kuliah di
mana, pakai uang siapa..dsb Huftttttt
Aku mau jadi dokter, bidan, polisi, presiden,
perawat, pilot, dan bahkan ada yang menjawab ingin jadi power ranger…hehe. Itulah jawaban mereka (anak-anak) yang polos. Anak-anak tidak akan peduli dan tidak akan
mau tau bagaimana sulitnya menjadi dokter, polisi, presiden, dan khayalan
mereka lainnya…Mereka bebas mempermainkan memainkan imajinasi mereka. Aku pun tak jauh
berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Aku punya cita-cita sewaktu masih kecil.
Cita-cita yang tidak semua anak kecil belum tentu menginginkan itu, cita-cita yang
sempat membuat kakeku terdiam sejenak.
“Aku ingin jadi guru ngaji kek (read:kakek)”
Ibuku yang selalu mengulang cerita itu hingga aku dewasa kini,
disitulah aku menyadari. Aku memang polos dari lahir. Hihi
Iming-iming ingin menjadi dokter dengan pakaian yang keren, gaji
besar sungguh tak mengubah prinsip gadis kecil berumur 8 tahun ini. Ibu dan
ayahku pun tak mampu berbuat apapun..hehe
Pertanyaan serupa kembali muncul saat aku hendak memasuki
tingkat sekolah menengah pertama. Jawabanku kali ini agak berbeda, namun
serupa. “Ingin jadi guru SD aja ah…”
(tak beda jauh wan..guru ngaji ke guru SD)
Begitupun seterusnya, cita-citaku tak mengalami renovasi
berlebihan, hanya kata di ujung yang berubah. Saat SMP, mendadak berubah ingin
menjadi guru SMP, dan saat sudah duduk di bangku SMA pun, aku ingin menjadi
guru SMA. Hehe..memang sudah jiwa konsisten dari lahir, sama halnya dengan
tampilan blog ini yang tidak mengalami perubahan apapun dari dulu hingga kini…
(itu mah antara konsisten sama enggak ngerti cara ubah tampilan blog keleeess
-__-)
Sebelum mendaftar masuk PTN , akupun sudah
mencoba daftar ke dua perguruan tinggi swasta, dan Alhamdulillah diterima. Satu
mendapat beasiswa dan satunya lagi jalur normal ( artinya harus bayar ).
Jurusan yang diterima pun tak ada sangkut pautnya dengan keguruan, yang pertama
Teknik Industri dan di perguruan tinggi ke dua diterima di jurusan teknik
fisika. Sungguh dilema.
Lebih dilema lagi ketika pengumuman sNMpTN tahun 2013,
Alhamdulillah diterima di jurusan yang dipilih “ Pendidikan Kimia” .
Iming-iming dari pihak lain sungguh menggiurkan. Jujur, jiwa muda yang senang
dengan sesuatu yang menantang sempat menggoyahkanku. Jurusan teknik terdengar
lebih kece dibandingkan guru (fikirku dahulu), belum lagi pihak kampus
menawarkan akan ada study ke luar
negeri selama 2 tahun. Ya Ampuuuuunnnn……..Pilihan ini tak semudah memilih cabai
di pasar -_-
Bertanya ke sana ke sini sudah seperti setrikan…berbagai
upaya meminta petunjuk pun telah aku lakukan. Apabila aku memilih jurusan
teknik di perguruan tinggi swasta tersebut, mungkin aku akan mendapat tantangan
menakjubkan yang baru, aku bisa ke luar negeri, mendapat ilmu yang kece,
mendapat gelar sebagai sarjana teknik.. Waw…kedengarannya sungguh kece bukan??
Tapi bayanganku terhenti hanya sampai aku mendapatkan gelar saja. Aku tak mampu
menerobos apa yang akan aku lakukan dengan sarjana teknik itu. Aku mau ke mana
nanti?? Tak banyak refrensi terkait teknik. Kakek nenekku, keduanya berprofesi
sebagai guru, walaupun kedua orang tuaku bukanlah seorang guru. Namun darah
pendidikan dari kakek nenek mungkin lebih mendominasi dalam diri. Aku suka
sekali dengan mengajar. Sejak duduk di bangku SMA, aku sudah seringkali
mengajar private anak SD. Hal itu ku lakukan dengan senang hati. Aku pun sudah
punya segudang impian untuk pendidikan Indonesia. Impian yang sudah kurangkai
bahkan sudah ku tulis di daftar 100 impiaku (impian versi saat SMA). Kekuatan
tekad menjadi seorang guru pun berani mengalahkan tawaran ke luar negeri dari
jurusan teknik yang aku peroleh , aku mengalahkan rasa keinginan memiliki gelar
sarjana teknik biar kece, dan hal lainnya.
Impianku sungguh amat banyak, impianku
memajukan pendidikan bangsa, berbuat lebih untuk pendidikan bangsa dan segudang
impian lainnya. Itu semua bukanlah beban lagi buatku. Kini ku telah menemukan
apa yang aku cintai, dan apa yang aku sukai. Ini jiwaku…Ini jalanku…Ini
hidupku!
Hidup terlalu singkat untuk sibuk menyesali
pilihan yang tlah berlalu, dan terlalu sempit untuk mengusik kisah hidup orang
lain. Kebahagian bisa diciptakan dengan dimensi masing-masing. Bagiku, bahagia
adalah saat aku mampu melakukan banyak hal yang aku sukai dan bermanfaat untuk
orang sekitar.
Hidup Guru! Hidup Pejuang Pendidikan! HIdup
Indonesia!
-Wanda Amelia Rahma-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar terbaikmu:)