Senin, 10 Juni 2013

INDAHNYA MENATAP LANGIT


Bisa berjam-jam aku duduk di sini sambil menatap langit. Tak pernah bosan aku dibuatnya. Secara kasat mata, tak ada yang berubah dari langit. Semua masih pada posisinya tersendiri. Memandang sambil tersenyum, tertawa, menangis, kesal dan memang begitulah caraku berkomunikasi padanya. Orang bilang ini hal yang membosankan, tapi tidak berlaku bagi diriku. Dari sini aku bisa melihat wajah-wajah orang yang aku sayangi baik yang masih ada maupun yang sudah tiada. Telentang adalah posisi paling nyaman saat menatapnya. Satu per satu aku hitung senyuman mereka dari bawah sini. Mungkin orang bilang aku terlalu drama sama kehidupan, tapi sayangnya aku gak pernah peduli.

Mungkin orang bertanya kenapa aku nulis ini semua? Bukan hanya orang lain, diriku sendiri bertanya-tanya. Di saat yang lain mampu meluapkan seluruh perasaanya dengan ucapan, mampu mengisyaratkan isi hatinya lewat ekspresi jiwa, namun tidak semudah itu untukku. Kepandaian ku dalam memainkan itu semua, membuatku tak mampu tuk terus terang. Di saat yang mendesakpun aku mampu memutar balikannya. Mungkin dengan untaian kata aku mampu memberi teka-teki tentang perasaanku.

Disaat yang lain begitu bebasnya melakukan itu semua tanpa peduli perasaan orang lain, termasuk perasaanku. Namun alam seakan telah menunjukku untuk berbeda dari yang lain. Tak pantas sepertinya jika aku terlalu bebas mengutarakan semuanya, karena mungkin mereka akan merengek seperti dulu lagi. Dan aku tak tega melihatnya. Lalu, di mana aku harus sembunyikan ini semua selain lewat kata –kata kiasan.

Kamu tau? Indahnya bintang tak pernah bisa mengalahkan senyuman indah itu. Senyuman dari semua orang yang aku sayang baik itu senyuman untukku atau untuk yang lainnya. Aku mungkin hanya manusia biasa, yang hanya lalu lalang lewat dalam hidup kalian. Namun entah mengapa aku tak pernah menganggap kalian biasa-biasa saja untukku. Rasa sayangku pada semuanya tak menutup akan kesalahan-kesalahanku pada semuanya. Mungkin aku jauh lebih banyak. Tanpa kalian lapor padaku, aku tau kamu, kamu, kamu juga, dan kamu, dan kamu-kamu yang lain pernah tersakiti karena tingkahku. Seandainya kepergian bisa menjadi penengah, akan kulakukan.
Beginilah aku melakukannya. Menitip pesan pada burung , menulis nama orang-orang yang aku sayang pada awan, melukis wajah mereka semua pada langit, dan berbisik pada angin bahwa aku sayang mereka semua.
Namun aku sadar, saat aku benar-benar sendiri dan yang lain belum paham. Itulah cara Allah yang paling romantic tuk mengajakku berbincang hanya berdua. Akupun tau, sayangku pada semuanya tak sebesar kasih sayang sang khalik. Semua terjadi karena-Nya, dan akan kembali kepada-Nya. Dan suatu saat semua pasti bisa mengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar terbaikmu:)

Serunya Oreo 110th Birthday Celebration Bareng Keluarga di Rumah

  Hal yang paling dirindukan dari seorang anak perempuan yang sudah berumah tangga adalah momen saat bisa kumpul bareng sama orangtua ters...