Sabtu, 14 September 2013

Filosofi dan Nilai-Nilai dalam Olympisme


Nama         : Wanda Amelia Rahma
No. Reg     : 3315130916
Prodi          : Pendidikan Kimia Bilingual
Tugas         : Resume Materi Olympisme III

wijayalabs.wordpress.com
http://wijayalabs.com
Filosofi dan Nilai-Nilai dalam Olympisme



Ada pepatah yang mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Pepatah tersebut menjadi pelopor utama untuk lebih mengenal olympisme yang merupakan sebuah pembelajaran yang baru saya temui di bangku perkuliahan. “Om Jay”, itulah nama panggilan dosen dari mata kuliah olympisme. Dia adalah dosen paling nge-blog, setiap hari selalu ada artikel yang dipost di blognya. Subhanallah, hal itu semakin membuat saya penasaran dengan olypisme itu sendiri. Saya yang mempunyai kesamaan hoby dengan beliau yaitu dalam hal menulis blog akhirnya semakin memiliki semangat lebih dalam hal menulis. Walaupun hari ini jadwal saya untuk pulang kampung ke rumah tercinta ( maklum anak kos), tapi saya selalu menyempatkan waktu untuk menulis di blog. Menulis sudah menjadi bagian hidupku.

Olympisme berasal dari kata Olympic atau Olimpia. Itu adalah nama sebuah tempat di Athena yang dipergunakan sebagai tempat penyelenggaraan aktivitas festival olahraga bangsa Yunani kuno ( Olimpiade kuno). Sedangkan kata ism atau isme itu sendiri adalah sebuah faham atau ajaran yang merupakan sistem atau tatanan social yang diyakini memiliki nilai bila diterapkan dalam lingkungan masyarakat.

Perhelatan Olympiade yang kita ketahui sekarang bermula dari olympisme. Olympisme merupakan pokok pikiran gerakan Olimpiade. ( Hal tersebut tercantum dalam Olympic Charter). Olympisme adalah dasar fundamental dan filosofi kehidupan yang mencerminkan dan mengkombinasikan keseimbangan antara jasmani (badan yang sehat) dan rohani (kemauan, moral, dan kecerdasan) serta mengharmonikan antara kehidupan keolahragaan, kebudayaan, pendidikan sehingga dengan demikian dapat diciptakan keselarasan kehidupan yang didasarkan pada kebahagiaan dan usaha yang mulia, nilai-nilai pendidikan yang baik.

Olympisme itu sendiri berdiri dengan tujuan( visi). Visi olympisme adalah menempatkan olahraga dimana saya sebagai wahana pembentukan manusia secara utuh yang harmonis dalam usaha membangun suatu masyarakat yang damai dengan saling menghormati. Untuk kepentingan ini gerakan olahraga berusaha secara sendiri-sendiri ataupun bekerjasama dengan organisasi yang terkait menciptakan kegiatan-kegiatan dalam usaha membangun perdamaian yang abadi.

Paradigme olympisme dalam pertandingan olimpiade:
1.    Prestasi olahraga bukan yang utama bagi atlet dalam suatu kompetisi melainkan kegiatan olahraga untuk kemuliaan manusia dengan mengkombinasikan antara kualitas fisik, kemauan. Dan fikiran.
2.    Karena olympisme ditetapkan sebagai filosofi dan prinsip dasar.

Olimpiade diperkenalkan pertama kali pada 19th century oleh:
1.    Pierre De Coubortin. Founder of IOC
2.    Jacques Rogge, president IOC. “ Our World today is in need of peace, tolerance, and brotherhood. The value of Olympic games can deliver these to us”

Setelah kita mengetahui nilai-nilai olimpiade, maka kini waktunya kita untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut di kehidupan kita. Semangat olympisme itu sendiri harus dikembangkan. Jika kita melihat orang-orang yang memiliki kekurangan dalam hal fisik ( cacat fisik), mereka tidak berhenti pada takdir yang mereka alami. Mereka justru lebih menunjukkan pada dunia bahwa mereka mampu menaklukan dunia walau dalam keadaan yang serba kekurangan. Mereka memiliki semangat berkali-kali lipat untuk meraih mimpinya, dan senyuman terus menemani hari-hari mereka seakan-akan mereka hidup dengan sempurna. Tanpa mereka sadari, mereka telah menerapkan nilai-nilai olympisme dalam jiwa mereka. Dengan melihat seperti itu, maka sudah tak ada alasan lagi untuk kita bermalas-malasan, kita seharusnya 10x lipat lebih semangat dari mereka dan seharusnya sudah banyak hal dan prestasi yang kita raih di dunia ini.

Olympisme juga membuat dunia bersatu ( Olympic’s make one world). Nilai persahabatan/ persaudaraan yang ada di dalamnya menimbulakan rasa respect, empati, toleransi terhadap sesame. Hal itulah yang merupakan cikal bakal dari kokohnya suatu persatuan antar bangsa.

Farther Henri Didon, seorang guru dari republika dominika mengusulkan motto untuk olympisme. Value of the Olympic games motto is “ Citius, Altius,Fortius”. Citius yang berarti lebih cepat, altius artinya lebih tinggi, dan forties artinya lebih kuat. Motto tersebut ampuh menambah semangat kelas saya saat itu. Dengan diintruksikan oleh Om Jay untuk meneriakan motto tersebutu dengan gerakan, maka semakin menggelorakan semangat para mahasiswa. 

Semangat yang telah mengalir dalam jiwa dan raga tentu akan berdampak pada kualitas kerja kita. Kita akan semakin berusaha untuk kerja keras, kerja ikhlas, dan kerja tuntas ( Living Excellence)

Nilai-nilai olympisme:
1.    Kerja keras untuk mencapai prestasi terbaik.
2.    Berjuang hingga akhir ( pantang menyerah)
3.    Fokus terhadap pencapaian prestasi.
4.    Terus belajar untuk mendapatkan proses yang tepat untuk pencapaian prestasi terbaik.
5.    Menjaga keseimbangan antara kebugaran fisik,motivasi/keinginan, dan kekuatan mental.

Kita semua tentu ingin menjadi yang berprestasi di bidangnya masing-masing. Namun ketahuilah bahwa prestasi yang gemilang adalah prestasi kita saat bisa melawan rasa egoisme dalam diri dan mampu melawan sisi negative dalam jiwa, mampu bertahan untuk terus bekerja keras dengan jalan yang benar. Tidak banyak orang yang memilih cara yang tidak benar untuk mewujudkan keinginannya sebagai manusia yang berprestasi. Boleh jadi sudah banyak pebghargaan yang ia dapatkan dari orang-orang, namun hati kecilnya pasti tidak akan pernah merasa tenang. Prestasi itu bagus, tapi bukan berarti kita menghalalkan segala cara untuk itu. Berprestasilah dengan terhormat.

Nilai-nilai olympisme sangat menganjurkan kita untuk memiliki rasa saling menghargai antar sesame ( Living Respect). Rasa saling menghargai tersebut dapat kita lakukan pada hal :
1.    Perbedaan pendapat.
2.    Perbedaan keyakinan.
3.    Perbedaan keragaman budaya.
4.    Perbedaan suku/ ras dan bangsa.
5.    Hak-hak sebagai manusia.
6.    Pencapaian prestasi/ kesuksesan seseorang.

Negara Indonesia bisa dibuktikan sedang mengalami miskin teladan. Hal itu disebabkan kurangnya rasa respect antar sesama. Rasa respect tersebut harus kita latih dari sedini mungkin, bagaimana kita bisa merasakan saat orang lain mengalami kesusahan, bukan hanya merasakan namun berempati, dan melakukan sesuatu untuk mengurangi kesusahan orang tersebut. Jika sudah begitu berarti kita sudah memiliki nilai respect yang tinggi terhadap sesama.

Persahabatan bisa menjadi modal awal untuk melatih rasa respect kita. Kita memang boleh berteman dengan banyak orang dan dengan siapa saja, namun coba pilihlah satu atau dua teman yang dijadikan sebagai sahabat. Dengan sahabat kita bisa belajar untuk berempati. Persahabatan melatih rasa persaudaraan dan rasa saling menghargai. Dengan sahabat kita bisa saling menguatkan. Om Jay mencontohkan kepada seluruh mahasiswa yang ada di kelas saat itu bagaimana cara mentransfer rasa semangat dengan sahabat. Setiap berangkat kuliah, berpegangan tanganlah dengan sahabat, tatap matanya, berikan senyuman yang paling manis untuknya dan untuk dunia. Dan saling katakan, bahwa “Hai Sahabat, do’akan aku ya agar semua mimpiku terwujud, do’akan agar aku selalu diberi kesehatan dan kekuatan, do’akan aku untuk terus bersyukur, akupun akan mendo’akan mu. Aku yakin kita bisa, kita berdua pasti bisa” Lalu tersenyumlah semanis mungkin ;) 






 



Ada 7 konsep pembentukan nilai-nilai dan moral dalam penyelenggaraan olimpiade:
1.    Kesempurnaan dalam kinerja.
2.    Berpartisipasi dengan kegembiraan dan kesenangan
3.    Kejujuran dalam berkompetisi.
4.    Rasa hormat terhadap sesama tanpa memandang perbedaan bangsa, budaya, suku maupun orang per orang.
5.    Pengembangan kualitas manusia.
6.    Kepemimpinan yang dilandasi oleh kebersamaan berlatih, bekerja dan berkompetisi.
7.    Kedamaian antara bangsa.

Semangat para mahasiswa, semangat para pejuang peradaban, semangat generasi penerus bangasa. Selamat berpretasi, selamat berbuat lebih untuk sesama.

1 komentar:

  1. ini tulisan paling keren yg saya baca, semoga terus diupdate dan teruslah menulis agar dunia tahu siapa dirimu

    salam
    Omjay
    http://edukasi.kompasiana.com/2013/09/14/akankah-kurikulum-baru-mengubah-pola-pikir-guru-591801.html

    BalasHapus

Berikan komentar terbaikmu:)

Serunya Oreo 110th Birthday Celebration Bareng Keluarga di Rumah

  Hal yang paling dirindukan dari seorang anak perempuan yang sudah berumah tangga adalah momen saat bisa kumpul bareng sama orangtua ters...