Kata Ryan D’massive, “ Cinta ini membunuhku”
Kata Maia Estianty, “
Aku mau makan ku ingat kamu, aku mau tidur juga kuingat kamu”
Kata ariel Noah, ” Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu”
Kata pasha Ungu, ” Mungkin ini jalan takdirku, mengagumi tanpa
dicintai”
Eh ada lagi yang bilang, “ Aku tanpamu butiran debu”
Begitulah cinta versi para musisi tanah air.
Tapi kalau cinta versi karangan gue ama ade gue begini nih:
Ake terjatuh dan ku bisa bangkit lagi
Aku tenggelam dalam lautan luka ringan
Aku tersesat dan aku tau arah jalan pulang
Aku tanpamu BAHAGIA SELALU……..
Hahaha…beli aja kaset dan
cd’y di warung nasi terdekat dirumah anda. Beli kasetnya terus buang! Hahaha J becanda sob..
Assalamu’alaikum para ukhti,
girl, sist..
Kenapa sih kita rentan banget
ama yang namanya airmata? Dikit-dikit nangis? Apakah semua tangisan itu
menandakan kebenaran? Apakah semua tangisan itu mulia? Apa dunia merasa iba
saat kita menangis? Pertanyaan itu yang ngebuat gue pengen flashback ke
masalalu gue bentar pake kaca spion. Kira-kira karena apa aja ya air mata gue
keluar? Apakah cinta ikut andil didalamnya?
2 tahun yang lalu, masih
terbayang jelas difikiran gue. Gue
pernah nangis menyedihkan. Bahkan setiap hari udah kaya musim hujan bagi gue.
Semuanya keliatan mendung. Bahkan handphone gue pernah jadi korban luapan air
mata yang susah dikendalikan. Astagfirullah ( jangan ditiru, ini
adegan berbahaya dan hanya dilakukan oleh orang yang professional) hahaha….
Tapi kalau dibandingkan
dengan air mata Lina, gadis cilik yang sudah menjadi tulang punggung
keluarganya. Harus rela putus sekolah demi menafkahi keluarganya. Ibunya yang
pergi begitu saja karena sudah tak tahan akan himpitan ekonomi membuat Lina
harus berjuang tanpa seorang ibu. Ayahnya yang lumpuh dan tak mampu lagi bekerja.
Dan adik semata wayangnya yang masih sangat kecil dan butuh banyak kasih
sayang. Di saat teman sebayanya pergi sekolah, ia justru pergi kehutan untuk
mencari kayu bakar. Di saat teman yang lainnya serius menimba ilmu dikelas, ia
harus menyelesaikan urusan dapur dari mulai memasak, mencuci. Dapat makan nasi
saja sudah syukur walau tanpa ada lauk satupun. Jikalau ada sedikit rezeki,
barulah ia membeli lauk itupun mungkin tempe. Di saat siang menjelang sore, ia
rela jalan berpuluh-puluh kilometer untuk menjual buah-buahan milik
tetangganya. Upah yang didapatnyapun tak banyak. Namun ia tetap bersyukur.
Kerja keras yang ia lakukan tiap hari membuat ia lupa untuk menangis. Bahkan di
sela waktu istirahatnya, ia selalu disibukkan dengan keperluan ayahnya yang ingin
ke kamar mandi, karena ayahnya memang lumpuh tak bisa kemana-mana. Dan saat
orang lain iba padanya, dia hanya tersenyum. Dan disaat kita bertanya padanya,
ia hanya menangis. Hatiku teriiris…air matanya jauh lebih mulia dibandingkan
air mataku 2 tahun yg lalu. Saat air mata jatuh kepipinya, aku bisa merasakan bahwa
air, tanah, udara semua iba padanya bahkan tumbuhan dan hewan pun mungkin tak
berhenti membantu do’a untuknya. Hal itu terbukti akan ketegarannya pada hidup.
Sedangkan gue yang dulu
pernah nangis gara-gara cinta..merasa konyol banget hidup gue dulu. Tidak
seperti Lina, saat gue nangis alam pun kagak simpati sedikitpun. Malahan saat gue nangis dulu, ikan cupang peliharaan ade
gue bilang “ Upay..Upay..Upay”
Jadi kalau kita mau nangis,
mending fikir ulang dulu. Liat deh sodara kita yang di bawah. Pantes gak air
mata kita keluar untuk masalah sepele yang udah kaya kuman di tengah lautan.
Dan masalah kita gak ada apa-apanya dibanding masalah mereka
KITA SEDIH, TAPI ADA YANG JAUH LEBIH SEDIH DARI KITA.
SYUKUR RAME-RAME YUUUKK
YANG LALU BIARLAH BERLALU
KITA SEDIH, TAPI ADA YANG JAUH LEBIH SEDIH DARI KITA.
SYUKUR RAME-RAME YUUUKK
YANG LALU BIARLAH BERLALU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar terbaikmu:)