KEMERDEKAAN KATA PENYAIR
MUDA
Begitu banyak syair-syair indah tercipta pada masa kini, namun hanya
tertulis untuk mengurai kata cinta. Puisi-puisi cinta anak remaja bertebaran
bak sampah ibu kota hingga menenggelamkan puisi tentang kemerdekaan. SIAPA YANG
SALAH??
KEMERDEKAAN KATA PEMUSIK
ALAY NAN UPAY
Begitu banyak pula lagu-lagu masa kini yang setiap hari lalu lalang
di telinga tanpa maksud yang jelas. Seringkah lagu-lagu semangat perjuangan terputar
ramai di radio daerahnya masing-masing?? Mungkin iya, saat Hari Kemerdekaan RI, namun setelah hari itu, lagu alay nan upay
lain akan menjamur kembali. Hihihi, lucu ya. Lagu perjuangan kok disamakan kaya
buah durian, yang adanya hanya musiman. -_-
Entah apa yang ada dalam fikiran generasi muda masa kini, lagu yang jelas-jelas bikin galau
berhari-hari, bikin gak nafsu makan, bahkan mata bengkak karena habis nangis
seharian, justru di download massal wal jama’ah alias beramai-ramai sampai tak
terhitung berapa kali lagu-lagu itu di download.
SIAPA YANG SALAH??
KEMERDEKAAN KATA PELAJAR
MUDA
Hari kemerdekaan RI adalah
hari dimana aku harus panas-panasan berbaris di tengah lapangan dengan memakai
seragam sekolah lengkap, berbaris, melihat pengibaran bendera, lalu menyanyi
lagu kebangsaan. Setelah itu bubar, dan waktu kembali berjalan seperti sediakala.
Waktu dimana mereka langsung mengambil handphone mewah nan tragis ( tragis
karena handphone yang digunakan masih buatan negara lain..huaa), lalu buka
segala jenis sosmed dan tak lupa bikin status, “duchh, cape bingit nih habis
upacara tadi pagi”-_-
SIAPA YANG SALAH??
KEMERDEKAAN KATA ORANG AWAM
“Kalau 17 Agustus, ya sudah waktunya masang bendera merah putih di
rumah. Kalau gak buru-buru dipasang, nanti diomongin tetangga karena dikira gak
punya rasa nasionalis.”
-_- Jadi nasionalis itu orang yang memasang bendera merah putih di
rumah ya??? #haha kacau. SIAPA YANG SALAH??
BUKAN TRENDING TOPIC LAGI
YA??
Sering tidak melihat anak remaja
zaman sekarang diskusi mengenai masalah dalam negeri dalam perjalanan mereka
pulang ke rumah seusai pulang sekolah???
Pernah lihat generasi muda zaman sekarang nulis puisi kemerdekaan di kamarnya
bahkan di diarynya???
Hahahah…Bak ilusi belaka yang ironi
Seandainya kemerdekaan sesimpel
itu, dimana hanya memasang bendera merah putih di rumah, atau sekedar mengikuti
uapacara di sekolah. Maka buat apa banyak nyawa yang melayang berlumur darah
hanya demi sebuah kata “Merdeka”??? Bukankah kemerdekaan yang kita raih berada
di atas runtuhan ribuan jiwa para pahlawan??
Tanah yang kita bisa pijak bebas
hari ini tidaklah murah, semua dibayar mahal oleh darah-darah kematian hakiki.
Namun kini, dengan murahnya atau dengan polosnya bangsa ini, kita jual beberapa
tanah bahkan pulau pada pihak asing yang hanya bermodalkan badan tinggi, kulit
putih dan wajah yang terlihat intelektual. ITU BODOH ATAU TERLALU POLOS YA?
Kini, kemerdekaan hanya terdengar
sebagai tradisi kenegaraan. Dimana kata tradisi lebih identik dengan kebiasaan
masyarakat. Wajar saja kemerdekaan yang terjadi sangat flat tak berbuah apapun.
Kata kemerdekaan itu sendiri tak
bedanya dengan kata Alhamdulillah.
Jika Alhamdulillah hanyalah ucapan
rasa syukur semata dan tak bisa dibilang bersyukur seseorang jika hanya
mengucap Alhamdulillah tanpa melakukan tindakan sebagai rasa syukurnya.
Begitupun dengan kemerdekaan, tidak bisa dibilang merdeka suatu negara jika
hanya mengucapkan kata merdeka atau merayakan kemerdekaan tanpa melakukan
tindakan yang menunjukkan rasa kemerdekaan yang tak lain adalah tindakan sebuah
perjuangan yang tulus untuk Negeri tercinta,”Indonesia “.
Ahmad Muis salah satu pejuang kita
pernah mengatakan bahwa JIka orang lain bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak
bisa jika memang mau berjuang.
Setiap insan tercipta tentu dengan
ukiran yang berbeda-beda. Berjuanglah dengan ukiran masing-masing. Hingga pesan
berantai perjuangan ini akan terus
terestafetkan hingga cucu cucu terbaik yang akan datang.
Salah jika kau samakan kemerdekaan dengan sebuah piala
Piala didapatkan dari sebuah pertandingan
Sebagai hadiah untuk si pemenang
Namun piala tetaplah piala
Ia hanya sebuah benda mati tak beda dengan yang lainnya
Kebanggaan akan terpancar, namun tak tau sampai kapan?
Mendapatkan sebuah piala membuat dadamu membusung
Ya saat itu, lalu bagaimana 20 tahun ke depan?
Tetapkah sama????
Piala tak bernilai pada hakikatnya
Namun si pemenanglah yang membuatnya bernilai
Saat si pemenang terlena dan jatuh
Maka apalah arti sebuah piala…
Ia tak mampu memberi nilai dirinya sendiri
Jika perjuangan tlah sirna, maka piala akan sama dengan batu
Batu yang sering kita jumpai
Tak mengagumkan bagi yang melihat
Pantas kau lemah jika kau samakan keduanya
Merasa bangga 17 agustus 1945
Perjuangan terhenti, serasa hanya sampai disitu
Sungguh tak masuk diakal hai pemuda..
Hai Pemuda tanah air! Kau salah selama ini
Kemerdekaan adalah harapan, dan begitu adanya
Harapan agung suatu negara
Namun tengoklah sekeliling?? Adakah yang sudah??
Negara yang kau bilang hebat sekalipun belum mampu
Belum mampu merdeka dari hawa nafsunya sendiri
Lalu bagaimana dengan kau, negara dengan umur 69 tahun??
Sempatkah kau berfikir, kemerdekaan apa macam ini??
Kau terlalu bangga sepertinya??
Lihat senjata di tanganmu?? Buatanmu kah??
Bahkan makanan faforitmu sendiri adalah racikan mereka
Kau memang mampu mengibarkan sang saka merah putih
Bersenandung lagu kemerdekaan dengan riang
Namun yang kau lakukan, hanya jadi tawaan bagi mereka
Dadamu yang kau busungkan tak membuat mereka bergetar
Bahkan tak sedikitpun membuat raut cemas di wajah mereka
Semu, hanyalah yang didapat akibat terlena dalam kebodohan
Saat keu
tanamkan dalam diri, bahwa kemerdekaan yang agung adalah sebuah harapan yang
mulia, maka saat itu juga kau telah memerintahkan seluruh sel-sel bahkan bagian
terkecil dalam tubuhmu untuk tak mengenal kata lelah dalam arti sebuah
perjuangan. Adanya harapan akan membuatmu terus berjuang. Namun, kemenangan
terkadang justru membuat langkah terhenti. Kewaspadaanmu sungguh akan menjadi
pembatas kau berlari. Petunjuk sang Khalik akan menjadi petunjuk satu-satunya.
Dan selebihnya, kau bebas mengejar matahari
BERJUANG SEPERTI APA??
Lakukanlah dari sector yang paling
mudah, dari sudut yang bisa kau raih, dari bagian yang mampu kau andalkan,
yaitu dari ukiran sang pencipta yang ada pada dirimu. Hidup tak menuntut sebuah
hasil yang menggemilangkan. Begitupun hidup tak menuntut sebuah kemerdekaan.
Namun hidup hanya butuh perjuangan. Perjuangan yang besar aka ada jika
didepannya ada tujuan yang besar pula. Lihatlah diujung sana, yang diujung
terjauh di sana, sangat jauh di sana sobat. Demi kedaulatan sebuah negara, maka
kejarlah yang di sana, kejarlah kemerdekaan yang mulia. Kejarlah sampai kau
lupa dengan apa saja yang tlah kau berikan untuk negeri ini. Dan saat kematian
datang di tengah kau berlari, maka barulah saat itu kemerdekaan akan memelukmu.
“Kemerdekaan suatu negara adalah perwujudan dari jutaan
kemerdekaan rakyatnya. Tak bisa dikatakan merdeka suatu negara, jika rakyatnya
masih terbelunggu dalam lubang tak berdaya. Merdekakanlah dahulu dirimu wahai
pemuda! Barulah kau akan dapatkan cahaya dalam hatimu, gunakanlah cahayamu tuk
terangi yang lain. Dan pastikan cahaya itu tak pernah padam, karena hanya
cahaya harapan yang tak pernah mati. Pelukan hangat kemerdekaan akan kau
rasakan seperti yang dirasakan para pahlawanmu terdahulu”
Nb: Postingan ini adalah kurikulum KOMBUN periode ke
2 Bulan Agustus 2014, dengan tema, Generasi Muda Bicara Kemerdekaan Indonesia
ke-69
-Wanda Amelia Rahma-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar terbaikmu:)