Minggu, 25 November 2012

SAAT CINTA DATANG BUKAN PADA WAKTUNYA


Saat ia datang bukan pada waktunya. Apa yang harus ku lakukan?Mungkinkah menerimanya atau bahkan melepasnya. Hasrat hati ingin memadu kasih tapi nurani menjerit bukan main. Apakah aku terlalu polos hingga aku rela menutup mata dan hatiku untuk sesuatu yang indah. Sesuatu yang dapat membuatku tersenyum sepanjang hari, sesuatu yang dapat meringankan rasa sakit , sesuatu yang membuat hidupku berwarna. Apalagi kalau bukan CINTA.

Tidak! Aku tidaklah polos. 2 tahun yang lalu. Rasa itu pernah kurasakan, memadu kasih dengan pujaan hati, mencintai dan dicintai, saling memberi perhatian dan dunia terasa milik kita berdua. Entah karena rasa ingin tahu yang besar, atau ingin meluapkan hasrat, ku relakan hati ini untuk lelaki pujaan hati. Apapun alasannya dikala itu, SYETAN  sangat berperan penting antara aku dengannya dalam kesyahduan jalinan kasih. Bukannya aku tidak tahu, tapi jebakan syetan yang lembut nan manis membuatku terlena akan cinta yang membuat diri ini dimabuk kepayang.

Namun Cinta dikala itu ternyata seperti permen karet. Awalnya manis namun makin kesini makin tak ada rasa dan akhirnya dibuang. Melepas sesuatu yang telah membuat kita bahagia bukanlah perkara mudah.Tawa berubah jadi airmata, berwarna kini menjadi gelap, bahagia namun menjadi luka. Dulu Cinta namun kini Benci. Betapa mudahnya hati ini terbolak-balik. Cinta yang dulu dapat meringankan rasa sakit kini mejadi luka permanen yang sulit tuk dihilangkan.
Sama dengan beberapa remaja putri yang lainnya. Move on adalah jalan keluarnya. Setiap orang memiliki cara masing-masing tuk sembuhkan luka, luka yang tak terlihat namun sakitnya minta ampun. Mungkin aku beruntung. Aku memilih jalan Move on yang tidak ekstrim. Sang Khalik menjadi sandaran kepiluan hati. Miris terasa diri ini. Ku bagi lara ini dengan-Nya namun saat derai tawa ku lupakan begitu saja.

Pelan namun pasti. Ku raih keteduhan dalam naungan sang ilahi rabbi. Namun perjalanan belum selesai. Tidak semudah yang ku kira. Dan Syetan tak akan melepas dengan mudah tawanannya. Sosok yang berbeda dari yang sebelumnya. Membuat ku semakin penasaran. Aura yang belum pernah kutemui sebelumnya. Benih-benih cinta telah tertanam dan 2 hati saling terpikat. Tersenyum malu padanya, hatikupun berdetak hebat seperti 2 tahun yang lalu. Walau tak sefrontal dulu, namun cinta tlah mengalir dalam darah kedua insan. Wajahnya seakan telah terukir di hati yang paling dalam. Situasi jiwa yang tak sama seperti 2 tahun yang lalu, membuatku berikrar bahwa Cintaku yang kali berlandaskan Agama. Tidak ada ikatan namun hati kita telah terpikat karna sang Khalik. Itulah fikiranku dahulu.

Benarkah Cinta ini diridhoi sang Khalik? Benarkah ini cinta yang suci? Benarkah langkah yang kuambil? Kebimbangan yang mendera seakan menjadi penghalang antara aku dan dia. Terseliplah namanya dalam do’aku. “ Jika dia memang baik untukku maka dekatkanlah dengan Cara-Mu yang terindah dan jika dia belum baik untukku di saat ini maka jauhkanlah ia dengan cara-Mu yang terbaik”. Kepasrahan mendominasi suasana hati. Bertahan dengan kebimbangan atau berhenti dengan rasa sakit?
Tidak ada hujan ataupun petir. Semua terjawab. Dia pergi tanpa kata. Mendadak diam seakan bisu. Mungkin ini jawaban dari sang Khalik atas segala kerisauan hati. Tak begitu sakit karena ini semua adalah pintaku. Sebelum rasa ini terlalu jauh bersemi dalam diri ini yang masih menginjak umur belasan tahun. Bayangannya pergi bersama do’aku. Dia tak salah, kehadirannyapun tak ku sesali. Kejadian ini membuatku semakin yakin dengan cinta yang hakiki. Walau diam masih menjadi pilihan yang terbaik antara aku dengannya. 

Tak bisa kupastikan keberadaan cinta ini. Biarlah waktu yang menjawab. Masih banyak cinta yang dapat ku terima, cinta yang tanpa pamrih. Ibu..ayah..adikku tercinta. Dan masih ada cinta yang harus ku raih yaitu Cinta-Mu ya Rabbi. Cinta yang bukan pada waktunya dan bukan pada tempatnya hanya menyisakan luka sia-sia. Apapun label cinta itu. Ya..benar sekalipun itu berlabel cinta ku pada si dia karena Allah. Tapi kalau bukan waktunya, hanya menyakiti diri masing-masing. Dan tak pernah ada kata Happy Ending.

Tak kusesali cinta yang salah. Cinta yang salah telah menuntunku pada kemurnian cinta. Cinta..cinta dan lagi-lagi Cinta. Cinta adalah sesuatu rahmat yang Allah berikan pada kita yang mau mempergunakannya dengan sebaik-baiknya tentu pada waktu dan tempat yang benar. Namun Cinta dapat menjadi mala petaka jika tidak benar menempatkannya.
Jangan membenci Cinta dan jangan pula terlena akan Cinta. Usahakan semuanya tetap berada dalam keseimbangan yang hakiki.

-Wanda Amelia Rahma-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar terbaikmu:)

Serunya Oreo 110th Birthday Celebration Bareng Keluarga di Rumah

  Hal yang paling dirindukan dari seorang anak perempuan yang sudah berumah tangga adalah momen saat bisa kumpul bareng sama orangtua ters...