Kamis, 24 Desember 2015

FMIPA BANGKIT, BANGKIT FMIPA!!!

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaykum wr.wb

UNJ????? “ satu”






23 Desember 2015, moment indah nan syahdu berlapis duka. Diperlihatkan peristiwa sang anak yang sedang berupaya meminta haknya kepada ayahanda tercinta.

Diam tak selamanya bodoh, diam tak selamanya pasif, diam tak selamanya bukti kelemahan. Mungkin dunia begitu penasaran dengan diamnya kami. Dan lihatlah wahai ayahanda, Anakmu pun mampu bersuara!

Sakit tinggalah pilu, memeberi bekas kepedihan atas jawaban yang sebenarnya tidak kami harapkan. Awan hitam bak menyelimuti rumah kami, angin kedukaan seperti terus lalu lalang di sekitar kami. Bayangan kelam akan kehidupan akademik kami selanjutnya terus menghantui. Ya Allah ampuni kami…ampuni keluarga kami, ampuni kami semua Ya Rabb.

Bersyukur di tengah kepedihan?? Seperti hal yang mustahil terdengar. Mesti terlihat mustahil. Tapi sungguh itulah obat yang mujarab akan sakit ini. Perisitiwa ini sungguh indah walau berlapis air mata. Baru kulihat dengan jelas betapa kuatnya ikatan kekeluargaan kami (keluarga FMIPA UNJ) yang satu padu, membulatkan suara, bergerak satu demi kebaikan bersama. Masya Allah…23 Desember 2015 itulah buktinya. Ku dengar perbincangan dan diskusi dimana mana terkait hal ini. Di kantin, lorong kelas, di laboratorium dan di tempat yang lainnya. Saat satu bagian tubuh ini terluka, maka bagian tubuh lain pun secara spontan memberi respon terkait rasa sakit itu. Begitulah kiranya kuatnya ikatan kekeluargaan kami. Bukan hanya mahasiswa, semua warga FMIPA pun begitu merespon dengan cepat. Berbagai pemikiran begitu ditumpah ruahkan demi mencari solusi bersama. Kehangatan dan kesatuan berada dalam keluarga FMIPA pun menjadi kalimat syukur yang terus terucap.

Allah tunjukkan pada dunia, bahwa FMIPA SATU, UNJ SATU!

Anggaplah ini sebuah tantangan dari Sang Khalik untuk akhirnya mengangkat derajat kemuliaan fakultas ini. Kuda yang semakin kencang dipecut oleh pemiliknya, maka akan semakin meningkatkan laju kuda tersebut. Pisau yang semakin sering diasah akan semakin menajabkan pisau tersebut.

TAK PERLU KHAWATIR KAWAN!
Besedih sangatlah wajar, namun setelah itu berdirilah, bangkit, yakinkan diri. Bahwa Sang Khalik akan selalu membersamai kita. Dan setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan. Percaya bahwa akan ada hikmah besar dari peristiwa ini kelak. Tebarlah senyuman dimana mana, hapus awan hitam segera dari keluarga ini. Pasang kembali lampu terang ( senyuman) di keluarga ini. Kisah ini belum berakhir. Kisah anak yang terus bersabar menanti realisasi dari janji ayahandanya.

TERUSLAH BERPRESTASI, BUKTIKAN!
Buktikan pada dunia, bahwa keadaan ini tak mengurangi setetes pun semangat keluarga ini. Teruslah berkarya. Tunjukkan perbedaan kita! Kita mampu berprestasi, berkarya, menghasilkan sesuatu lebih di tengah kondisi apapun. Manfaatkan tantangan ini untuk membentuk pribadi yang tangguh, pribadi yang memiliki kemampuan bertahan yang hebat.

Bagi yang sedang apply abstrak, paper, dan sedang mengikuti lomba lainnya. Maka teruskanlah, berbuat dengan sebaik-baiknya. FMIPA tetap akan berprestasi apapun kondisinya, bukan hanya untuk ayahanda saja. Melainkan untuk dunia. Yang sedang menempuh masa ujian (UAS) berikhtiarlah dengan sebaik-baiknya ikhtiar. Partikel partikel yang bergerak lebih cepat akan menimbulkan potensi tumbukkan yang luar biasa besar sehingga mempercepat reaksi, reaksi yang akan menghasilkan produk kebaikan untuk kemaslahatan umat manusia. Kepedihan ini jadikalah pemicu untuk mempercepat gerak kita, memperkuat barisan kita, memperkokoh rasa kekeluargaan kita.

Kisah ini bukti bahwa Sang Maha Pencipta sangat menyanyangi kita. Sang pemilik kehidupan tahu, bahwa FMIPA mampu melewati ini semua dengan baik.

Semua elemen keluarga ini sedang berfikir keras hingga detik ini, berupaya menyusun strategi kebaikan untuk menanggulangi kepedihan ini. Kita di sini bisa bantu berfikir, bantu memberi semangat, bantu memanjatkan do’a baik setelah shalat wajib kita ataupun shalat sunnah kita yang lainnya. Yakinlah tidak ada usaha sekecil apapun yang tidak bermakna. Kerahkan apa yang kita bisa lakukan untuk fakultas ini.

Saat perkuliahan sudah aktif kembali paska libur beberapa hari ini. Datanglah ke rumah kita tercinta. Sapa semua elemen dengan senyuman ketangguhan. Yakinkan bahwa sudah tak ada lagi awan kesedihan. Perkencang sabuk kita, tingkatkan kecepatan laju kita.


Buktikan! Bahwa FMIPA BANGKIT, BANGKIT FMIPA!

Wassalamu'alaykum wr.wb

Selasa, 11 Agustus 2015

DREAM CATCHER



Assalamu'alaykum wr.wb guys..
Aaaaghh...akhirnya aku nulis lagi..
Yeaay:)


Bisa dibilang beberapa hari yang lalu aku melakukan mogok berkarya ( waduuhhh....ckck). Yupss...laptop tertidur manis begitu lamanya di lemari. Jari jemari yang biasa kugunakan untuk menulis pun kini sedang cuti hamil  upps maksudnya cuti nyentuh keyboard laptop. Akupun bingung, entah mengapa saraf menulisku tak berfungsi.

Keadaan itu sungguh membuat hidup menjadi hambar. Kata-kata yg bisanya keluar begitu saja, kini justru terpendam bisu. Si pemakai akal, hati, dan jiwa ini pun tak banyak memberontak. AKU LELAH MUNGKIN

KEGAGALAN yang terus menghampiri membuat diri ini istirahat sejenak, menepi untuk berfikir, terdiam untuk merenung. Impian oh impian....

Sempat aku menghakimi diri ini yang mungkin tak pantas untuk bermimpi. Oh tidakkkkkkkk!! Mimpi itu begitu manis , namun dikelilingi berbagai hambatan dan kegagalan.

Kulihat satu persatu kertas coretku dimana biasanya aku merangkai kata, kulihat beberapa karyaku yang gagal terbit di folder laptopku. Mataku pasrah melihat berpuluh puluh tulisan ini. Hingga akhirnya mata ini tertuju pada sebuah buku. Buku yang entah apa isinya. Buku pemberian dosen kimia organik saat aku duduk di bangku kuliah semester 4. Penasaran juga hatiku. Tak butuh waktu lama untuk melahap buku itu.

"Dream Catcher" dari judulnya saja sudah pasti tentang mimpi. Ya..kata mimpi itu yang sebenarnya membuatku takut membacanya. Dulu ku fikir, buku ini berisi kisah kisah orang sukses yang berhasil meraih mimpinya dengan mudah. Fikiran itulah yang sempat membuatku enggan membacanya untuk beberapa saat. Tapi aku salah, aku terlalu mudah menyimpulkan sesuatu hal yang negatif untuk buku ini. Begitupun dengan hidup ini, aku terlalu mudah menyimpulkan takdir yang Sang Khalik berikan. Buku ini memang benar berisi kisah kisah orang yang berhasil meraih mimpi mereka. Namun tidak semudah yang ku bayangkan. Berbagai hambatan, rintangan, dan kegagalan juga mereka rasakan walau dengan kondisi yang berbeda. Hambatan kondisi ekonomi keluarga, penolakan dari beberapa pihak, kegagalan berulang kali, pilihan dan lain sebagainya. Huffttt......

Kutundukan wajah..PAYAH!!!!!! Baru begini saja sudah mogok nulis, sudah malas berkarya. Jika seandainya kesuksesan dapat diraih semudah itu, pastilah di dunia ini tak akan ada orang yg putus asa. Sesuatu yang besar harus diperoleh dengan usaha yang keras.

Menyesal aku melewatkan beberapa hari yang lalu dengan mengeluh dan keputusasaan. Jika ini yang kusukai, jika aku bertekad kuat, bekerja lebih keras lagi, pastilah akan ada bayaran untuk itu semua.

Meraih impian bukan untuk membuktikan kehebatanmu di mata dunia, karena tak ada yang lebih hebat selain Allah SWT. Impian membuat hidup semakin terarah dengan tujuan yang jelas. Hidup tanpa mimpi bagai mayat hidup.

Jika tekad ini semakin melemah, jangan pernah salahkan mimpi, tak usah membuang mimpi. Mungkin perlu ada evaluasi diri untuk menjadi yang lebih baik. Atau mungkin, Allah sedang mengajarkan kita arti keikhlasan dan ketabahan.

Semangat Wanda...semangat semunya.

Thanks to my lecturer
Bu Fera Kurniadewi

-Wanda Amelia Rahma-


Senin, 10 Agustus 2015

Mengajar adalah kecintaanku, guru adalah pengabdianku, pendidikan adalah JIWAKU







Dua tahun sudah aku berada di sini, menikmati segala rangkaian proses hidup dari jalan yang ku pilih. (Yeahh)
“Ada yang mengatakan bahwa yang kamu capai hari ini adalah wujud dari mimpimu kemarin, dan hari ini adalah upaya kamu untuk mewujudkan mimpi di hari esok”

“Kalau sudah besar, cita-citanya mau jadi apa?” itulah pertanyaan yang sering terlontar dari mulut orang tua kepada anaknya, walaupun anaknya masih kecil bahkan mungkin mereka belum tahu apa itu cita-cita…hehe. Begitupun dengan keluargaku, saat kumpul keluarga besar kakeku sering bertanya kepada semua cucu-cucunya terkait cita-cita mereka. Entah itu adalah pertanyaan wajib untuk setiap anak kecil, atau kalimat basa-basi orang dewasa…hehe. Akan tetapi, karena kita sebagai cucunya masih anak-anak, jadi kita bebas menjawab semau dan sesuka hati kita …Iya kan????? Hehe Coba deh bedakan kalau ditanya cita-cita saat SMA dengan ketika waktu kecil. Pasti lebih enak menjawab saat masih kecil kan? Kita enggak perlu memikirkan cara mencapainya, nanti kuliah di mana, pakai uang siapa..dsb Huftttttt
Aku mau jadi dokter, bidan, polisi, presiden, perawat, pilot, dan bahkan ada yang menjawab ingin jadi power ranger…hehe. Itulah jawaban mereka (anak-anak) yang polos. Anak-anak tidak akan peduli dan tidak akan mau tau bagaimana sulitnya menjadi dokter, polisi, presiden, dan khayalan mereka lainnya…Mereka bebas mempermainkan  memainkan imajinasi mereka. Aku pun tak jauh berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Aku punya cita-cita sewaktu masih kecil. Cita-cita yang tidak semua anak kecil belum tentu menginginkan itu, cita-cita yang sempat membuat kakeku terdiam sejenak.

“Aku ingin jadi guru ngaji kek (read:kakek)”

Ibuku yang selalu mengulang cerita itu hingga aku dewasa kini, disitulah aku menyadari. Aku memang polos dari lahir. Hihi

Iming-iming ingin menjadi dokter dengan pakaian yang keren, gaji besar sungguh tak mengubah prinsip gadis kecil berumur 8 tahun ini. Ibu dan ayahku pun tak mampu berbuat apapun..hehe
Pertanyaan serupa kembali muncul saat aku hendak memasuki tingkat sekolah menengah pertama. Jawabanku kali ini agak berbeda, namun serupa. “Ingin jadi guru SD aja ah…”
(tak beda jauh wan..guru ngaji ke guru SD)

Begitupun seterusnya, cita-citaku tak mengalami renovasi berlebihan, hanya kata di ujung yang berubah. Saat SMP, mendadak berubah ingin menjadi guru SMP, dan saat sudah duduk di bangku SMA pun, aku ingin menjadi guru SMA. Hehe..memang sudah jiwa konsisten dari lahir, sama halnya dengan tampilan blog ini yang tidak mengalami perubahan apapun dari dulu hingga kini… (itu mah antara konsisten sama enggak ngerti cara ubah tampilan blog keleeess -__-)

Namun jujur ku akui, hati ini jadi hilang kendali (kenapa jadi nyanyi wan ?) Yupp..harus diakui bahwa menjawab pertanyaan serupa saat hendak lulus dari SMA memang tidak mudah. Hasil tes DMI ( tes bakat melalui sidik jari) yang aku lakukan tak mengarah ke guru, bahkan lebih mengarah ke psikolog, pemuka agama ( Masya Allah) hehe.., terapi kesehatan jiwa (???) dsb. Keterangan profesi yang disarankan dari hasil tes iQ juga tidak menunjukkan ke arah guru. Hmm..Bingung kan???

Sebelum mendaftar masuk PTN , akupun sudah mencoba daftar ke dua perguruan tinggi swasta, dan Alhamdulillah diterima. Satu mendapat beasiswa dan satunya lagi jalur normal ( artinya harus bayar ). Jurusan yang diterima pun tak ada sangkut pautnya dengan keguruan, yang pertama Teknik Industri dan di perguruan tinggi ke dua diterima di jurusan teknik fisika. Sungguh dilema.

Lebih dilema lagi ketika pengumuman sNMpTN tahun 2013, Alhamdulillah diterima di jurusan yang dipilih “ Pendidikan Kimia” . Iming-iming dari pihak lain sungguh menggiurkan. Jujur, jiwa muda yang senang dengan sesuatu yang menantang sempat menggoyahkanku. Jurusan teknik terdengar lebih kece dibandingkan guru (fikirku dahulu), belum lagi pihak kampus menawarkan akan ada study ke luar negeri selama 2 tahun. Ya Ampuuuuunnnn……..Pilihan ini tak semudah memilih cabai di pasar -_-

Bertanya ke sana ke sini sudah seperti setrikan…berbagai upaya meminta petunjuk pun telah aku lakukan. Apabila aku memilih jurusan teknik di perguruan tinggi swasta tersebut, mungkin aku akan mendapat tantangan menakjubkan yang baru, aku bisa ke luar negeri, mendapat ilmu yang kece, mendapat gelar sebagai sarjana teknik.. Waw…kedengarannya sungguh kece bukan?? Tapi bayanganku terhenti hanya sampai aku mendapatkan gelar saja. Aku tak mampu menerobos apa yang akan aku lakukan dengan sarjana teknik itu. Aku mau ke mana nanti?? Tak banyak refrensi terkait teknik. Kakek nenekku, keduanya berprofesi sebagai guru, walaupun kedua orang tuaku bukanlah seorang guru. Namun darah pendidikan dari kakek nenek mungkin lebih mendominasi dalam diri. Aku suka sekali dengan mengajar. Sejak duduk di bangku SMA, aku sudah seringkali mengajar private anak SD. Hal itu ku lakukan dengan senang hati. Aku pun sudah punya segudang impian untuk pendidikan Indonesia. Impian yang sudah kurangkai bahkan sudah ku tulis di daftar 100 impiaku (impian versi saat SMA). Kekuatan tekad menjadi seorang guru pun berani mengalahkan tawaran ke luar negeri dari jurusan teknik yang aku peroleh , aku mengalahkan rasa keinginan memiliki gelar sarjana teknik biar kece, dan hal lainnya.


Impianku sungguh amat banyak, impianku memajukan pendidikan bangsa, berbuat lebih untuk pendidikan bangsa dan segudang impian lainnya. Itu semua bukanlah beban lagi buatku. Kini ku telah menemukan apa yang aku cintai, dan apa yang aku sukai. Ini jiwaku…Ini jalanku…Ini hidupku!


Hidup terlalu singkat untuk sibuk menyesali pilihan yang tlah berlalu, dan terlalu sempit untuk mengusik kisah hidup orang lain. Kebahagian bisa diciptakan dengan dimensi masing-masing. Bagiku, bahagia adalah saat aku mampu melakukan banyak hal yang aku sukai dan bermanfaat untuk orang sekitar.
Hidup Guru! Hidup Pejuang Pendidikan! HIdup Indonesia!


-Wanda Amelia Rahma-

TULISANKU TAK TERBIT:(

Keterangan tulisan:
Tulisan ini adalah tulisan pertama kali yang dikirim ke salah satu koran di Indonesia, namun ndak diterbitkan..hehe
Yang lalu dan tak terbit bukanlah sesuatu hal yang buruk. Oleh karena itu karya tersebut tetap di share disini , adakalanya tulisan ini menjadi perjalanan hidup bagi sang penulis.
(2013)


“ Gaya Hidup Pengikut dan Penentu Trend”

Hidup sebagai pengikut atau yang lebih popular disebut sebagai follower adalah hak masing-masing individu. Mereka dengan ikhlasnya meletakkan posisi dirinya sebagai pengikut sesuatu dengan senang hati. Tidak ada yang salah juga dengan hal itu, Hanya saja trend sebagai follower pada zaman kini terkadang justru menjadi suatu kebiasaan yang berlebihan, Bagi mereka dengan mengikuti sesuatu yang dianggap menarik dapat membuat  dirinya merasa berhasil eksis. Semuanya memang kembali lagi pada pandangan masing-masing.
Bagi para creator, hanya menjadi follower sama saja dengan makan sayur tanpa garam “hambar”. Para creator lebih senang menuangkan ide baru dan unik untuk menciptakan sesuatu yang dapat menarik perhatian orang untuk dijadikan trend masa kini. Kepuasan menjadi bayaran utamanya. Mungkin jargon mereka adalah ” selalu ada yang pertama memulai dalam segala hal”.
Mengikuti perkembangan zaman memanglah bagus, namun lebih bijak lagi untuk pandai memilah-milah. Bertindak sebagai pengikut tidaklah membuat diri kita terus berada pada jalur yang benar, bayangkan deh, sudah banyak yang kita korbankan demi sekedar eksis di zaman yang modern ini, dari segi budaya bangsa, kesenian daerah, lagu daerah. Semua lenyap termakan waktu. Para penentu trend yang lebih cenderung ke arah modernisasi dan mencampakkan kebudayaan daerah. Sungguh hal memprihatinkan. Follower atau penentu trend????? Pilihan masing-masing individu, silahkan lihat dari segi kebermanfaatannya aja ya

Sabtu, 18 Juli 2015

KEBERUNTUNGAN



Teringat pertanyaan salah satu teman SD di media social , waktu itu masih duduk di bangku SMA. ”Wan, kamu ikut OSN gak???” mau tau jawabanku apa????? (hayooo apa??) hehe… “ OSN itu apa ya?’’ itulah jawabanku L Seandainya waktu bisa di putar, lebih baik aku diam saja -__- huhuu

Bayanganku pun beralih menuju masa masa di bangku SMA, apalah aku.. apa OSN?? Hidup ku di kala itu seperti tersekat oleh banyak sisi. Mungkin ini ratapan alay anak SMA. Seakan tak ada waktu untuk memikirkan OSN dan semacamnya. Berangkat sekolah, belanja sembako untuk warung, dan mengurus ayah yang sakit.  Fikiranku selalu terbawa angin meski ragaku berada di sekolah. Sempat aku ditawari oleh guru kimiaku  untuk ikut seleksi lomba. Aku tak begitu peduli, aku bahkan menolaknya. Apalah arti lomba bagi anak sepertiku?? Fikirku dahulu, urusan keluarga yang begitu menguras fikiran membuat fikiran ini sempit bahkan lebih sempit dari pikiran orang yang putus asa. Seminggu berlalu, kulihat daftar nama di kertas yang tertempel di jendela-jendela kelas. Ya..itulah daftar nama peserta lolos OSN tingkat SMA ( Olimpiade Sains Nasional), disitulah pertama kalinya aku tahu apa itu OSN. Hehe…(sungguh memalukan)-_-  sedikit merasa menyesal…tapi lagi lagi fikiran ini kembali lagi malayang terbawa angin, hal itu tak begitu kupedulikan lagi.

Kesempatan yang pernah terlewatkan ini seperti Allah tawarkan kembali di bangku perkuliahan. Sejujurnya, apabila mengukur kemampuanku sendiri, sungguh malu saat ingin mendaftarkan diri untuk seleksi pertama OSN. Awalnya hanya karena sebagai perwakilan departemen keilmiahan saja aku ikut, tapi mengingat evaluasi diri pada peristiwa sebelumnya bahwa segala sesuatu yang baik harus diniatkan karna Allah semata, ikhlas agar semua terasa ringan. Ujian seleksi berlalu begitu saja, hati tidak terlalu berdebar seperti saat mengerjakan ujian termodinamika , hehe

Pengumuman yang tidak aku nanti, kesibukan di kampus hampir melupakan hal itu. Namun ada pesan di WA “ Selamat kepada Wanda Amelia Rahma yang berhasil lolos di seleksi pertama OSN Kimia” Sungguh aku tak percaya, ku coba cek dan ternyata benar aku memanglah lolos walaupun nilaiku paling kecil diantara yang lolos. Sejujurnya, ini seperti keberuntungan dan aku terus bersyukur. Begitu banyak teman-temanku yang jauuuhhhh lebih baik dari diri ini, namun banyak dari mereka yang tidak mendaftarkan diri mereka di ajang ini. Semua orang punya pilihan, dan aku hargai itu.  Saat seleksi kedua, dimana aku bertemu dengan banyak orang orang perwakilan kampus mereka. MasyaAllah , Maha Besar Allah, Allah ciptakan makhluk makhluknya dengan akal yang luar biasa. Mereka antusias mengerjakan soal soal itu. Terkadang aku bukannya mengerjakan soal, tapi malah bercerita sendiri dalam diamku saat ujian berlangsung, seakan akan aku seorang psikolog yang sedang membaca karakter mereka. Terkadang aku juga menangis, bukan karena aku terharu, tapi sedih karena soalnya susah sekali….-_- ( ya ampun)


Teradang hidup ini lucu, saat persiapan terlihat nyaris sempurna, namun hasil justru berkebalikan, dan saat biasa-biasa saja justru keberuntungan menjemput. Jika kau berada di posisi ini, jangan salahkan keadaan itu. Yang harus kita yakini, bahwa Allah-lah pemilik kendali kehidupan ini. Kita sebagai manusia hanya bisa memberikan ikhtiar dan do’a terbaik kita. Selebihnya bukan lagi urusan kita, melainkan urusan sang ilahi yang merupakan pemilik segala urusan di jagat raya. 


:)) Wanda Amelia Rahma

EVALUASI KEKALAHAN ITU PENTING !!!





Assalamu’alaykum warohmatullahi wabarakatuh

Hai guys…akhi ukhti..

Rindu rasanya bisa menulis kembali di blog ini. Entah mengapa bibir ini terlalu kelu untuk bicara pada yang bernyawa. Namun terlalu bebas saat sudah bermain dengan kata kata…

Teringat, kurang lebih dua tahun yang lalu. Saat Allah pertama kali memberiku kesempatan untuk bisa berkompetisi mewakili kampus tercinta di sebuah ajang karya tulis ilmiah bersama dengan ketua temanku. Seperti di ceritaku sebelumnya, bahwa Alhamdulillah Allah memberiku pelajaran yang berharga. Aku memang kalah dalam lomba ini. Tapi teringat dengan kata-kata seseorang. “Orang yang berhasil bukanlah orang yang benar benar mendapatkan kemenangan, namun ia yang mampu mengambil hikmah dari segala peristiwa yang dialami”. Ada juga yang mengatakan bahwa hikmah itu bagai berlian, sesuatu yang mahal harganya dan tak mudah untuk mendapatkannya. Banyak orang yang memilih jalan lain dibandingkan bersusah payah mencari hikmah di atas kepedihan hati.

Tulisan kali ini bukan lagi mendeklarasikan kekalahan waktu itu, hehe..yang lalu biarlah berlalu. Siapa bilang kekalahan itu tidak membuat sakit?? Sesuatu yang tidak kita harapkan memanglah membuat hati ini kecewa, tapi saat hati ini sadar bahwa Allah-lah pemilik hakiki diri ini, maka rasa syukur seharusnya yang kita rasakan. Jika sudah begitu, maka kekalahan itu akan berubah menjadi “kegagalan yang bermakna” Benar begitu????

Kami memang beruntung, ku akui itu. Di semester pertama, abstrak kami lolos dalam sebuah ajang nasional. Tentu kami bahagia bukan main, seakan sudah mewakili bangsa Indonesia saja…hehe Berbagai persiapan sudah kami lakukan, bahkan kami sampai sering nginep di kosan secara bergantian untuk mengerjakan makalah dan presentasi. Ikhtiar secara duniawi seperti sudah 99% sempurna. Sampai-sampai saat perjalanan menuju Surabaya, kami masih saja berutat dengan laptop. Hari itu membuat kami melupakan ujian kalkulus yang sebentar lagi akan mengguncang dunia..(lebay kali ini anak).  Saat tiba di stasiun terakhir, kami masih berkutat dengan materi presentasi kami. MasyaAllah..jujur saat itu aku seperti terobsesi tinggi.

Beberapa menit sebelum kami tampil presentasi, kami sangat ketakutan, hati kami berdebar luar biasa. Tapi kesalahan fatal yang aku lakukan, aku justru membuat lelucon yang tidak penting sebelum kami tampil. Maksudku kala itu adalah untuk mencairkan suasana, namun setelah aku fikir. Kini aku mengerti, banyak kekhilafan yang aku lakukan. Kegagalan itu memanglah sudah takdir, sudah yang terbaik untuk kami. Namun, kekhilafan dan kesalahan-kesalahan kecil yang tidak aku sadari justru yang membuat langkah ini menjadi kurang berkah. Seharusnya, aku banyak beristigfar di kala itu, seharusnya aku tak membuat lelucon saat hati berdebar. Itu menandakan bahwa aku tidak melibatkan Allah di setiap ikhtiar ku. Astagfirullah…Entah apa yang aku fikir, rasa senang bisa bertemu dengan teman-teman dari kampus lain malah membuat iman ini melemah. Allah pun memberikan hasil yang terbaik untuk kami. Coba seandainya aku menang lomba di kala itu, pastilah tak ada koreksi untuk diri dan selamanya akan seperti ini. Sungguh aku sangat bersyukur.

Pembelajaran lain yang diperoleh, dua pemenang utama dalam lomba ini adalah justru 2 tim yang datang terlambat dan nyaris didiskualifikasi. Mereka bukan datang sengaja terlambat, tapi ada halangan di perjalanan mereka. Tapi syukurnya, mereka tidak pantang menyerah hingga akhirnya mereka berhasil tiba di lokasi lomba. Mereka tertinggal kereta, dan akhirnya harus mencari bis ke arah jawa. Di perjalanan mereka pun sempat tersesat, dan tinggal beberapa waktu di rumah salah satu saudara mereka. Sempat salah satu dari mereka putus asa dan memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Tapi iman mereka yang kuat, dan mereka berserah diri pada Allah dan mereka pun terus maju sebagai tanda syukur mereka, kemenangan pun berhasil mereka peroleh.
Masya Allah…peristiwa yang pernah membuat hati ini kecewa justru menyimpan hikmah .


“Saat hasil yang diperoleh terlihat tak sesuai dengan yang kita harapkan, maka berarti Allah sedang mengajarkan arti keikhlasan kepada kita. Sudah seharusnya kita melibatkan Allah di setiap langkah kita.”

-Wanda Amelia Rahma-

Minggu, 03 Mei 2015

YANG BERDAMAI DENGAN SANG WAKTU

Sedih, takut....oh itu lagu lama
Air mata mengalir tak berbelas kasih
Mata pun lelah kiranya
Harus mengurai butir butir keperihan

Diri ini memanglah payah
Jelas kuakui dari dalam sanubari
Ku seperti orang gila
Yang berkali kali tak percaya bahwa obat ini sungguh pahit

Pahit bukanlah derita pribadi yang mutlak
Bukan hanya kau!

Buat apa kau ratapi kegagalan?
Kau bertekad taklukan dunia
Dunia yang pada saatnya pun akan lenyap dalam bayangmu
Lalu taklukan apa lagi?

Perang ini jelas dilema bukan main
Oh...salah ku selama ini
Baju egoisme dan selimut nafsu
Sungguh membuatku asik sendiri

Hanya Sang Khalik tujuan air mengalir
Apapun yang ingin kutaklukan
Pastilah lebih dulu telah takluk pada Mu
Apapun itu akan pergi meninggalkanku

Itu konsep hidup, bukan lagi teori
Ku yakin dengan sang waktu
Akan mempersilahkannya untukku
Tak peduli, ini harapan yang nyala

Hingga waktu itu tiba.............

Jumat, 16 Januari 2015

ANALISIS FOTO FAMDAY 37 ELEKTRON DI TAMAN MANGROVE



Assalamualaikum guys...... :) Lihat deh foto di atas. Senyumnya itu loh....#gemeshgemeshgemeshgemesh
Semoga yang baca juga ikutan senyum ya
hehehehehe

Rabu, 14 Januari 2015 adalah hari yang bersejarah bagi kami para elektron imut nan unyu unyu. Entah kenapa hari itu begitu berwarna. Hampir tak ada wajah kesedihan, kegundahan, apalagi kegalauan. Wajah mereka tersimpul senyuman yang merekah kaya bunga mawar punya ibu kosan. Entah senyuman jenis apa itu, namun awan kebahagiaan seperti tak mau beranjak pergi dari kami (37 elektron kece).Yang jelas, senyuman jenis itu sulit kami temukan saat kuliah, apalagi saat sedang ngerjain soal uas termodinamika. Dipercantik dengan balon-balon yang berwarna warni menambah manis foto. Balon yang susah payah ditiup oleh penulis dan rekan kerjanya di FKK kelas ini berhasil menguras energi dalam tubuh. Huh huh huh huh # cape juga niup balon.

Sebenarnya pada hari itu tidaklah lengkap 37 elektron hadir pada orbital yang sama. Ikrimah, Endah, Dewi Meida berhalangan hadir. Namun kehadiran mereka tetap terasa lewat semilir angin yang berhembus manja. (alay banget dah bahasanya). Saya harap, mereka yang tidak bisa hadir tidak guling-guling di kamar, apalagi sampai nangis keliling kampung karena ndak bisa ikut Famday tahun ini. Mereka yang ndak bisa hadir tetap ada dalam hati kami kok, karena kita keluarga. #ceilah kalimat penghibur

Acara FamDay tahun ini penuh dengan liku-liku. Awalnya ingin di villa, namun ndak jadi karena kurang persiapan dan biaya. (sedih sekali kelas ini), namun hasil rapat paripurna kelas akhirnya kami pilih Taman Mangrove yang biaya masuknya hanya 1000 rupiah saja, harga tersebut sama dengan harga 2 ciki komo. Murah binggo kan ya???? hihi Kelas kami memang sangat mengedepankan kekeluargaan namun irit biaya agar bisa mengehemat demi menghadapi MEA 2015. -__- apaan sih Wan..kagak nyambung

Yukkk......capcus. Langsung ke Analisa Data upps, maksusdnya Analisa Foto. Yaelah..anak kimia masih keinget aja tuh laporan. 

 Ini adalah tempat kami berkumpul di Taman Mangrove. Sejuk ya... Terimakasih ya atas bantuan BEMJ Matematika dan BEMF MIPA yang telah meminjamkan beberapa banner untuk alas kami duduk. hihihihi

Acara kami tidaklah banyak pada hari itu. Makan snack, makan berat, games, sholat Dzuhur, rujak party, foto-foto, dan pulang deh......( sebentar namun bermakna) :)


Analisis foto pertama adalah ketiga kesatria unyu unyu nan imut dari kelas kami. Ari-Fadhil-Budiman. Entah makanan apa yang mereka makan, sehingga gaya itu mereka pilih untuk diabadikan di foto. Jari telunjuk yang mereka letakkan di pipi meluluh lantahkan segala gaya sok tegas yang mereka tampilkan saat rapat organisasi. Ini namanya.."Aktivis juga bisa eksis" Unyu unyu banget kan ya......


 "Aduh...capek euyyy" mungkin itu yang dirasakan Faik pada foto di atas. Namun tetap kece. Kece apanya?  Kece yang motonya. hihihihihihi (peace Faik) . Kece kok...






Jiwa eksis memang sudah mendarah daging pada kelas kami. Baru duduk saja sudah minta foto. hahahaha

 Wah....foto yang ini udah kaya cover Film dengan judul " Laskar PKB". hehe Awas Faik, nanti jatoh loh. Eksis boleh, namun tetap utamakan keselamatan ya. hihihihi. 
Sahrul ngapain ya ??






Hayoloh Baudiman...faik galau tuh?? Hayo ...kalian berantem  ya??? Atau lagi diem-dieman??? 




Ada aja gayannya...... "OOOOohhhhhhh" , mungkin itu yang sedang dikatakan Dian pada saat di foto. hehe

Kenapa ??? tegang sekali mukanya? Apakah ada yang bisa di bantu????
hihihihihi

Wah..siapakah sosok laki-laki yang berada di belakang tersebut???????? #perlu diselidiki. Yang pasti dia bukan penunggu daerah itu.
Hehehe...(Peace Alvi) :)

  Abang Faik, Abang Ari, Abang Fahri. Seperti si bocah petualang. hehehe....(becanda). Faik dan Fahri adalah orang dibalik layar kesuksesan acara ini. Mereka adalah FKK kelas.

 Kira kira, apa yang sedang difikirkan oleh Tiara? Benarkah dia memikirkan aku??? -__- apalagi ini Wan..

Hey, apa yang kalian lakukan pada Fadhil??? Hentikan ini semua! Fadhil adalah satu-satunya pejuang perlengkapan di kelas. Jangan siksa dia. Tolong, maafkan segala kesalahan-kesalahannya. Jika tidak, maka Gusman dan Ari telah melanggar Hak Asasi Manusia yang diajarkan oleh Ibu Nurul Febrianti. Hentikan ini , atau aku laporin ke kelurahan ya????

Foto ini diambil saat sedang melakukan games.
Fadhiil: Kalian tau, ini sudah jam berapa ha???????? (becanda deng)
Lihat dech, Faik antusias banget ya ngedengerin Fadhiil. Awas Faik, lehernya pegel loh


Duhhh...Tiara lagi ngapain ya?
Tiara: Hey.....Yang Ada Di sana...... ( nada Tantri Band Kotak)
Hehehe...becanda. Tiara lagi ikutan games kelas juga kaya fadhil. Jadi dia memperagakan gaya salah satu teman di kelas, dan yang lain berusaha menabak siapakah orang itu....gitu yang bener. hihihi

Aduh...euy. Risa meuni kece pisan pake kaca mata. Ckckckck....

Wah...Faik haus banget ya kayaknya. Kasian tuh Budiman, pengen minum tapi gak ditawarin. Tawarin atuh Faik....
Ini lagi Alvi, melihat Budiman sedih gitu, malah ketawa
hihihihihihi



Awas Fahri, sepertinya Gusman ingin menyemburkan sesuatu dari mulutnya. Hati hati...

Ceklik...ceklik...ceklik...foto foto lagi. Wah faik adalah FKK yang baik, menyediakan fasilitas pemotretan gratis kepada anak-anak perempuan PKB. Ketuplak yang baik.

Wah...nisa sedang nawarin mangga tuh.....
Dian, ada apa ????
Lihat deh..., Desi begitu lihai dalam permasalahan meniup dan mengikat balon. Super Sekali..
Ini adalah moment kami saat rujak party. Sambelnya enak banget loh, siapa dulu yang buat.
Wanda upps salah. Desi maksudnya. Terimakasih Desi :)

Wah..Tiara begitu bersemangat sekali. Tapi kasian Eca, mukanya ketutupan Tiara. Sabar ya Eca.....





Wah Alvi kenapa buru-buru gitu ya??? hmmmm.....

Beragam ekspresi, beragam makna. Entah apa yang tengah terjadi pada saat itu. Mungkin maksud ekspresi Ari adalah, bahwa tolong jangan ada kamera yang meliput mereka berempat. Akibatnya Ari berkespresi demikian pada kamera yang memotret keberadaan mereka...Benarkah begitu?







Oh ya, sampai lupa. Awal kegiatan kami dibuka oleh tilawah dari Fadhiil. MasyaAllah :)

Beberapa analisa foto ini belum terbukti kepastiannya. Namun warna-warni kebahagiaan memang benar-benar terjadi begitu lepasnya. Terimakasih untuk anak-anak FKK kelas yang sudah mempersiapkan acar sedemikian indahnya. Terimakasih untuk Bapak Supir metro yang lupa namanya, telah mengantarkan kami hingga selamat sampai tempat tujuan. Terimakasih kepada Bapak pengurus Taman Mangrove yang mau memoto kami, entah untuk apa fotonya. Terimakasih untuk sosok anjing yang tidak berulah radikal pada kami. Terimakasih yang paling utama pada Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat untuk kami hingga 37 elektron ini dapat terpaut menjadi sebuah keluarga yang terus bergerak demi menebar kebaikan.

Semangat semester 4 :)










Rabu, 14 Januari 2015

Resensi Film Assalamualaikum Beijing: “Antara Iman dan Cinta”


Sutradara : Guntur Soeharjanto
Produser : Yoen K, Ody Mulya Hidayat
Penulis Naskah : Asma Nadia
Pemain : 
Revalina S. Temat, Morgan Oey, Ibnu Jamil, Laudya Cynthia Bella, Desta, Ollyne Apple, Cynthia Ramlan, Jajang C. Noer.



Film yang telah tayang sejak 30 Desember 2014 ini telah berhasil membuat banjir air mata di studio bioskop setiap harinya bahkan di hari-hari terakhir penayangannya. Film yang kental dengan nuansa asmara-religi ini sarat akan hikmah yang sangat menyentuh hati. Kisah cinta dan Islam dikemas seindah mungkin dalam balutan keimanan. Dimana tema utama dari cerita ini adalah “ ketika Iman bercerita tentang cinta”. Selain itu, alasan penulis meresensi film ini karena ini adalah film pertama selama kuliah di Jakarta yang berhasil disaksikan oleh penulis di Bioskop secara langsung. (Wah..sungguh mengharukan bukan kisah penulis resensi ini?)

Hampir serupa namum tak sama, konflik percintaan dalam karya Asma Nadia masih berpola pada tema sebelumnya yaitu pengkhianatan, perselingkuhan. Film ini diperankan oleh Revalina S.Temat sebagai Asmara. Morgan Oey sebagai Zhongwe, Ibnu Jamil sebagai Dewa, Laudya Cynthia Bella sebagai Sekar, dan Desta sebagai Ridwan.

“Ra”, sapaan Dewa kepada Asmara. Bayang-bayang indah pernikahan seketika sirna dari pandangan Asmara. Dewa dan Asmara memang tengah mempersiapkan acara pernikahannya, namun pengakuan Dewa saat itu benar benar telah berhasil mematahkan hatinya. Patah sepatah  patahnya hingga membuat luka perih jauh dalam hati. Pengakuan Dewa bahwa dirinya telah menghamili Anita, rekan kerjanya. Sungguh tak dapat dimengerti oleh Asmara. Laki-laki yang sempat terbayang dalam benaknya akan menjadi seorang imam yang dapat menuntunnya ke surga ilahi telah mengkhianati kepercayaannya. Wanita manapun tentu akan sedih sesedihnya. Dewa dengan segala pengakuan pahitnya tetap berupaya untuk melanjutkan pernikahannya dengan Asmara. Akan tetapi, Asmara menolak. ”Cinta adalah menjaga, saat seseorang tak mampu menjaga cintanya sendiri, maka tak ada lagi kata cinta”, itulah alasan Asmara sekaligus menjadi kalimat penutup antara Dewa dengan dirinya.

Hari berganti hari, waktu pun kian beralih. Rasa sakit itu kian luntur termakan pusaran waktu. Berkat bantuan sahabatnya, Asmara kini dapat bekerja di Beijing China sebagai penulis kolom berita. Sekar, sahabat terbaik Asmara beserta suaminya “Ridwan” sangat menyambut kedatangannya di China. Sebuah apartemen yang tak jauh letaknya dari apartemen mereka telah dipersiapkan khusus untuk Asmara. “Asma”, sapaan Sekar terhadap Asmara. Sekar sangat menyayangi sahabatnya, ia tak mau awan kesedihan terus mengelilingi Asma.
(Keterangan foto: Ridwan, Sekar, dan Asma)
***
Panorama China memang sangat indah, kental dengan kebudayaannya. Camera pun tak lepas dikalungkan di lehernya, dan apabila melihat hal-hal yang menarik. Jarinya segera tanggap menangkap gambar tersebut. Saat perjalanan pulang, di dalam bus. Asma tak sengaja bertemu dengan pemuda China. Perkenalan pun terjadi tanpa rencana. Zhongwe, ialah nama pemuda tersebut. Zhongwe yang sangat menyukai mitologi ini menyebut Asma dengan sebutan “Ashima”. Ashima merupakan sosok gadis legenda China, ia adalah gadis yang cantik dan hatinya pun cantik. Pertemuan singkat dalam bus tersebut memaksa mereka tak dapat berbincang-bincang terlalu lama. Sebuah buku diberikan dengan terburu –buru oleh Zhongwe. Buku Ashima dalam tulisan full China membuat Asma bingung bagaimana cara mebacanya. Namun Zhongwe berjanji akan menceritakannya apabila mereka bertemu kembali.
(Keterangan foto: Saat Asma dan Zhongwe berkenalan, namun Asma yang seorang muslim tak menyambut uluran tangan Zhongwe sebagai salam perkenalan)

Kisah singkat itu, ia ceritakan pada Sekar. Sekar yang sangat menyukai film korea ini sangat senang berlebihan melihat Asma sudah dapat move on dari luka lamanya.

Semenjak pertemuan di bis tersebut, mereka belum jua bertemu kembali. Walau hati meraka sungguh menginginkan pertemuan itu terjadi. Asma pun tak mau ambil pusing, ia luruskan niatnya kembali ke China untuk bekerja.

Untuk dapat menulis kolom berita China yang berjudul “Assalamualaikum Beijing”, Asma yang ditemani tour guide berniat untuk mengetahui lebih dalam mengenai China. Sosok perempuan China dengan kulit putihnya yang khas sempat membuat Asma kagum heran, karena tour guidenya kali ini mampu  berbahasa Indonesia dengan baik, Sunny namanya. Ternyata seluruh tour guide di China memang pandai menggunakan beragam bahasa. Hal tersebut sangat memudahkan Asma untuk berkomunikasi.

Wanita berjilbab ternyata tak seperti alien di China. Pengguna Jilbab di China pun terbilang cukup banyak, tak hanya Asma dan Sekar. Agama Islam di China disebut dengan “agama yang murni”, agama Islam menjadi salah satu dari lima agama yang diakui di China. Tempat wisata yang ia kunjungi pertama bersama tour guidenya adalah Tembok Raksasa China yang pernah menjadi salah satu keajaiban dunia. Panjang tembok raksasa ini sebesar 6400 km. Tembok ini dibangun diatas nyawa-nyawa yang terbujur kaku. Menurut kepercayaan daerah setempat, orang yang berhasil menaiki tembok raksasa ini kelak akan menjadi orang yang hebat.

 (Keterangan foto: Tembok raksasa China)

***

Entah karena kelelahan kerja dan berwisata, akhir akhir ini Asma seringkali dilanda pusing. Namun seketika pusing itu pun hilang. Seusai Sholat, Asma selalu mengucap syukur atas segala nikmat umur dan sehat yang telah Allah berikan untuk hari ini.

Hari esok pun siap disambut Asma dengan penuh semangat. Perjalanan wisatanya pada hari ini cukup berbeda. Tour guide yang biasa menemaninya ternyata tak bisa hadir pada hari ini karena ibunya sedang sakit. Tour guide penggantinya pun membuat Asma terkejut bahagia. Zhongwe, pemuda yang sudah lama ingin ia temui kembali sudah berada di depan matanya sebagai tour guidenya. Zhongwe berasal dari keluarga yang sederhana di pedesaan terpencil di China. Zhongwe berprofesi sebagai tourguide dengan kemampuan beragam bahasanya, sehingga Zhongwe mampu berbahasa Indonesia dengan baik.

Keterangan foto: Saat Zhongwe sebagai tourguide Asma

Wisata pada hari ini tertuju pada salah satu Masjid yang berada di China. Masjid ini telah dibangun pada 996 tahun yang lalu. Jika kuil menghadap ke selatan, maka Masjid di China menghadap ke Mekkah.



Sesampainya di depan pintu Masjid, Asma mengajak Zhongwe untuk masuk ke dalam Masjid juga. Namun Zhongwe menolak. Disitulah Asma mengetahui bahwa Zhongwe bukanlah pemeluk agama Islam. Zhongwe merupakan pemuda yang mengakui adanya Tuhan, namun masih ragu dengan agamanya. Seusai dari Masjid, Zhongwe pun semakin banyak bertanya terkait Islam, seperti cara bersalaman orang muslimin, mengapa di dunia ini harus ada agama yang pada akhirnya berujung pada perang?

Asma dengan lembut, perlahan demi perlahan mencoba menjelaskan atas pertanyaan Zhongwe. “ Dalam Islam, kaum perempuan memang tidak boleh bersentuhan dengan kaum laki-laki yang bukan mukhrimnya. Sedangkan peperangan bukanlah karena agama, namun karena nafsu manusia itu sendiri. Jika dunia tanpa agama, maka justru akan terjadi perang yang jauhhhhh lebih dahsyat.

Penjelasan Asma kali ini telah membuat Zhongwe terangguk diam seakan menyetujui pendapat Asma. Perjalanan pun dilanjutkan, sesekali Zhongwe sebagai tour guide menerangkan beberapa budaya di China. Salah satunya budaya minum teh. Teh dapat menyeimbangkan yin dan yen dalam tubuh. Dalam kebudayaan China, tradisi menuangkan teh sama saja seperti kita meminta maaf. Menikmati teh tidak akan sama setelah mengetahui tradisi yang sebenarnya.

Ya…Film ini sangatlah bagus, keindahan China benar-benar disuguhkan dengan menakjubkan hingga membuat seluruh penonton tak rela mengedipkan matanya walau hanya satu detik.

Asma diajak kembali mengunjungi tembok raksasa China oleh Zhongwe. Kali ini, Zhongwe menceritakan kisah Ashima dalam buku yang pernah ia berikan untuk Asma ke dalam bahasa Indonesia. Konon pada jaman dahulu kala. Ada seorang gadis yang berparas cantik bernama Ashima, tidak hanya itu, ia juga memiliki hati yang cantik. Inti cerita pada buku tersebut adalah Ashima disukai oleh seorang pemuda miskin bernama Ahe. Namun ada seseorang yang kaya raya yang menjadi penghalang cinta mereka berdua. Sehingga antara Ashima dan Ahe tak dapat bertemu. Ahe pun tetap memperjuangkan Cintanya untuk Ashima. Namun saat puncak perjuangannya, ia melihat Ashima sudah berdiri kaku menjadi patung. Ahe pun hanya bisa melihat Ashima lewat patung tersebut, Ahe tak perlu jawaban balasan cinta dari Ashima. Patung itu menjadi saksi akan cinta mereka.
Begitulah kiranya Zhongwe mentranslate kisah yang ditulis dalam tulisan China ini.


***
Dewa yang ternyata tak mampu melupakan cintanya pada Asma, walaupun ia sudah menikahi Anita dan memiliki satu orang anak yang cantik. Dewa tanpa meminta izin pada istrinya, langsung menyusul Asma ke Beijing. Kehadiran Dewa sungguh mengganggu Asma. Dengan segala rayuan Dewa, mencoba untuk dapat bersama kembali dengan Asma. Asma yang jelas –jelas tak akan kembali padanya, terus saja ia kejar-kejar hingga ke China. Dewa yang merasa ada sesuatu antara Asma dan Zhongwe, merasa kesal. Ia berupaya menarik perhatian Asma, namun hal tersebut percuma. Asma seperti sudah mati rasa terhadap Dewa. Melihat sikap Asma yang tak juga merespon usahanya. Maka Dewa pun kembali ke Jakarta, bukan berarti menyerah, namun ia hanya sejenak memberi waktu pada Asma untuk dapat menerimanya kembali.


***
Kali ini, rasa sakit ini semakin terasa. Kepala seperti sudah mau pecah. Pandangan mata ini pun semakin kabur hingga perlahan hanya terlihat bayangan bayangan dan akhirnya gelap gulita. Asma jatuh sakit dengan fonis penyakit yang berbahaya. Asma mengidap penyakit Sindrom antibodi antifosfolipid (bahasa Inggris:Antiphospholipid antibody syndrom) disingkat APS adalah gangguan pada sistempembekuan darah yang dapat menyebabkan thrombosis pada arteri dan vena serta dapat menyebabkan gangguan pada kehamilanyang berujung pada keguguran. Disebabkan karena produksi antibodi sistem kekebalan tubuh terhadap membran sel. Penyakit ini berhubungan dengan mengentalnya darah secara tiba-tiba dan sewaktu-waktu dapat menyebabkan kematian.

Asma pun segera kembali ke Indonesia untuk mendapat perawatan di sana. Dengan terpaksa, ia membatalkan janjinya dengan Zhongwe untuk pergi ke Yunan melihat patung Ashima. Tak ia beritahu kondisinya saat ini, “ada keperluan keluarga” menjadi alasan Ashima kepada Zhongwe.

Ashima mengalami stroke, ia sulit untuk berjalan. Namun Asma adalah wanita yang kuat dan tangguh. Tak pantang menyerah melawan penyakitnya yang dapat merenggut nyawanya tiap detik. Perawatan demi perawatan ia lalui, dan akhirnya pihak rumah sakit mengizinkannya untuk kembali ke rumah. Betapa senangnya Asma mampu keluar dari rumah sakit yang sangat menjenuhkan itu.

Tak disangka, Sekar yang merupakan sahabat terbaiknya datang ke Indonesia khusus ingin melihat kondisi Asma. Keberadaan teman terbaiknya ini ternyata membuat wajah Asma sedikit tersenyum hingga tak terlalu terlihat pucat. Perbincangan dua sahabat itu akhirnya berujung pada Zhongwe. Asma pun menghentikan harapan sahabatnya untuk dapat menjodohkan dirinya dengan Zhongwe. Ia tak mau membuatnya kecewa dengan keadaannya yang sekarang.

Ulah sekar yang ingin sekali menyatukan mereka berdua. Zhongwe pun tiba di rumah Asma bersama suaminya Sekar, yaitu Ridwan. Asma yang berada di kamarnya mendadak mengeluh tak dapat melihat. Zhongwe dan Ridwan yang baru saja tiba, langsung segera melihat kondisi Asma. Tak diduga, Dewa pun pada hari yang sama datang ke rumah Asma. Mereka semua menyaksikan keadaan Asma yang sudah tak seperti dulu lagi. Kini pandangan mata Asma hanya gelap, dalam kegelapannya yang ia cari kala itu adalah kepastian keberadaan zhongwe di rumahnya. Setelah mendengar suara Zhongwe yang mengucapkan “Assalamualaikum Asma” membuat wajahnya sumringah. Namun tak lama, ia justru jatuh pingsan dan segera di bawa ke rumah sakit. Zhongwe memang sudah mualaf. Sepeninggalan Asma dari Beijing, ia sering bertanya terkait agama kepada imam Masjid. Segala pertanyaanya pun mampu terjawab, dan ia memutuskan untuk memeluk agama Islam. Zhongwe mengagumi sosok Mushab bin Umair, sahabat Rasulullah yang rela melepaskan harta, kedudukan dan kehormatannya saat berhijrah pada agama Islam, dan mati syahid saat berperang melawan kaum musyrikin dalam kondisi kedua tangannya putus ditebas lawan.

Dewa awalnya kecewa, melihat Asma yang tak peduli dengan keberadaannya lagi. Namun Dewa pun mengikhlaskan Asma kepada Zhongwe. Dewa sadar bahwa dirinya dahulu terlalu jahat menyakiti hati Asma, dan tak pantas rasanya kini untuk kedua kalinya ia mengganggu kebahagiaan Asma.

Asma yang masih koma di rumah sakit mendapat banyak doa dari ibunya, sahabat, dan juga Zhongwe. Diam-diam, Zhongwe meminta restu untuk dapat menikahi Asma. “Asma telah menuntunnya untuk menemukan cahaya hidayah, dan kini aku ingin menjadi cahaya dalam kegelapannya yang dapat menuntunnya ke syurga”

Setelah sadar dari koma, pernikahan pun berlangsung. Banyak perubahan baik terjadi pada Asma. Ancaman kebutaan dapat diselamatkan dokter, hanya saja kini Asma tak mampu berbicara. Mereka berdua hijrah ke China untuk bertemu dengan keluarga Zhongwe. Di sana paman dan bibi Zhongwe ternyata seorang muslim juga. Asma mendapat pengobatan tradisional dari keluarganya. Alhamdulillah, kini Asma sudah tak merasakan sakit yang mengancam nyawanya kembali. Obat pahit tradisional China harus ia telan setiap hari, namun Asma tak merasa pahit, karena ada suami yang mau menemaninya dimanapun dan bagaimanapun. Hari-hari dilalui dengan indah dan mereka pun akhirnya dapat melihat patung Ashima bersama-sama. Ahe yang telah menjelma menjadi Zhongwe tak perlu menunggu jawaban cinta dari Asma yang kondisinya kini sudah tak mampu berbicara. Dengan dapat melihatnya setiap hari saja sudah menjadi pembuktian cinta yang hakiki. Hingga akhirnya Asma pun diketahu hamil, nikmat yang Allah berikan kali ini menambah manis perjalanan cinta mereka. Ancaman keguguran karena penyakit yang diderita Asma tak membuat gentar. Mereka yakin anak ini akan setangguh ayah dan ibunya.

Memang benar kata Ridwan (suami Sekar), yang terpenting adalah iman, masalah romantis itu urusan belakangan. Indahnya iman membalut cinta. Cinta hakiki hanyalah milik Allah SWT. Hanya Allah yang mampu membolak balikan hati manusia.

JIka sudah ada cinta yang sempurna, maka untuk apalagi dipertanyakan kesempurnaan fisik?

Sutradara film ini sungguh berhasil menyajikan nuansa islami, cinta, keimanan, budaya, menjadi satu padu. Sehingga film ini memberi beragam kesan bagi para penonton film ini.


-Penulis resensi: Wanda Amelia Rahma-

Nb: Postingan ini adalah kurikulum KOMBUN periode 12-19 Januari 2015 dengan tema "Resensi Film"



Serunya Oreo 110th Birthday Celebration Bareng Keluarga di Rumah

  Hal yang paling dirindukan dari seorang anak perempuan yang sudah berumah tangga adalah momen saat bisa kumpul bareng sama orangtua ters...