Selasa, 02 September 2014

SAAT KEMERDEKAAN TAK LAGI JADI TRENDING TOPIC










KEMERDEKAAN KATA PENYAIR MUDA
Begitu banyak syair-syair indah tercipta pada masa kini, namun hanya tertulis untuk mengurai kata cinta. Puisi-puisi cinta anak remaja bertebaran bak sampah ibu kota hingga menenggelamkan puisi tentang kemerdekaan. SIAPA YANG SALAH??

KEMERDEKAAN KATA PEMUSIK ALAY NAN UPAY
Begitu banyak pula lagu-lagu masa kini yang setiap hari lalu lalang di telinga tanpa maksud yang jelas. Seringkah lagu-lagu semangat perjuangan terputar ramai di radio daerahnya masing-masing?? Mungkin iya, saat Hari Kemerdekaan RI, namun setelah hari itu, lagu alay nan upay lain akan menjamur kembali. Hihihi, lucu ya. Lagu perjuangan kok disamakan kaya buah durian, yang adanya hanya musiman. -_-
Entah apa yang ada dalam fikiran generasi muda masa kini, lagu yang jelas-jelas bikin galau berhari-hari, bikin gak nafsu makan, bahkan mata bengkak karena habis nangis seharian, justru di download massal wal jama’ah alias beramai-ramai sampai tak terhitung berapa kali lagu-lagu itu di download.
SIAPA YANG SALAH??

KEMERDEKAAN KATA PELAJAR MUDA
Hari kemerdekaan RI adalah hari dimana aku harus panas-panasan berbaris di tengah lapangan dengan memakai seragam sekolah lengkap, berbaris, melihat pengibaran bendera, lalu menyanyi lagu kebangsaan. Setelah itu bubar, dan waktu kembali berjalan seperti sediakala. Waktu dimana mereka langsung mengambil handphone mewah nan tragis ( tragis karena handphone yang digunakan masih buatan negara lain..huaa), lalu buka segala jenis sosmed dan tak lupa bikin status, “duchh, cape bingit nih habis upacara tadi pagi”-_-
SIAPA YANG SALAH??

KEMERDEKAAN KATA ORANG AWAM
“Kalau 17 Agustus, ya sudah waktunya masang bendera merah putih di rumah. Kalau gak buru-buru dipasang, nanti diomongin tetangga karena dikira gak punya rasa nasionalis.”
-_- Jadi nasionalis itu orang yang memasang bendera merah putih di rumah ya??? #haha kacau. SIAPA YANG SALAH??

BUKAN TRENDING TOPIC LAGI YA??
Sering tidak melihat anak remaja zaman sekarang diskusi mengenai masalah dalam negeri dalam perjalanan mereka pulang ke rumah seusai pulang sekolah???

Pernah lihat generasi muda zaman sekarang nulis puisi kemerdekaan di kamarnya bahkan di diarynya???
Hahahah…Bak ilusi belaka yang ironi

Seandainya kemerdekaan sesimpel itu, dimana hanya memasang bendera merah putih di rumah, atau sekedar mengikuti uapacara di sekolah. Maka buat apa banyak nyawa yang melayang berlumur darah hanya demi sebuah kata “Merdeka”??? Bukankah kemerdekaan yang kita raih berada di atas runtuhan ribuan jiwa para pahlawan??

Tanah yang kita bisa pijak bebas hari ini tidaklah murah, semua dibayar mahal oleh darah-darah kematian hakiki. Namun kini, dengan murahnya atau dengan polosnya bangsa ini, kita jual beberapa tanah bahkan pulau pada pihak asing yang hanya bermodalkan badan tinggi, kulit putih dan wajah yang terlihat intelektual. ITU BODOH ATAU TERLALU POLOS YA?

Kini, kemerdekaan hanya terdengar sebagai tradisi kenegaraan. Dimana kata tradisi lebih identik dengan kebiasaan masyarakat. Wajar saja kemerdekaan yang terjadi sangat flat tak berbuah apapun.

Kata kemerdekaan itu sendiri tak bedanya dengan kata Alhamdulillah.

Jika Alhamdulillah hanyalah ucapan rasa syukur semata dan tak bisa dibilang bersyukur seseorang jika hanya mengucap Alhamdulillah tanpa melakukan tindakan sebagai rasa syukurnya. Begitupun dengan kemerdekaan, tidak bisa dibilang merdeka suatu negara jika hanya mengucapkan kata merdeka atau merayakan kemerdekaan tanpa melakukan tindakan yang menunjukkan rasa kemerdekaan yang tak lain adalah tindakan sebuah perjuangan yang tulus untuk Negeri tercinta,”Indonesia “.

Ahmad Muis salah satu pejuang kita pernah mengatakan bahwa JIka orang lain bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa jika memang mau berjuang.

Setiap insan tercipta tentu dengan ukiran yang berbeda-beda. Berjuanglah dengan ukiran masing-masing. Hingga pesan berantai perjuangan ini  akan terus terestafetkan hingga cucu cucu terbaik yang akan datang.

Salah jika kau samakan kemerdekaan dengan sebuah piala
Piala didapatkan dari sebuah pertandingan
Sebagai hadiah untuk si pemenang
Namun piala tetaplah piala
Ia hanya sebuah benda mati tak beda dengan yang lainnya
Kebanggaan akan terpancar, namun tak tau sampai kapan?
Mendapatkan sebuah piala membuat dadamu membusung
Ya saat itu, lalu bagaimana 20 tahun ke depan?
Tetapkah sama????
Piala tak bernilai pada hakikatnya
Namun si pemenanglah yang membuatnya bernilai
Saat si pemenang terlena dan jatuh
Maka apalah arti sebuah piala…
Ia tak mampu memberi nilai dirinya sendiri
Jika perjuangan tlah sirna, maka piala akan sama dengan batu
Batu yang sering kita jumpai
Tak mengagumkan bagi yang melihat
Pantas kau lemah jika kau samakan keduanya
Merasa bangga 17 agustus 1945
Perjuangan terhenti, serasa hanya sampai disitu
Sungguh tak masuk diakal hai pemuda..
Hai Pemuda tanah air! Kau salah selama ini
Kemerdekaan adalah harapan, dan begitu adanya
Harapan agung suatu negara
Namun tengoklah sekeliling?? Adakah yang sudah??
Negara yang kau bilang hebat sekalipun belum mampu
Belum mampu merdeka dari hawa nafsunya sendiri
Lalu bagaimana dengan kau, negara dengan umur 69 tahun??
Sempatkah kau berfikir, kemerdekaan apa macam ini??
Kau terlalu bangga sepertinya??
Lihat senjata di tanganmu?? Buatanmu kah??
Bahkan makanan faforitmu sendiri adalah racikan mereka
Kau memang mampu mengibarkan sang saka merah putih
Bersenandung lagu kemerdekaan dengan riang
Namun yang kau lakukan, hanya jadi tawaan bagi mereka
Dadamu yang kau busungkan tak membuat mereka bergetar
Bahkan tak sedikitpun membuat raut cemas di wajah mereka
Semu, hanyalah yang didapat akibat terlena dalam kebodohan

Saat keu tanamkan dalam diri, bahwa kemerdekaan yang agung adalah sebuah harapan yang mulia, maka saat itu juga kau telah memerintahkan seluruh sel-sel bahkan bagian terkecil dalam tubuhmu untuk tak mengenal kata lelah dalam arti sebuah perjuangan. Adanya harapan akan membuatmu terus berjuang. Namun, kemenangan terkadang justru membuat langkah terhenti. Kewaspadaanmu sungguh akan menjadi pembatas kau berlari. Petunjuk sang Khalik akan menjadi petunjuk satu-satunya. Dan selebihnya, kau bebas mengejar matahari

BERJUANG SEPERTI APA??
Lakukanlah dari sector yang paling mudah, dari sudut yang bisa kau raih, dari bagian yang mampu kau andalkan, yaitu dari ukiran sang pencipta yang ada pada dirimu. Hidup tak menuntut sebuah hasil yang menggemilangkan. Begitupun hidup tak menuntut sebuah kemerdekaan. Namun hidup hanya butuh perjuangan. Perjuangan yang besar aka ada jika didepannya ada tujuan yang besar pula. Lihatlah diujung sana, yang diujung terjauh di sana, sangat jauh di sana sobat. Demi kedaulatan sebuah negara, maka kejarlah yang di sana, kejarlah kemerdekaan yang mulia. Kejarlah sampai kau lupa dengan apa saja yang tlah kau berikan untuk negeri ini. Dan saat kematian datang di tengah kau berlari, maka barulah saat itu kemerdekaan akan memelukmu.

“Kemerdekaan suatu negara adalah perwujudan dari jutaan kemerdekaan rakyatnya. Tak bisa dikatakan merdeka suatu negara, jika rakyatnya masih terbelunggu dalam lubang tak berdaya. Merdekakanlah dahulu dirimu wahai pemuda! Barulah kau akan dapatkan cahaya dalam hatimu, gunakanlah cahayamu tuk terangi yang lain. Dan pastikan cahaya itu tak pernah padam, karena hanya cahaya harapan yang tak pernah mati. Pelukan hangat kemerdekaan akan kau rasakan seperti yang dirasakan para pahlawanmu terdahulu”

Nb: Postingan ini adalah kurikulum KOMBUN periode ke 2 Bulan Agustus 2014, dengan tema, Generasi Muda Bicara Kemerdekaan Indonesia ke-69


-Wanda Amelia Rahma-

Serunya Oreo 110th Birthday Celebration Bareng Keluarga di Rumah

  Hal yang paling dirindukan dari seorang anak perempuan yang sudah berumah tangga adalah momen saat bisa kumpul bareng sama orangtua ters...