Minggu, 13 September 2020

Gimana sih penelitian tugas akhir di program magister kimia (peminatan hayati/organik) di Universitas Indonesia?

 

Assalamu’alaykum warohmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillah, akhirnya bisa nulis lagi di blog tercinta. Hehe..Tulisan kali ini seputar sharing penyelesaian tugas akhir program magister yang saya ambil. Semoga tetep seru bacanya ya,,,walaupun tugas akhir itu backgroundnya sok serius gitu. Semoga manteman semua tetep enjoy bacanya. Biar enggak boring bacanya, bisa nih sembari minum chocolatos hangat mungkin…hehehe

Okay, enggak usah panjang kali lebar ya wan. To the point nya nih, ada temen satu kampus yang nanya di chat WA. Pertanyaannya seputar tesis di kampus kuning nih, hehe. InsyaAllah saya coba sharing ya…oh iya saya sendiri dari program studi kimia peminatan kimia hayati (organik). Alhamdulillah baru saja lulus sidang tesis 05 Agustus 2020. Bismillah…yuk mulai

1.       Proses pemilihan tema thesis itu gimana? Maksudnya cara nentuin dosbing, apakah kita milih atau dipilih? Terus cara ngajuinnya gimana?

 

Proses pemilihan tema tesis secara umum sih mengikuti topik penelitian dosen pembimbing. Misal dosen pembimbing lagi concern di bidang enkapsulasi obat, ya berarti tema penelitian kita tentang enkapsulasi obat. Tugas kita banyak baca literature untuk mencari bahan apa yang cocok untuk mengenkapsulasi obat dan diperkirakan secara teori hasilnya akan lebih baik dari penemuan sebelumnya.  Nah penting banget untuk memngamati topic penelitian dosen-dosen kimia, lalu kita sesuaikan mana dosen yang topiknya sesuai dengan passion kita. Tapi kalau saya sendiri, dulu milih dosen pembimbing bukan karena kesesuain topik dosen dengan passion saya, tapi karena saya ngefans sama Dr.Emil Budianto. Hehe. Jadi saya mendatangi beliau di ruangannya dan mengutarakan keinginan diri untuk jadi mahasiswa bimbingannya. Setelah itu baru deh diajak diskusi sama beliau tentang topic penelitian yang lagi beliau seriusin. Nah…waktu itu masih pertengahan semester 2, tiba-tiba terdengar kabar bahwa 3 teman saya sudah mendapatkan dosen pembimbing (atau bahasanya udah nge-take dospem penelitian). Kaget dong sekelas, enggak ada ujan tiba-tiba Dr. A. Herry Cahyana udah full mahasiswa bimbingannya. Reaksi sekelas  langsung rebut tuh milik dospem. Dulu saya termasuk agak kalem, karena enggak banyak mahasiswa yang memilih Dr.Emil. Jadi saya enggak perlu saingan dulu-duluan. Hehe. Karena sejak bertemu beliau, saya udah ngefans, jadi saya enggak perlu pertimbangan apa-apa lagi, saya langsung aja menghadap beliau. Nah..kalau di masa pandemic kaya gini, untuk meminta kesediaan dosen menjadi dospem penelitian kita, mungkin bisa lewat chat WA. Sepertinya masih sopan, melihat kondisinya pandemic seperti ini. Dr. Emil ini disiplin banget, lulusan jerman, sama kaya Pak Habibie. Mungkin beberapa temen agak ketakutan kalau sama dosen yang sangat disiplin. Tapi kalau saya, malah suka banget. Hehe. Beliau juga suka ngasih motivasi hidup, dan sikapnya sangat teladan. Sebenarnya saya agak nekat ambil topic penelitian beliau terkait polimer. Karena saya sendiri enggak ambil matkul polimer, hehe. Matkul polimer enggak dibuka sama kaprodi pas jaman saya, jadi ya begitu, perlu ekstra belajar otodidak tentang polimer. Enggak otodidak banget juga sih, kadang senior yang dibimbing Pak Emil juga sering ngajarin ke saya tentang polimer. Makasih banyak Ka Suci, Ka Findi, Ka Arpin. Jad intinya kita milih dosen pembimbing sendiri ya, tapi harus gercep. Karena satu dosen biasanya hanya diberi 2/3 mahasiswa saja untuk dibimbing. Kalau kita lambat, yang ada udah di take duluan nanti sama yang lain dan alhasil harus ke dosen lain.

 

2.       Pas semester 3 dan 4 kan khsusus riset ya? Berarti kita di lab kerjanya kan. Nah itu setiap hari atau masih kamis junat sabtu? Lalu, terkait jamnya bagaimana? Dan apakah boleh nginep? 

     Untuk kegiatan di lab kimia dibuka dari senin-sabtu, hanya saja untuk sabtu hanya setengah hari ya. Boleh juga sih hari minggu, tapi harus buat surat dulu yang ditandatangani dospem dan ketua lab. Syarat minimal bisa nge-lab di hari minggu jumlah mahasiswanya minimal 3 orang. Untuk  masalah nginep, boleh kok, tapi harus pakai surat yang ditandatangai dospem dan ketua lab. Syarat minimal untuk nginep adalah 3 orang. Dulu saya manfaatin senin-jum’at untuk nge-lab dari jam 7 pagi-jam 5 sore. Pernah juga sih nginep dua kali, tapi setelah itu ditegur dosen agar jangan nge-lab lagi karena beliau khawatir ke kesehatan kita. Setelah itu enggak pernah nginep lagi. Dulu sering datang duluan ke lab, dan pulang udah mendekati maghrib. Udah kaya orang kerja. InsyaAllah diniatkan karna ibadah, Pak Emil juga pernah cerita perjuangan beliau kuliah di Jerman. Jadi makin termotivasi.

3.       Hal-hal yang harus saya perhatikan biar lancar riset?

Bismillah, kalau versi privadi yang pertama komunikasikan kerja di lab di setiap progressnya ke dospem, jangan segan untuk minta pendapat atau mengabarkan kendala di lab ke dosen pembimbing. Karena kerja di lab kalau kita minim pengetahuan lab, khawatir terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Kedua adalah rajin kerja di lab, istiqomah, jangan menyerah karena bikin produk kimi di lab jarang sekali langsung berhasil dalam sekali buat, ada gagal-gagalnya dulu, jadi nikmati setiap kegagalan dan coba analisis kira-kira mana yang harus diperbaiki. Ketiga sebenarnya yg paling utama ialah selalu berdo’a setiap kerja di lab dan tetap perhatikan perlengkapan lab lengkap untuk melindungi tubuh kita. Bisa saja penelitian kita enggak pakai bahan berbahaya, tapi bisa aja temen kita pakai bahan yg berbahaya dan kimia organik biasanya bahannya mudah menguap. Keempat yaitu jangan malu bertanya , banyak kakak-kakak tingkat yang bisa ditanya terkait instrument tertentu untuk uji-uji, karena kadang kita butuh hasil cepat dan instrument di kampus direbutkan oleh mahasiswa lain, jadi kita harus cari ide menggunakan instrument di instansi lain, hal-hal tersebut bisa ditanya ke yang lebih senior. Ke lima adalah gercep untuk ngetake pemakaian instrument di lab, ada beberapa instrument seperti UV-Vis, FTIR, HPLC yang suka ngantri, jadi kita harus cerdik menentukan kapan kita harus mulai ngetake alat. Kan saying kalau produk udah jadi, terus baru bisa pakai instrument buat uji produknya sebulan kemudian, khawatir produknya udah terkontaminasi atau teroksidasi. Kita mesti bisa planning dengan baik. Terkait tata cara nge take instrumennya , nanti saat awal semester 3 diberi informasi oleh ketua lab. So, tenang aja. Tips selebihnya adalah kerjakan sesegera mungkin, kalau bisa lebih cepat mendapatkan data yg kita inginkan, kita bisa cepat buat manuskrip untuk dipublikasikan melalui conference terlebih dahuli, apalagi syarat lulus kan harus udah publikasi. Saya dulu Alhamdulillah sudah ikut conference di semester 3 dan sudah dapat LoA publikasi di pertengahan semester 4.

4.       Ada cara biar riset cuma 1 semester aja ga? Biar kuliahnya cuma 3 semester aja gitu.

Setau saya, syarat penelitian kimia di lab itu selama 2 semester (10 bulan), jadi agak sulit untuk lulus 3 semester. Adapun yang lulus 3 semester itu biasanya mahasiswa yang dapat beasiswa PMDSU karena program beasiswa PMDSU di UI seperti itu, S2 selama 1,5 tahun sedangkan S3 nya 2,5 tahun.

5.       Beres matrikulasi ternyata saya masuk ke kurikulum 2020, yang mana untuk thesis harus jalur riset. Sedangkan buat anak² yg ga ada pengalaman riset hanya bisa ambil jalur proyek akhir dan konsultasi pelayanan. Nah, saya ambilnya proyek akhir, karena emang cuma itu yg bisa saya jalanin. Nah, Wanda ada info ga tentang proyek akhir itu seperti apa?

 

     Waaah..saya kurang tau. Hanya di angkatan saya, memang ada yang jalur riset, jadi mereka enggak ikut perkuliahan sama sekali dari semester 1, kerjaan mereka dari semester 1 udah langsung penelitian. Sedangkan saya yang bukan jalur riset ya harus nyelesein matkul dulu selama 2 semester baru di semester 3 setelah seminar proposal bisa mulai penelitian. Feeling saya sih, proyek akhir itu sama kaya yang saya alamin. Tapi untuk lebih yakin, jangan malu tanya aja ke Pak Asep. Saya juga dulu sering chat Pak Asep untuk bertanya hal-hal yang kurang dimengerti di program studi ini.

 SEMOGA MEMBANTU.

:)

Wassalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh


 

Rabu, 09 September 2020

ibu...

 Aku sangat menyayanginya...

bagaimanapun ia...

aku merasa sudah berjuang untuk membahagiakannya versi yang agama islam ajarkan

namun ....memang masih jauh dari yang diharapkannya


wahai ibu

rindu anakmu berbincang ringan...

tertawa sambil menonton sinteron kesukaan ibu

ngobrol ringan walau hanya sekedar ngomongin kucing peliharaan adek ...


tapi...obsesi mu lebih di atas segalanya

ketika omongan tetangga lebih kau prioritaskan dari psikologi anakmu

aku menerima

kau memang pantas di prioritaskan...dan aku sebagai anakmu masih belum seperti yang diharapkan


bisakah masa masa itu kembali hidup?

entahlah..


kini ku hanya melihat hari ini, memaksimalkan bahagian di hari ini

karena esok...masih rahasia


Rabu, 01 Juli 2020

PENGEN INI ITU, HARUS SEKARANG JUGA, PADAHAL SYUKUR-PUN BELUM TUNTAS DITUNAIKAN

Bismillah




Hallo guys, ketemu lagi dengan Wanda yang sudah mulai tertarik nulis lagi karena beberapa waktu lalu masih fokus buat penelitian. Hehe. Ini adalah tulisan kedua setelah status berubah jadi istri. MasyaAllah, tak terasa. Allah ijabah do'a hamba yang banyak kurangnya ini di tahun 2020. Rasanya masih seperti mimpi, Allah mampukan diri ini menjadi seorang istri. Mohon do'anya semua semoga Allah hadirkan selalu rasa sakinah, mawaddah, warohmah. Aamiin

Tulisan kali ini kayaknya enggak akan panjang, karena Wanda masih mesti ngerjain gambar interaksi polimer yang digunakan di penelitian tugas akhir. Hehe....

Intinya...mau menasihati diri sendiri lewat tulisan, jikalau bisa kasih manfaat ke orang lain, alhamdulillah banget. Manusia itu memang enggak ada puasnya. Nangis-nangis pengen ini, khusyuk banget do'a pengen itu. Pas udah dikasih, kadang dikeluhin juga dan masih pengen ini itu gara-gara ngeliat orang lain. Seakan-akan udah kaya paling pinter di dunia dan ngerti sama masa depan. Semua yang direncanakan mesti terjadi sesuai rencana awal seakan-akan diri kita yang nyiptain siang dan malam. Astagfirullah. Sering melirik rejeki orang lain dan akhirnya membandingan dengan dirinya. Seringnya kalau udah lihat rejeki yang orang lain dapet, malah baper. Boro-boro ngedoain orang yang dapat rejeki itu untuk berkah, muka malah cemberut terus pusing sendiri gak jelas. Emang gitu ya kalau hati sedang lemah keyakinannya sama Allah. Jadi mudah pusing, stress gak jelas, dan nyusahin diri sendiri. Pagi hari yang indah aja gak kerasa apa-apa. Padahal mata masih dikasih jelas buat ngelihat, kaki tangan masih dikasih kekuatan buat bikin teh manis dan minum teh di pagi hari. Hidung masih bisa bernafas dengan mudah, telinga masih bisa ngedenger tanpa bantuan alat. Hal sepele itu aja belum tuntas untuk disyukuri. Dan sudah minta ini itu, kalau minta doang , fine-fine aja, tapi kalau minta tanpa diiringi rasa tawakkal ya jadinya makin numpuk penyakit hatinya. Astagfirullah...

Kalau udah begini, baiknya kita menepi sejenak. Coba lihatlah hal-hal hebat yang terjadi dalam hidup kita. Kita gali lagi lebih dalam betapa Allah sudah sangat banyak menolong hidup kita. Buka kembali kejadian-kejadian itu. Kalau saya biasanya ingat kejadian waktu SMA dimana ayah saya sakit Tubercolusis. Kondisi kesehatan ayah saya yang jauh bisa memberikan harapan membuat anak yang duduk di bangku SMA ini berdo'a lirih sembari megang hasil rontgen Ayah di pinggir jalan. "Ya Allah, Wanda hanya ingin lihat ayah sembuh, udah itu aja.". Karena kuasa-Nya Allah. Kondisi Ayah yang sudah parah saat itu, bisa kembali Allah sembuhkan. MasyaAllah wal hamdulillah. 

Dan kini pun...kisah diri ini bisa bertemu dengan suami-pun sangatlah di luar kekuasaan manusia. Allah begitu hebatnya menyatukan kami diawali dengan taaruf selama 3 bulan, khitbah, lalu menikah. Awalnya karena diminta dosen pembimbing ke Bali untuk menggantikan publikasi penelitian senior di kimia, hingga akhirnya bertemu dengan seorang dosen muda akhwat. Kami akrab dan berkomunikasi, hingga akhirnya beliau memperkenalkan cv laki-laki untuk proses taaruf. Karena takdir Allah, laki-laki itu kini laki-laki yang kusebut dengan kata sapaan "abang", he is my husband. Semuanya terjadi benar-benar karna kekuasaan Allah. MasyaAllah wal hamdulillah.

2 hal hebat itu saja rasanya belum tuntas disyukuri dengan baik, terkadang penyakit hati membuat nafsu semakin menjadi-jadi. Hingga sejuknya angin sore tak mampu menggerakan mulut untuk berdzikir, memuji segala pemberian Allah. Astagfirullah.

Allah yang menguasai langsit dan bumi beserta yang ada di antara keduanya, semua hal berada di genggamman-Nya, teruslah berikhtiar dan berdo'a. Untuk masalah hasil, itu sama sekali bukan tugas kita sebagai yang diciptakan, sama sekali bukan. Manusia tidak tau apa apa terkait masa depan, Allah Maha Tahu. Percayakan pada Dzat yang mengetahui mana yang terbaik untuk kita. Teruslah berikhtiar, dan berdo'a semoga segala ikhtiar kebaikan ini bernilai pahala di sisi Allah SWT. Tidak ada yang sia-sia. Kini, cobalah syukuri dengan benar satu per satu nikmat yang Allah beri. Banyaklah lihat ke bawah, walau sesekali boleh juga melihat ke atas untuk motivasi. Kurangnya syukur hanya menambah debu di kacamata kita, hingga kita semakin sulit melihat indahnya dunia. 


tebarkan senyuman, segera beraktifitas kebaikan, semangaaaaaatttttt.

:)

Selasa, 05 Mei 2020

Cinta ilahi



Dia yang kusebut dengan "kakak"
Yang Allah hadirkan sebagai anugrah terindah
Masa penantian kini terbayar sudah
Kini, mataku leluasa menatap matanya

Dialah suami penyempurna agamaku...

Namanya sungguh tak masuk bursa sedikitpun
Dua insan yg sejak kecil terpisah jarak bahkan laut
Kami benar-benar berada di Bab yang berbeda
Namun ternyata kami ada di buku yang sama

Dialah imam yang sabar membimbingku....

Kami bertemu di satu titik tanpa rencana manusia
Allah terlalu baik dengan kami berdua
Hingga skenario-Nya mampu menyatukan kami
Hingga dua nama ini saling mengikat janji

Dialah yang kusebut dalam do'a agar bersama ke Jannah

Dia dan juga diriku memang tak sempurna
Dan kami tak selalu sama
Tapi kami bersatu bukan sekedar mencocokan kesamaan bukan?
Hati kecil ku bilang, kami bersatu untuk saling menguatkan.

Dialah pendamping ketaatan ku kepada Allah & Rasul

Jika ada yg bilang tentang cinta sejati
Cinta yg hanya mampu dipisahkan oleh maut
Namun aku tak mau dipisahkan darinya sekalipun maut
Besar harapanku, kita bersama hingga dimensi setelah dunia

Dia pendampingku di dunia dan InsyaAllah di syurga

Ya Allah...bersyukurnya hamba pada Mu
Kau beri sosok laki laki yang candanya slalu jadi warna
Nasihatnya jadi penguat ketaatan
Pelukannya menenangkan jiwa

Dia yang hadir karena kasih sayang Allah padaku

Pintaku, genggamlah kami berdua dalam ketaatan
Berikan rasa sakinah dalam petualangan kami
Hingga keberkahan menghiasi keluarga kami
Persatukan kami hingga Jannah Mu

Dialah kado terindah di umurku yang kini menginjak 25 tahun

Dialah bukti kasih sayang Mu yang semakin menguatkan imanku

Dialah Gusti Warman
Dialah Cinta Ilahi
Bersama di dunia, bersama di syurga
Aamiin


Kuucapkan pada diriku, selamat jatuh cinta pada nya berkali kali. :)

Dari istrimu, yang selalu berikhtiar menjadi istri sholihah, dari istrimu yang mencintaimu karena Allah. 

Sabtu, 21 Maret 2020

BEGINI JADINYA #DIRUMAH AJA


Bismillahirrahmanirrahim
Selamat malam guys, bro, sist. Semoga yang sedang baca tulisan ini dalam keadaan sehat wal’afiat dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Aamiin

Tulisan ini adalah efek dari #dirumahaja, hehe…jadi monggo kalau senggang, bisa dibaca sampai akhir. Semoga bermanfaat.

Sumber: https://covid19.kemkes.go.id

Berawal dari materi ngaji yang sekarang ngajinya online pakai aplikasi karena memang kami mencoba mengikuti anjuran pemerintah untuk stay aja di rumah. Materi ngaji yang terus membahas wabah covid 19. Semua mata tertuju pada wabah ini, khususnya bangsa Indonesia. Tentu dampaknya sangat luar biasa, semua bidang kena dampaknya. Mungkin temen-temen semua lebih lincah untuk membahas dampak yang terjadi, minimal dampak pada aktifitas kita. Rasa was-was berserakan dimana –mana, khawatir, cemas, hingga mungkin ada yang berujung pada stress. Aktifitas menjadi terbatas, kegiatan perekonomian terganggu, dsb. Selebihnya, temen-temen pasti lebih lancar menjabarkan kondisi kita terkini.

Tulisan ini dibuat semata-semata hanya untuk berbagi perasaan yang penulis baru saja sadari beberapa jam yang lalu, dan segera dieksekusi dalam bentuk tulisan karena kita tak pernah tau kapan ajal menjemput. Ya kan guys? Jadi begini, penulis sempat mengalami rasa was-was berlebih karena fenomena ini, kita ketahui setiap manusia punya rencana-rencana aktiftas baik jangka panjang maupun jangka pendek. Lalu, tiba-tiba aja ada fenomena ini yang membuat kita jadi kurang percaya diri untuk menghadapi hari esok. Setiap melihat berita, malah nambah rasa was-was dan jadi sedikit engap karena jumlah positif covid 19 kian hari makin bertambah, jumlah korban meninggal juga demikian. Bahkan data terakhir yang saya baca, persentase kematian di Indonesia akibat wabah covid19 ini menduduki peringkat 1. Beberapa pihak bermaksud baik dengan kritikan tajamnya agar pemerintah bisa efektif dan tegas dalam menangani kasus ini, beragam pahlawan dari tenaga medis pun standby di garda terdepan untuk terus berusaha mengobati pasien yang sudah terinfeksi, beragam pihak lainnya yang dengan segala potensi yang mereka miliki terus mengalirkan bantuan-bantuannya untuk keselamatan kita bersama. MasyaAllah

Jujur, diri ini jadi tergerak pengen kaya mereka, khususnya para tenaga medis yang bertarung nyawa juga di rumah sakit. Penulis tiba-tiba aja mendadak pengen banget jadi dokter atau perawat, tapi setelah difikir-fikir agak melelahkan juga kalau harus ulang ambil S1 kedokteran. Ditambah lagi belum juga diterima sih wan kalau ikut ujian masuknya. Jadi, penulis mengurungkan niat untuk ambil langkah senekad itu. Dorongan ingin tetap berkontribusi meskipun di rumah-lah yang akhirnya menghasilkan tulisan sederhana ini.

Kembali kepada wabah covid 19 yang tengah kita hadapi. Tertegun bingung harus seperti apa, semua pihak kini sudah nyaris turun gunung semua untuk memberantas mata rantai penularannya, tapi kondisi hingga kini belum menunjukkan kurva penurunan. Teringat akan materi dari seorang guru perihal manajemen stress. Semoga Allah berkahi hidup beliau.  Salah satu cara jitu memanajemen stress adalah belajar melihat  ke belakang saat kita mendapat ujian yang besar, ingat-ingat kembali langkah-langkah yang kita lakukan dulu dan apa hikmah dari kejadian masa lampau tersebut. Yups, masing-masing dari kita pastilah pernah mengalami ujian yang besar menurut pribadi kita. Coba kita ambil lagi hikmah dari kejadian itu dan kita coba terapkan di ujian masa kini. Dulu, saya pernah nyaris di blacklist dari suatu seleksi beasiswa karena ada berkas yang tertukar. Secara logika manusia, seharusnya kejadian itu gak terjadi, karena sudah hampir setiap hari saya selalu ngecheck berkas berkas tersebut. Tapi…ya balik lagi, kalau Allah enggak kasih teguran berkas tertukar mungkin saya tanpa sadar akan terus berfikir bahwa segala pencapaian yang saya dapatkan hingga kini semata-mata karena  usaha keras saja. Saat kejadian itu, singkat cerita seperti ada film yang berputar di otak penulis dan isinya adalah rangkaian kekhilafan, dosa selama ini. Spontan minta ampun sama Allah saat itu dan sadar bahwa banyak kekhilafan dari hati yang tanpa sengaja. Allah begitu baik, di tengah kepasrahan dan memohon ampun yang benar-benar begitu menyesal, Allah kasih jalan keluar hingga Alhamdulillah penulis berhasil menyelesaikan masalah itu dan diijinkan menjadi salah satu penerima beasiswa.

Mungkin teman-teman yang baca bingung, apa hubungannya covid 19 dengan tragedi beasiswa? Hehehe…maafin ya. Intinya bahwa, Allah selalu punya pesan di setiap peristiwa yang diberikan kepada hambanya. Begitulah cara-Nya menyampaikan pesan, baik itu pesan untuk menegur kita, pesan untuk menambah keilmuan kita, pesan untuk menguatkan keyakinan kita. Corona virus ini hanyalah media penyampai pesan, corona virus tetaplah makhluk Allah SWT, ia bergerak pindah dari satu sel ke sel lain atas seijin Allah. Bukankah tidak ada daun yang jatuh tanpa ijin dari Allah? Pertanyaanya, apa pesan yang ingin Allah sampaikan. Jika pesan itu sudah diterima oleh kita sebagai hambanya, maka tidak sulit bagi Allah untuk mengembalikan kondisi kembali pulih seperti sediakala bukan? Sungguh mudah bagi Allah, sangat mudah, kelewat mudah bagi Allah. Karena jika bukan dengan cara seperti ini, agak aneh rasanya jikalau Allah menyampaikan pesannya lewat suara bergemuruh di langit. Manusia khususnya seperti saya yang banyak khilafnya ini, tentulah enggak akan kuat mendengar langsung nasihat-Nya di langit dengan suara bergemuruh. Maka melalui peristiwa, Sang Maha Penyayang ingin menyampaikan pesan-Nya. Pesan yang bak berlian bagi hambanya yang beriman, pesan itu lebih kita kenal dengan hikmah nantinya.

Disamping beragam pihak intelektual bekerja, pemerintah berupaya keras, dan kita sebagai warga yang dianjurkan dirumah aja. Banyak hal yang bisa kita lakukan. Bisa diawali dengan belajar menerima kedatangan wabah ini. Menerima dengan penuh pemaknaan bahwa pastilah banyak kebaikan dari kejadian ini. Proses hati yang menerima keadaan ini sangat jitu membuka hati untuk senantiasa bersyukur kemudian berujung pada rasa sabar yang kian hari makin mahal harganya. “Ya Allah, saya menerima hadirnya wabah ini, InsyaAllah kami terima”. Katakan dengan lembut seusai sholat, bisa jadi berujung pada air mata. Hingga akhirnya tercipta kalimat selanjutnya. “Ampuni kami ya Rabb, kami banyak khilaf, kami banyak menduakan-Mu, ampuni ya Rabb”. Katakan dengan jujur, sejujur-jujurnya, begitu dekat jarak kita dengan-Nya. Hingga klimaksnya kita pun memohon, “Sembuhkanlah saudara  kami yang sakit terkena covid 19, pulihkan bangsa ini ya Rabb”. Tanpa sadar tubuh jatuh menuju titik penghambaan terbaik yaitu saat sujud. Keyakinan itu semakin menguat bahwa Allah mendengar do’a kita bahkan sudah langsung merespon do’a-do’a kita. Keyakinan itu semakin muncul bahwa Allah akan menolong kita, mengampuni dosa-dosa kita. Entah melalui tangan siapa, melalui teknik seperti apa, hingga akhirnya wabah covid 19 ini benar-benar bisa teratasi. Semua kembali ke kondisi yang baik. Aamiin. Ketika waktu itu tiba, Allah ijabah. Semoga jadi pengingat untuk kita kelak, bahwa masalah yang kita hadapi mungkin saja sebesar kapal di lautan. Tapi nikmat yang Allah berikan ternyata seluas lautan itu sendiri.

Penulis sendiri menyadari dan menyesal, banyak hal yang suka dikeluhkan sebelumnya. Merasa menjadi orang yang paling punya banyak masalah, merasa paling dikecewakan, merasa iri dengan pencapaian orang lain, merasa dan perasaan negatif lainnya. Seakan lupa bahwa Allah setiap detiknya terus menjaga diri kita. Contoh: kalau kita punya masalah dengan tugas akhir seakan berat sekali, tapi bukankah Allah kasih kita laptop? Allah kasih kita kuota? Allah kasih banyak referensi? Allah kasih tubuh kita sehat? Allah kasih banyak hal lainnya. Satu hal, Allah adalah satu-satunya Zat yang enggak pernah ninggalin kita baik dalam keadaan senang atau sedih (makna surat Ad-Dhuha).  Ini baru dengan virus yang tak kasat mata, dimana jika imun tubuh kita baik maka virus itu akan lemah dengan sendirinya, dan sebaliknya barulah bisa terinfeksi. Nah…yang bisa menyetting imun tubuh kita prima tentu semuanya atas ijin Allah bukan? Belum lagi kalau anak biologi ngejelasin masalah penyusunan DNA kita, kalau aja urutan DNA nya ada yang kurang tepat, Allah udah ciptain enzim yang udah standby ngebenerin urutannya lagi. Jadi sebenarnya mudah aja bagi Allah untuk melemahkan kita, tinggal kasih arahan ke enzim dalam tubuh kita untuk malas bekerja. Selesai sudah  hidup kita. Astagfirullah, terlalu banyak nikmat yang diabaikan. Belum lagi kalau kita mencapai pencapaian yang besar, terus tanpa disengaja ada yang merendahkan kita, mendadak kita emosi bukan main seakan mau menunjukkan bahwa segala pencapaian yang diperoleh itu murni full hasil kerja keras kita sendiri hingga tanpa disadari berujung pada kesombongan hingga merusak keikhlasan dari amal yang udah susah payah kita lakukan.

Tulisan ini ditujukan khusus untuk penulis yang punya potensi melakukan hal-hal yang Allah tidak sukai. Kita yang #dirumahaja bisa memulai dengan intropeksi diri kita masing-masing dulu, baik intropeksi perihal pola hidup, intropeksi terkait hubungan kita kepada Allah SWT. Terkadang segala teknik yang canggih kalah dengan sujud yang tulus. Dengan melihat ke diri kita dulu, maka kita akan bijak melihat yang lain.

Meski #dirumahaja, semoga kita ketemu di dimensi do’a selalu. Kita ramaikan langit. Semoga para pihak yang berjuang juga Allah lindungi selalu. Aamiin. Yakin, Allah akan menolong, entah melalui tangan siapa, atau melalui teknik seperti apa. Yakin seyakin yakinnya, seperti halnya kita yakin kalau malam ini bisa minum air mineral, atau seyakin kita kalau besok masih bisa bangun pagi, atau seyakin kita bahwa besok pasti bisa sarapan.


Serunya Oreo 110th Birthday Celebration Bareng Keluarga di Rumah

  Hal yang paling dirindukan dari seorang anak perempuan yang sudah berumah tangga adalah momen saat bisa kumpul bareng sama orangtua ters...