Sabtu, 28 Juni 2014

MENGAPA JUSTRU MC???

Mengapa justru MC??

What is the meaning of MC??

MC= makin cantik?? # oh no…sepertinya alaynya mulai kumat dan harus segera minum obat dosis tinggi keburu menyebar ke orang lain..heheheh ( gak lucu ya?? Yasudah deh)

Master of Ceremony, usually call it with MC, right??

Pertamakali aku masuk kampus ini, tak banyak yang kuinginkan. Jikalau aku bermimpipun maunya jadi penulis atau seperti mba oki setiana dewi. Pada tau kann?? Ituloh kakaku yang bermain Ketika Cinta Bertasbih. Hehe…jiwa eksisnya belum juga sembuh ternyata. Jelas-jelas jurusan yang diambil pendidikan kimia. Dari mana korelasinya jadi penulis??
Eittts, jan
gan salah. Guru yang berjiwa eksis itu terkadang perlu juga loh, bahkan mungkin harus. Pelajaran kimia yang notabennya the killer lesson akan semakin menyeramkan lebih seram dari Susana kalau pembawaan gurunya so monoton.

Jadi ingat tulisan di diary deh. Aku mau jadi guru yang manis, dinamis, modis, agamis, aktivis, narsis, optimis, dan cerdasis 
(jangan dipaksa wanda -_-)

Kenapa aku bisa berbicara di depan orang banyak?? Aku tak bermaksud apapun di tulisan ini. Hanya saja tulisan ini sebagai flashback kisahku hingga aku seperti ini. Ada salah satu temanku yang fobia sekali berbicara depan orang banyak. Padahal dia specialist sekali kalau speak in English. Sayang tak banyak orang tau karena dia pemalu sekali.

Ada beberapa anggapan dari temanku. Ada dua kemungkinan seseorang menjadi pandai berbicara di muka umum. Hipotesa pertama adalah karena keturunan. Hipotesa kedua adalah bakat dari lahir.

Mendengar itupun aku tertawa, sungguh aku geli sekali. “Kenapa tertawa wanda?” temanku heran sekali.

Semuanya lucu ya kalau sudah berlalu. Padahal waktu mengalaminya, sepertinya sedih sekali. Ouuuuuhhhh (pukpukpuk)

Jikalau dibilang keturunan, ayahku paling tidak bisa bicara di depan orang banyak. Hihihi ( maaf ayah). Terakhir bicara di depan orang banyak saat perpisahan Tk sekitar 10 tahun yang lalu. Memberikan sambutan sebagai perwakilan wali murid. Padahal baca sambutanya nyontek full ke kertas tapi tetap saja terbata-bata. Aku tidak malu, justru bagiku itu hiburan. Hihihi. Ayah kan kalau sehari-hari sok tegas, eh kalau ketemu orang banyak jadi berubah total. Ayah lucu. Itu juga jadi alasan kenapa ayah berulang kali menolak menjadi ketua RT. Hihihihihihi.

Udah ah..ngeledekin ayahnya. Hehe

Kalau dibilang bakat dari kecil???

Aku jadi inget bu Berlia. Beliau guru SDku. Aku pernah dilatih bernyanyi oleh beliau. Aku rasa beliau sudah maksimal melatihku, tapi akunya saja yang memang gak ngerti-ngerti. Semakin dipaksa menyanyi bagus, semakin suaraku mirip dengan kucing yang buntutnya kejepit pintu. Hihihi.

Saat itu aku duduk di bangku kelas 5 SD. Aku dan sahabatku “Urfa” dipilih menjadi pembawa acara saat perpisahan kakak kelasku. Entah kenapa bu guru memilihku. Dulu, kufikir karena aku tinggi. Jadi dipilih mulu deh….(tepok jidat, apa hubungannya wan)

Acarapun dimulai, aku berupaya keras membanggakan kedua orang tuaku. Selama aku sd, orang tuaku hanya datang ke sekolah, saat pendaftaran dan saat aku jadi pembawa acara. Mereka jarang ke sekolah. Aku memang terbiasa melakukannya tanpa didampingi orang tua. Maklum sekolah sangatlah jauuuuuh dari rumah. Ku fikir kesempatan ini tak boleh dilewatkan.

Baru benar-benar kusadari, bahwa selama ini aku hanya terlalu percaya diri berlebihan saja. Sebenarnya aku tak mampu. Buktinya semua penonton lebih terkesima dengan suara sahabatku. Bahkan ibuku sendiri sepertinya begitu. Aku tau itu, karena ibu bilang kalau suaraku harus seperti urfa. Agak jleb ya…

Semenjak itu, aku putuskan untuk tidak mau tampil dimuka umum lagi. Aku hanya kepedean, sebenarnya gak bisa.

Tekad yang tlah aku buat, tidak sinkron dengan saat aku smp. Entah kenapa aku justru sering sekali menjadi protocol saat upacara. Takdir memang aneh, semakin aku jauhi, semakin didekatkan. Beberapa perlombaan justru bisa kumenangkan dalam bidang berbicara. Seperti speech contest, penyuluhan,dsb. Lucu ya…

Terlebih SMA, aku semakin percaya diri kalau diminta menjadi protocol upacara. Sanking kepedeannya, aku berniat mengimprovisasi nada seorang protocol. Kukira ini bagus dan akan mendapat pujian dari guru-guru. Yeeeee

Aku sulit memberi tahu nadanya di tulisan ini.  Yang jelas nadanya terlihat lebayyyy dan Aneh. Bukan tepuk tangan yang kudapat, jusru tertawaan dari SELURUH PESERTA UPACARA termasuk guru-guru, mang Ade ( pesuruh sekolah). Heuuuhhh NYEBELIN

Masih berbicara saat SMA, pernah saat aku tengah presentasi di kelas. Ada salah satu temanku yang spontan mengkritikku di tengah presetasi yang sedang aku jelaskan.

“ Wan, bisa gak gaya presentasinya jangan kaya guru TK yang lagi ngajar muridnya. Kita sudah SMA wan, bukan anak TK”

Di tengah presentasi yang bagiku itu sangat berhubungan dengan nilaiku, ada guru yang memandangiku, dan akhirnya tembakan peluru dari temanku tadi begitu menghantam hatiku….Ouhhh selama ini gayaku berbicara seperti guru TK???

Aku nangis saat itu juga.

Namun itulah aku, dikritik, dihina, ditertawakan, diacuhkan hanya membuatku sedih hanya beberapa saat. Setelah itu aku jadikan cambukan bahwa di lain waktu harus lebih baik lagi. Kurasa itu yang membuatku bisa seperti ini.

Semakin sering ditertawakan, semakin banyak orang menghinaku, semakin banyak aku belajar. Kuncinya satu, tidak pantang menyerah. Coba dan terus coba lagi.

SemangatJ

Hidup ini adalah belajar bukan???


2 komentar:

  1. Tulisannya sangat menghibur :D
    setuju deh sama Wanda bahwa hidup adalah belajar..
    bagus punya tingkat kepercayaan yang lebih dari pada tidak berani untuk berbicara sama sekali di khalayak publik.. apalagi untuk calon guru.. kn harus berbicara setiap mengajar.. setuju kalau jadi guru jangan monoton karena kasian muridnya nanti malah lebih sering jenuh .. suka deh sama tulisannya :D

    BalasHapus
  2. Terimaksih Ana :) Ayo dong saudariku Ana, kutunggu blog mu agar dunia semakin tau karya tulisanmu apalagi puisimu itu loh....aku suka...ayo buat ana...

    BalasHapus

Berikan komentar terbaikmu:)

Serunya Oreo 110th Birthday Celebration Bareng Keluarga di Rumah

  Hal yang paling dirindukan dari seorang anak perempuan yang sudah berumah tangga adalah momen saat bisa kumpul bareng sama orangtua ters...